Oleh: Dewi Istiharoh
(Founder Sahabat Qur’anic)
#MuslimahTimes — Fenomena pergaulan bebas semakin hari semakin meningkat. Tak hanya di kota-kota besar, di kota kecil seperti Probolinggo pergaulan bebas bukan hal yang tabu. Para remaja dan pemuda tak lagi malu untuk memperlihatkan kemesraannya di depan umum. Apalagi memasuki bulan Februri, bulan yang di dalamnya identik dengan hari kasih sayang, Valentine Day. Berbagai persiapan mereka lakukan menjelang perayaan itu.
Atas dasar kegelisahan ini Komunitas Remaja Sahabat Qur’anic (SaQu) kembali mengadakan Meet Up ke-11 dengan tema “Say No To Valentine Day” pada Ahad, 3 Februari 2019 di Rumah Inspirasi Perubahan Kota Probolinggo. Acara yang dihadiri oleh puluhan remaja di Kota Probolinggo dan sekitarnya ini dibuka dengan lantunan ayat suci al-qur’an yang merdu oleh Kak Istiqomariyah.
Kak Dyah selaku moderator mengajak para peserta untuk bertukar informasi mengenai acara yang sering dirayakan oleh remaja pada bulan februari yaitu hari valentine yang identik dengan hari kasih sayang. Banyak hal yang dilakukan oleh pasangan remaja yang lagi kasmaran dalam merayakannya. Dari sekadar memberi coklat dan bunga hingga melakukan hubungan layaknya suami istri (bc: free sex).
Pada meet up #11 kali ini spesial menghadirkan 2 pemateri, Ustadzah Nailur Rahmi, S.K.M (Praktisi Kesehatan) dan Kak Dewi Istiharoh, AMd.Kom (Founder & CEO Sahabat Qur’anic).
Ustadzah Nailur Rahmi S.KM. menyampaikan materi tetang ilusi cinta membawa sengsara. Beliau menjelaskan bahwa Valentine Day identik dengan hadiah, coklat, mawar, warna pink, hati, pacaran, romantis, dinner, lilin, film. Valentine Day seperti sebuah ilusi/fatamorgana, tampak indah di permukaan padahal sebenarnya jauh dari nilai kebaikan dan keindahan.
Sejarah mengatakan bahwa penetapan tanggal 14 Februari sebagai hari Valentine diangkat dari kisah Pastur Valentine yang dihukum pancung oleh Raja Claudius II karena berkhianat kepada gereja yang telah menikahkan para pemuda secara sembunyi-sembunyi. pada akhirnya sebelum dihukum pancung, paus valentino berada di dalam penjara yang setiap hari dilayani oleh anak dari sipir penjara. Sebelum dihukum mati, paus Valentino menulis surat cinta kepada anak sipir yang dilambangkan dengan simbol love (hati) dan Paus Gelasius I menetapkan tanggal 14 Februari sebagai hari valentine.
Hari Valentine tidak hanya dirayakan di negeri bagian barat. Namun menyebar keseluruh belahan dunia yang dibawa oleh misionaris negara penjajah kapitalisme melalui perang budaya. Sedangkan di Indonesia meledak sekitar tahun 2000an.
Banyak dampak yang ditimbulkan dari perayaan V-Day ini diantaranya semakin banyak pelaku seks bebas, LGBT dan pengidap HIV AIDS. Di akhir tahun 2018 Probolinggo mendapatkan kado dari masyarakat. Sebanyak 350 orang pengidap HIV-AIDS (ODA). Dari 27 pengajuan dispensasi nikah dini, 22 orang diantaranya disebabkan karena calon pengantin perempuan hamil.
Setelah itu dilanjutkan dengan materi kedua yang disampaikan oleh Kak Dewi. Kak Dewi menyampaikan materi tentang “Ketika Cinta Berbicara”. Beliau menyampaikan fenomena remaja yang sedang jatuh cinta. Mereka menyalurkannya dengan berbagai cara, seperti pacaran, TTM, HTS, curhat, sahabatan, dll.
Islam tidak pernah mengharamkan cinta, namun Islam mengaturnya. Menurut Islam Cinta dan nafsu bukanlah hal yang sama. Cinta adalah bagian dari penampakan ghorizah nau’ (naluri melestarikan keturunan). Naluri ini pasti ada dalam setiap manusia karena Allah menciptakan manusia lengkap dengan potensi hidupnya, yaitu Kebutuhan Jasmani (Hajatul Udhowiyah) dan Gharizah (Naluri).
Jika kebutuhan jasmani dan naluri dibiarkan berjalan tanpa aturan islam, maka akan terjadi kekacauan. Seperti yang terjadi saat ini. Valentine Day yang identik dengan hari kasih sayang dijadikan ajang untuk mengekspresikan rasa cinta dan kasih sayangnya dengan hal-hal yang tidak sesuai dengan Islam. Padahal ketika Allah memberikan masalah, maka Allah juga memberikan solusi, yaitu harus sesuai dengan Al Qur’an, As Sunnah, Ijma’ dan Qiyas.
Islam mengakui bahwa naluri seksual adalah anugerah dari Tuhan, karenanya Islam memberi porsi yang tepat untuk menyalurkan naluri tersebut, yaitu dengan pernikahan. Jika belum mampu maka berpuasa.
Islam juga memberikan aturan dalam pergaulan laki-laki dan perempuan, yaitu:
- Tidak diperbolehkan berdua-duaan di tempat sepi maupun ramai
- Laki-laki dan perempuan wajib menjaga pandangan dan menjaga kehormatannya
- Laki-laki dan perempuan harus menutup aurat
- Kehidupan laki-laki dan perempuan dipisah (dilarang ikhtilat)
- Mengenal jodoh bukan dengan pacaran, tetapi ta’aruf, dll.
Selain itu Valentine Day bukanlah perayaan dari Islam. Maka sebagai seorang muslim haram untuk mengikutinya. Karena hari raya Islam hanya ada dua yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Rasulullah telah melarang kaum muslim untuk menyerupai orang kafir atau mengikuti perayaan yang tidak berasal dari Islam, sesuai dengan sabdanya dalam hadist riwayat Ahmad dan Abu Daud, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.”
Di akhir pemaparannya Kak Dewi mengajak peserta agar tidak menjadi remaja pembebek. Saatnya menempa diri dengan belajar islam, ikut berdakwah untuk menyadarkan umat akan kebutuhan Islam diterapkan dalam suatu negara. Karena hanya dengan diterapkannya Islam dalam suatu negara kehidupan kaum muslimin akan terjaga.