Oleh : Sunarti
Terbayang wajah sendu terpaku
Leleh air mata berpadu
Berebut suasana pilu beradu
Tatakala air bah menyapu
Tangan-tangan lembut usap kepala si kecil
Lengan-lengan perkasa rengkuh tubuh renta
Kaum Adam memangku lemah raga dua nyawa
Bayi-bayi haus tiada lagi asi
Wajah-wajah sedih tiada kata
Pandangan mata kosong setiap jiwa
Kerongkongan dahaga menggejala
Keroncongan perut meminta haknya
Sepanjang mata memandang adalah lautan air
Sejauh langkah tiada berani menerjang
Nyawa jadi taruhan saat lapar menganulir
Dilema, diam lapar atau taruh nyawa berenang
Derita belum berakhir di sini
Saat basah menembus lantai
Air pasang lambat namun pasti
Rumahpun terendam berhari-hari
Tiada sanak maupun famili
Sukarelawan baradu nasib
Terjang arus deras taruhkan nyawa
Demi sebungkus nasi jangan terselip
Bertarung hujan deras selamatkan jiwa
Dzikir bibir pada RabbNya
Ingat kesalahan dan dosa-dosa
Berucap taubat beribu kata
Demi ampunan Allah Pemilik Semesta
Wahai manusia
Kenapa baru ingat Dia saat duka
Kenapa baru ingat Dia akan dosa
Di manakah Tuhanmu saat kau suka
Bukankah ini peringatan dariNya?
Apakah kau ingat saat kau campakkan aturanNya
Apakah kau ingat saat melawan larangaNya
Apakah kau ingat saat kau lalai perintahNya
Apakah kau ingat selama ini telah melupakanNya?
[Mnh]