Oleh: Nidya Lassari Nusantara
(Praktisi Pendidikan Anak dan Remaja)
ne************@gm***.com
Muslimahtimes- Bank Dunia menyetujui pinjaman senilai US$250 juta atau setara Rp3,5 triliun (dengan asumsi kurs Rp14 ribu per dolar AS) untuk mendukung program peningkatan mutu madrasah dasar dan menengah di Indonesia. (CNN Indonesia, 28/06/2019)
Dijebak utang lagi, lagi dan lagi. Begitulah adanya negara yang tak mandiri. Indonesia, negeri kaya raya bergelar zamrud khatulistiwa ini memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Namun, ekonominya justru jauh di bawah rata – rata. Negeri ini juga tidak kekurangan sumber daya manusia, bahkan termasuk penduduk dengan jumlah terbesar ke-empat di dunia. Malangnya, di mata dunia Indonesia hanya negara yang rajin utang. Bahkan sampai usia 74 tahun, Indonesia belum mampu memimpin negrinya sendiri tanpa intervensi negara lain. Indonesia hanyalah negeri kaya, tapi utangnya dimana – mana. Aneh tapi nyata.
Keadaan ini tidak terjadi begitu saja. Indonesia diborgol dengan kebijakan kapitalisme karena ideologi inilah yang telah menjadi ideologi yang menguasai dunia saat ini. Ekonomi Kapitalis adalah sistem dimana perdagangan, industri dan alat-alat produksi dikendalikan oleh pemilik swasta dengan tujuan memperoleh keuntungan dalam ekonomi pasar. Pemilik modal dalam melakukan usahanya berusaha untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Dengan prinsip tersebut, pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna memperoleh keuntungan bersama. Tetapi intervensi pemerintah dilakukan secara besar-besaran untuk kepentingan-kepentingan pribadi. Utang dianggap solusi tapi nyatanya hanya kutukan.
Padahal tingkat utang yang tinggi khususnya pada luar negeri dapat menurunkan harga diri suatu negara. Melalui jeratan utang, ideologi ini dengan leluasa mendikte sebuah negara yang mempunyai beban utang. Pendidikan Islam akan diatur dan diintervensi oleh pengusaha dan penguasa. Cepat atau lambat, akan hadir sekolah yang mengajarkan kurikulum sekuler, beragama Islam tetapi aturan hidup berasal dari luar Islam. Islam liberal atau Islam moderat yang jelas bertentangan dengan budaya timur dan mayoritas penduduk yang beragama Islam.
Fakta tersebut pun dikhawatirkan menjadikan pendidikan yang merupakan kebutuhan pokok juga sebagai ajang bisnis. Biaya sekolah semakin mahal. Kasta dalam pendidikan pun terjadi.
Ekspor impor sembako yang terjerat utang di bidang Industri dan pertanian akan terjadi di bidang pendidikan semisal ekspor impor guru. Jual beli infrastruktur yang terjerat investasi asing akan terjadi juga dalam bidang pendidikan, yakni jual beli madrasah bahkan sampai jual beli akidah. Tentu itu semua akan merugikan masa depan bangsa.
Lalu adakah ideologi yang mampu memberikan jaminan pendidikan dengan mutu berkualitas tinggi?
Peradaban Islam telah memberikan tinta emas dalam perjalanan kehidupan manusia dalam berbagai aspek. Kemajuan ilmu pengetahuan hingga kesejahteraan masyarakat turut menjadi catatan gemilang ketika peradaban Islam diterapkan selama 13 abad.
Dalam bidang pendidikan, Islam sangat memperhatikan hak dan kewajiban setiap rakyat. Anak-anak dari semua kelas sosial mengunjungi pendidikan dasar yang terjangkau semua orang. Pendidikan gratis. Kesejahteraan guru dijamin negara.
Khalifah Al-Hakam II pada 965 M, mendirikan 80 Sekolah Umum di Cordoba dan masih ada 27 sekolah khusus anak-anak miskin. Di Kairo, Al-Mansur Qalawun mendirikan sekolah anak yatim. Dia juga menganggarkan setiap hari untuk ketersediaan makanan yang cukup serta satu stel baju musim dingin dan satu stel baju untuk musim panas bagi pelajar. Bahkan untuk orang-orang Badui yang berpindah-pindah, dikirim guru yang juga siap berpindah-pindah mengikuti tempat tinggal muridnya.
Seribu tahun yang lalu, universitas paling hebat di dunia ada di Gundishapur, Baghdad, Kufah, Isfahan, Cordoba, Alexandria, Cairo, Damaskus dan beberapa kota besar Islam lainnya. Perguruan tinggi di luar Khilafah Islam hanya ada di Konstantinopel yang saat itu masih menjadi ibukota Romawi Byzantium. Sementara belum ada universitas di Kaifeng ibukota China atau di Nalanda, India, di Eropa Barat dan Amerika.
Rasulullah bersabda : “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya” (HR. al – Bukhari)
Tugas pemimpin adalah memberikan segala hak – hak rakyatnya dan Islam menjamin semua itu. Negara dengan asas Islam tidak akan pernah kompromi dengan riba. Karena itu telah diharamkan Allah SWT dalam surah Alquran, “Allâh menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (al-Baqarah/2:275).
Secara pribadi, masyarakat sampai negara tidak dibolehkan terjerat utang ribawi sebagaimana utang negara kita hari ini. Hikmahnya, kemandirian dan kedaulatan negara dapat terjaga.Meningkatkan mutu pendidikan dengan jeratan utang sangat merugikan masa depan bangsa karena menjadi alat asing untuk menjajah pendidikan Islam di Indonesia. Meningkatkan mutu pendidikan cukup dengan melanjutkan kehidupan Islam yang secara nyata telah memberikan kejayaan dari segala aspek kehidupan.
Rekam jejak emas masa peradaban gemilang dengan sistem Islam ini bahkan mendapat komentar tokoh – tokoh dunia. Di antaranya dimuat oleh Dr. Musthafa As Siba’i dal am kitab Min Rawa’i Hadhratina. Jacques C. Reister mengatakan, “Selama lima ratus Islam menguasai dunia dengan kekuatannya, ilmu pengetahuan dan peradaban yang tinggi.” Wallahualam bishawab.[NB]