Oleh: Hany Handayani Primantara, S.P. (Pemerhati Sosial)
MuslimahTimes_ Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia. Hampir seluruh warga negaranya menganut agama Islam. Maka tak heran Islam menjadi agama mayoritas di Indonesia.
Hanya saja tak seperti sebutannya. Walaupun warga muslim adalah mayoritas tapi kenyataannya justru kebijakan di negeri ini seakan tak pernah memihak pada kalangan kaum muslim.
Persekusi bagi para ulama, diskriminasi terhadap kajian keislaman, monsterisasi terhadap seluruh ajaran Islam, stereotype radikal dan terorisme pada setiap muslim taat, propaganda dan labelisasi Islamphobia menjamur di negeri mayoritas muslim ini.
Begitu besar kebencian terhadap Islam dan ajarannya, hingga tak sejengkal pun kaum muslim di Indonesia yang boleh menyerukan ajaran Islam secara gamblang. Buktinya, beberapa waktu yang lalu ditetapkan mengenai aturan berkhutbah. Mulai dari tema apa yang boleh disampaikan, hingga siapa-siapa saja para ulama yang direkomendasikan.
Ini bukti nyata bahwa penguasa sangat anti terhadap apa-apa yang berasal dari Islam, sekalipun mereka yang menjabat adalah muslim. Mereka begitu mengagungkan demokrasi. Menjunjung tinggi toleransi. Bahkan berani mengamademen kitab suci.
Padahal nyatanya khidmat mereka terhadap sekulerisme demokrasi, justru mengakibatkan Indonesia dalam keadaan multikrisis di setiap lini. Bukan lagi masalah ekonomi yang membuat rakyat kecil hidup terhimpit. Tapi juga berefek pada kasus kriminalitas yang kian hari kian menyesakkan hati.
Belum lagi kondisi remaja yang merupakan tulang punggung bagi negara. Keadaannya kian miris dengan gencarnya ‘prestasi’ di ranah pergaulan bebas, sebaliknya minim pengetahuan yang membanggakan negeri. Terakhir tersebar bahkan ada yang berani berbuat asusila terhadap gurunya sendiri.
Mau dibawa kemana Indonesia ke depan jika terus berharap pada demokrasi? Sistem hidup yang tak pernah berikan bukti, hanya janji dan harapan semu yang di dapat kini. Sebuah sistem hidup warisan penjajah yang masih didekap erat. Namun sepertinya rakyat Indonesia belum bisa belajar dari pengalaman tempo hari.
Sudah berapa lama demokrasi mengubah diri? Mulai dari presidensil, parlementer, demokrasi terpimpin, demokrasi pancasila hingga sekarang demokrasi liberal. Namun nyatanya masalah semakin pelik, bencana alam yang merupakan teguran dari Sang Khalik, kesenjangan makin tinggi.
Bahkan di negara asalnya justru demokrasi sudah digugat oleh rakyatnya sendiri. Lantas masihkah kita sebagai muslim, yang sudah jelas memiliki panduan baku kehidupan ini mempertahankan demokrasi? Masih berkutat trial and eror dengan sebuah sistem yang tak pernah berikan jaminan kemulian dan kesejahteraan.
Padahal dalam Alquran sudah dipaparkan dengan jelas, terkait dengan aturan hidup yang dibutuhkan manusia. Aturan yang bukan hanya bisa diterapkan bagi kaum muslim, tapi juga mereka yang belum mau membuka diri terhadap Islam. Begitulah ajaran Islam yang rahmatan lil alamin. Panduan kehidupan yang unik, berasal dari sang Rabbul Izzati.
Sudah saatnya kesempatan ini diberikan kepada Islam. Untuk membuktikan bahwa apa-apa yang diperintahkan oleh Allah subhanahu wata’ala adalah benar. Bahwa Islam datang bukan hanya sekedar mengatur urusan hamba dengan Rabb-Nya.
Melainkan lebih daripada itu. Karena manusia juga makhluk sosial, yang butuh terhadap aturan kepada sesama. Mari menuju Indonesia maju dengan membawa Islam sebagai perubahan yang mendasar.
Wallahu a’lam Bishowab
[Mnh]