Oleh. Fida Hafiyyan Nudiya
#MuslimahTimes — Ahad (7/4/19) di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta dipadati para muslimah yang menghadiri pengajian bulanan “Kajian Annisa Yogyakarta”. Kajian Annisa kali ini menghadirkan Ustazah Dian Aniza Rahayu, SEI., yang mengangkat tajuk “Kartini Bervisi Surga”.
Sebelum memasuki inti kajian, host acara yaitu Ustazah Annisa Widayati menggambarkan kepada peserta jika emansipasi laki-laki dan perempuan diberlakukan maka perempuan akan dituntut bekerja seperti laki-laki tanpa memandang apakah pekerjaan itu layak dilakukan perempuan atau tidak. Acara dilanjutkan menyaksikan tayangan video yang intinya menjelaskan bahwa peran seorang ibu adalah peran yang sangat produktif.
Ustazah Dian mengawali dengan menyampaikan sedikit sejarah hidup Kartini. Kartini lahir dan tumbuh di kota Jepara, saat itu ayahnya diangkat sebagai Bupati Jepara. Saat dewasa beliau menikah dengan bupati Rembang dan tinggal di Rembang. Selama ini Kartini dijadikan icon perjuangan wanita, tepatnya emansipasi wanita. Namun benarkah Kartini memperjuangkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan?
Pertanyaan ini bisa kita jawab dengan melihat surat-surat yang Kartini tulis. Salah satunya apa yang ditujukan kepada Prof. Anton dan Nyonya (1902), “Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak dan perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki….”. Dari isi surat tersebut terlihat jika Kartini menginginkan pendidikan untuk wanita, bukan untuk menyaigi laki-laki.
Awalnya Kartini menganggap masyarakat barat adalah masyarakat yang sempurna. Tetapi setelah mengenal Islam, Kartini kini tahu bahwa islamlah yang dapat mewujudkan impian para wanita agar mendapatkan pendidikan sebagaimana pria. Kartini mulai mengenal Islam saat bertemu dengan Kyai Sholeh Darat di Demak, saat berkunjung ke rumah pamannya disana. Sebenarnya Kartini adalah cucu seorang guru Agama. Namun ia terpisah dengan keluarga ibunya sejak kecil, sehingga mengenal agama hanya sebatas baca teks Al-Qur’an berbahasa Arab dan memahami makna teks-teks Al-Qur’an. Setelah Kartini mengenal Islam, ia tahu bahwa Al-Qur’an ternyata adalah pedoman hidup yang dapat mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Sebuah kalimat dalam Al-Qur’an yang amat mempengaruhi hati dan pikirannya., semua itu ia tuangkan dalam tulisan berupa surat.
Armin Pane kemudian menuliskan makna kata-kata tersebut dengan kalimat “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Dengan pemahaman Islam yang Kartini miliki, ia tahu bahwa masyarakat Barat bukanlah masyarakat ideal. Ia pun kerap menuliskan kritik-kritiknya terhadap peradaban Barat. Dari sini dapat kita simpulkan, ternyata kartini bukanlah pejuang emansipasi. Ia adalah seorang muslimah bervisi Surga. Bagaimana menjadi muslimah seperti Kartini yang bervisi Surga?
Pertama, perbaharui imanmu. Iman adalah pembenaran yang pasti. Cara perbaharui iman antara lain:
- Mengulang-ulang kalimat Laa ilaha ilallah dan memahami makna syahadat
- Tafakkur diri dan alam semesta
- Memperbanyak taqarrub ilallah
- Berteman dengan orang shalihah
Kedua, perbaiki amalmu. Amal shalih ialah amal berkualitas hasan (ahsanu amalan). Syarat amal shalih atau hasan ada 2:
- Niat yang ikhlas mengharap ridha Allah
- Cara yang shawab (benar), yaitu sesuai Al-Qur’an dan As-Sunnah
Di akhir materi, Ustazah Dian menegaskan bahwa Allah tidak membedakan antara pria dan wanita. Dalam banyak aspek, pria dan wanita dipandang sama. Beliau mengutip Surat Al-Ahzab ayat 35 yang artinya, “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah. Allah telah menyediakan bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS Al-Ahzab: 35).
Meski demikian, agar terjalin kehidupan yang harmonis antara laki-laki dan perempuan maka Allah bagi tugas keduanya agar terbentuk kerjasama yang baik demi kebaikan keduanya. Tugas menjadi ibu rumah tangga bagi perempuan justru adalah kemuliaan yang mendatangkan pahala yang banyak, bukan hal rendahan seperti yang dipikirkan para pejuang emansipasi.