Oleh : Neng RSN
#MuslimahTimes –– Bulan ini, tepatnya 17 Agustus 2019, genap sudah 74 tahun Indonesia mencapai kemerdekaannya. Euforia menyambut hari istimewa sudah nampak dari jauh-jauh hari. Negara kita memang sudah 74 tahun lamanya merdeka dari belenggu penjajahan. Namun nyatanya, tidak pernah mengalami kebangkitan, malah yang terjadi keterpurukan. Kita masih banyak melihat disekitar kita khususnya remaja yang terjebak narkoba, pergaulan bebas, tawuran, dan fenomena negatif lainnya. Lantas, masih pantaskah dikatakan merdeka? Â
Berlatar belakang hal di atas, Ahad 18 Agustus 2019 bertempat di Musholah Al-Falah Waringinkurung, KARIMAH (Komunitas Remaja Muslimah) Waringin kurung-Kramatwatu Serang Banten menggelar kembali kajian bulanan. Dengan mengangkat tema “ Antara 17 Agustus dan 17 thn, mau apa guys? “, acara kali ini KARIMAH mengundang pembicara dari kalangan pendidik dan pemerhati remaja, yaitu Bu Lulu Umairoh, S.Pd dan ustdzah Entang Yuniar.
Acara dihadiri oleh para remaja sekitar daerah waringinkurung-Kramatwatu dan dibuka oleh duet MC kece yaitu ukhty Hestya dan ukhty Pipit. Untuk membakar semangat para peserta, MC memandu peserta dengan yel-yel :Sahabat KARIMAH… Sholihah, Syakhsiyah Islamiyah, Siap men-Smart-kan dunia, Allahu Akbar…Â
Ekspresi kegembiraan dan antusias terlihat di wajah mereka. Agar menambah keberkahan dilantunkan pembacaan ayat suci Al-qur’an QS. Al An’am 79 dan Al Araf 96 oleh ukhti Nurhajijah dan ukhty Navi’ah. Sebelum menginjak ke acara inti, terlebih dahulu penanyangan video tentang ‘sudahkah kita merdeka?’.
Tiba saatnya pada acara inti yaitu penyampaian materi tentang makna merdeka oleh bu Lulu Umairoh. Beliau menjelaskan bahwa merdeka menurut KBBIÂ keadaan (hal) berdiri sendiri (bebas, lepas, tidak terjajah lagi, dsb); kebebasan. Pengertian merdeka seperti itu tidak salah, namun bermakna sempit. Merdeka dalam pandangan Islam berarti sesuai fitrah dan tauhid. Dimana setiap Muslim menjalankan aktivitas kehidupan sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya.Â
Kemudian sebelum penyampaian materi yang berikutnya, ada penanyangan video. Setelah itu, dilanjutkan penyampaian materi tentang fenomena remaja saat ini dan kemerdekaan yang hakiki oleh ustadzah Entang Yuniar. Beliau memaparkan bahwa saat ini memang kita telah merdeka dari penjajahan  secara fisik, tapi masih dijajah bentuk lain yaitu pemikiran. Gempuran pemikiran yang berasal dari barat, menyebabkan banyak remaja terjerumus dalam kemaksiatan. Narkoba, pergaulan bebas, tawuran, LGBT dan lainnya mewarnai pemberitaan di media massa maupun dunia Maya.
Semua fenomena negatif itu dikarenakan mereka jauh dari Islam. Pemerintah seperti tak serius dalam mengatasi permasalah tersebut, namun disisi lain jika ada fenomena artis hijrah maupun remaja yang cinta dengan agamanya dianggap bibit radikalisme dan fanatisme. Remaja yang bangga dengan bendera Rasulullah maupun yang ingin mengkaji Islam (halqah) distigmatisasi negatif sehingga muncul Islamphobia ditengah-tengah masyarakat. Lalu bagaimana solusi mengatasi permasalahan tersebut?
Jawabannya back to Islam. Jangan takut berdakwah, semua yang hidup pasti meninggal, tinggal kita memilih bagaimana kita meninggal. Berjuang atau berdiam diri, tentu jawabnnya berjuang karena ada pahala didalamnya. Dengan menerapkan Islam secara Kaffah, niscaya kemerdekaan yang hakiki dapat terwujud. Karena kemerdekaan hakiki adalah keadaan terbebas dari segala bentuk penghambaan kepada selain Allah baik baik dalam kehidupan individu maupun bernegara. Hanya kepada Allah kita tunduk, patuh, dan menghamba. Oleh karena itu kita wajib berhijrah dari peraturan buatan manusia menuju aturan yang berasal dari Allah SWT yaitu syariat Islam. Dan itu hanya akan terwujud dibawah naungan Daulah Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah.
Sebelum Q & A, peserta dihibur dengan pembacaan puisi oleh MC. Kemudian pembagian door prize kepada 2 orang dipilih karena keaktifannya sedangkan 1 orang dipilih karena datang ke acara paling awal.Â
Acara ditutup pada pukul 11.03 dengan pembacaan doa oleh ukhti Navi’ah. Setelah acara berakhir, diadakan Forum Ukhuwah dengan membagi peserta menjadi beberapa kelompok beserta kakak pendampingnya. Forun Ukhuwah ini bertujuan agar peserta nantinya dapat langsung mengikuti kajian mingguan. Kemudian sebelum pulang, para peserta berkumpul untuk foto bersama sambil mengumandangkan takbir.