Lantunan syair-syair agung berkumandang
Perlahan rona jingga di ufuk Barat hilang
Sya’ban berganti mulianya Ramadhan
Bulan berkah disambut kegembiraan
Menebarkan mahabbah
Merekatkan ukhuwah
Taqarub ilallah, merayu pada-Nya, rahmah
Mengencangkan dakwah
Mengetuk pintu para ahlun nushrah
Menuju Islam kaffah menegakkan syariah
Di bawah panji Al Liwa dan Ar Rayah
Menyongsong Daulah Khilafah
Marhaban yaa Ramadan, syahrul maghfirah
Beberapa bait puitis dibacakan oleh MC, saat membuka acara kajian akhwat. Pada cerahnya rabu pagi, 15 Mei 2019 bertepatan dengan 10 Ramadan 1440 H. Tepat di saat jarum jam menunjukan angka 9:00 WIB.
Puluhan peserta duduk rapih dan menyimak penuh kekhusyuan. Setelah sebelumnya, terlantun surat Al Qolam oleh seluruh peserta. Selaras dengan tujuan acara persembaham MT Sahabat Al Qur’an, yaitu membangun nafsiyah (perasaan beragama) dan memahamkan Muslimah Indramayu dengan tsaqofah Islam.
Di bulan penuh berkah ini, tema yang diangkat yakni “Ramadan, Momentum Wujudkan Islam Rahmatan Lil ‘Alamin” dengan pemateri Ustazah Wulan Rahayu Ningtyas, S.Si.
Peserta kembali diingatkan tentang keistimewaan bulan Ramadan. Sekaligus mengajak peserta berpikir kritis, mengapa nilai-nilai religi meredup di sebelas bulan lainnya. Padahal perintah berIslam kaffah yang termaktub dalam QS. Al Baqarah: 208, tidak hanya berlaku di bulan Ramadan saja.
Selanjutkan, pemateri membahas tentang makna kaffah itu sendiri. Bahwa kaffah artinya menyeluruh, tanpa kecuali. Karena Islam merupakan ajaran yang sempurna dari aspek aturannya karena melingkupi tiga dimensi, yakni: habluminallah, habluminannafs dan habluminannas. Maka Muslimah sejati tidak akan memilih dan memilah aturan Islam.
Ustazah Wulan juga menyampaikan bahwa pelaksana aturan Islam itu ada tiga, yakni: individu, masyarakat dan negara. Jika satu pilarnya hilang, maka aturan Islam tidak bisa dilaksanakan secara sempurna, sehingga tidak akan terwujud Islam rahmatan lil’alamin.
Peran negara menjadi amat penting, karena tanpanya sistem persanksian dalam Islam pun tidak bisa diterapkan. Negara lah yang berwenang dan mampu menjadikan seluruh hukum Allah tegak di muka bumi.
Apabila terdapat ancaman dalam pelaksanaan aturan Islam, negara akan bersikap tegas menghentikannya. Ustazah Wulan mengambil contoh, salah satu proyek besar milik China, yakni OBOR (One Belt On Road) yang keberadaannya sarat dengan kebahayaan.
OBOR merupakan jalur sutra perdagangan China dengan maksud mendominasi dunia. Di balik proyek ini, China hendak memainkan jebakan utang ribawi kepada Indonesia. Maka tidak berlebihan jika OBOR dikatakan sebagai bentuk penjajahan China atas negeri kita.
Bukan hanya menjerat lewat utang saja, tapi disertai persyaratan lainnya, misal: mendatangkan tenaga kerja dari China. Belum lagi ancaman masuknya budaya asing serta ideologi batil yang bertentangan dengan Islam, rentan menelusup masuk bersama OBOR. Karenanya para Ulama pun sudah mulai bergerak, mereka menyerukan penolakan terhadap OBOR. Dan semestinya negara tidak dengan mudah melakukan penandatanganan dan bersepakat dengan pihak di luar Islam. Sebaliknya, negara yang bertakwa, akan tegas menghentikan rencana jahat ini.
Terakhir, ustazah kembali menegaskan bahwa Islam rahmatan lil’alamin hanya akan terwujud jika diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan utamanya oleh negara, termasuk dalam kebijakan luar negerinya.
Dan Ramadan menjadi pijakan yang tepat untuk meraihnya. Saat ghiroh Islam menyalakan kerinduan berIslam kaffah.
Acara mencapai puncaknya pada sesi tanya jawab dan pembagian doorprise. Setelahnya peserta diajak berdoa bersama, bermunajat dan memohon kepada Allah, agar institusi penerap hukum syara segera terwujud. Cita-cita berIslam kaffah akan teraih bersamanya. [Sys]
[Mnh]