Oleh. Isty Shofiah
#MuslimahTimes — Istilah santri menjadi banyak diperbincangankan akhir-akhir ini sejak munculnya film kontroversial ‘the santri’. Pasalnya, film tersebut menggambarkan sosok santri yang liberal dan cenderung membelokkan pemahaman umat akan santri yang sesungguhnya. Untuk itu, dalam rangka menjelaskan kepada umat akan hakikat santri dan makna santri yang sebenarnya, MT fatimah azzahra menyelenggarakan kajian bulanan dengan tema “Santri Mutiara Umat”, pada ahad (20/10/2019).
Ustadzah Khoirun Nisa selaku pembicara mengawali materinya dengan menggambarkan sosok santri yang sebenarnya. “Santri adalah orang-orang yang serius memperdalam ilmu agama, baik yang menetap di pesantren ataukah kalong/tidak menginap di pesantren. Bahkan siapapun yang sedang menimba ilmu agama dimanapun juga dapat disebut santri.”
“dan kata santri…” lanjutnya, “mengimplementasikan 4 fungsi yakni, satrul al aurah (menutup aurat), na’ibul ulama(wakil dari ulama yang haq), tarkull al ma’ashi (meninggalkan kemaksiatan), dan raisul ummah (peimpin umat). Jadi, jika ada penggambaran santri bisa ikhtilat atau bahkan khalwat juga toleransi kebablasan, jelas bahwa itu bukan santri, melainkan sudah tersusupi ide-ide menyesatkan di luar Islam, sebagaimana dalam film the santri yang telah jelas membelokkan pemahaman umat akan Islam yang benar.”
Beliau juga menggambarkan para santri yang turut dalam perjuangan indonesia. Mereka para pahlawan bangsa adalah para santri,seperti pangeran diponegoro,atau cut nyak dien, hingga resolusi jihad yang diprakarsai oleh laskar ulama dan santri. Dan merekalah the real santri. Memahami agama dengan baik dan memperjuangkannya.
Beliau juga menekankan bahwa santri merupakan mutiara umat, sebagaimana mutiara, untuk mendapatkannya butuh usaha keras hingga ke dasar laut dan dihargai begitu mahal. Begitulah para santri, peruangannya menimba ilmu bertahun-tahun di pesantren dan mengamalkannya serta menyampaikan Islam kaffah ke umat dan menjadi penjaga agama yang terpercaya.
“Karena santri yang sesungguhnya itu adalah akidahnya lurus, terikat dengan hukum syara’, mampu membentengi diri dari serangan tsaqofah asing, menjadi pemimpin umat dan pengemban dakwah terpercaya.” Pungkasnya.
Di akhir acara, beliau berdoa semoga negeri ini mendapatkan keberkahan dari Allah Subahanahu wata’ala serta dilindungi dari orang-orang yang akan merusaknya. dan menjadi negeri yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur dengan tegaknya syariat Islam secara kaffah dalam bingkai negara Khilafah. Aamiin allahumma aamiin.