Oleh : Dina Evalina
MuslimahTimes– Telah resmi dilantik Presiden-Wakil Presiden serta Para Menteri dan jajarannya untuk mengemban tugas lima tahun ke depan. Berbagai visi dan misi dicanangkan. Dan semua itu juga sudah disampaikan saat kampanye Pilpres 2019 berlangsung. Pada periode sebelumnya satu-satunya yang dibanggakan oleh Presiden di periode pertamanya yakni pembangunan infrastruktur.
Namun, dibalik hal itu tak luput dari sorotan kita bahwa masih banyak problematika negeri yang terjadi dalam periode tersebut. Sebut saja, masalah kebakaran hutan dan lahan (karhutla), Asap membubung tinggi ke langit di berbagai daerah, khususnya di Sumatera dan Kalimantan bahkan asap karhutla sampai memakan korban jiwa. Greenpeace Indonesia mencatat 3,4 juta hektare lahan terbakar selama 2015-2018.
Ditambah dengan difisitnya anggaran belanja negara, serta neraca perdagangan juga mengalami defisit karena impor berlebih yang mana hal itu membuat para petani semakin tercekik, kebutuhan hidup yang terus meroket mengakibatkan kebanyakan para wanita juga harus ikut bekerja membantu perekonomian keluarga, bergesernya peran wanita dalam sebuah keluarga tak jarang bermuara pada perceraian.
Rakyat juga harus merasakan kado pahit naiknya iuran BPJS di tahun depan. Program yang digadang-gadang dapat menjadi solusi atas permasalahan pelayanan kesehatan setiap tahunya mengalami defisit. Sehingga inovasi untuk menutupi defisit yang semakin melebar pemerintah akan menaikkan iuran BPJS. Kenaikan iuran BPJS akan mulai berlaku pada 1 Januari 2020. Kenaikan tersebut direncanakan untuk seluruh segmen peserta BPJS termasuk Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU)/ Peserta Mandiri. Untuk kelas 1 naik dari Rp 80.000 menjadi Rp 160.000, kelas 2 awalnya Rp 51.000 menjadi Rp 110.000, sedangkan kelas 3 dari Rp 25.500 menjadi Rp 42.000. (Cnbcindonesia.com, 24/10/2019)
Selain itu, Hutang negara yang melambung tinggi melengkapi problematika negeri ini. Seperti dilansir dalam (Economy.okezone.com, 15/10/2019) Bank Indonesia (BI) mencatat Hutang Luar Negeri Indonesia pada akhir Agustus 2019 tercatat sebesar USD393,5 miliar atau setara Rp5.567,5 triliun (kurs Rp14.148 per USD), terdiri dari Hutang Luar Negeri publik (pemerintah dan bank sentral) sebesar USD196,3 miliar, serta Hutang Luar Negeri swasta (termasuk BUMN) sebesar USD197,2 miliar. Semakin tingginya hutang berimbas pada besarnya pajak yang dipungut negara dari rakyat.
Mudahnya para kapital menguasai sumber daya Alam negeri ini, mengakibatkan negara telah kehilangan pos pemasukan untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Maka, memungut pajak dari rakyat menjadi satu-satunya jalan yang diambil pemerintah guna mendapatkan pemasukan serta membayar hutang yang kian menggunung.
Berbagai macam problematika akan terus muncul sebagai akibat dari negara yang menerapkan sistem sekuler kapitalis. Sistem yang lahir dari paradigma sesat dan rusak telah menjauhkan peran Sang Pencipta dalam berbagai kebijakan sehingga yang menjadi patokan dalam membuat peraturan yakni hawa nafsu dan akal manusia. Konsep pemahaman inilah menjadi sumber dari kerusakan di muka bumi.
Sistem sekuler Kapitalis menghilangkan fungsi negara yang berkewajiban memberikan kesejahteraan terhadap rakyat serta Mengamputasi peran para penguasa yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan mereka. Pemimpin negeri bekerja untuk ambisi kekuasaan dan kekayaan. Mengedepankan kepentingan para Kapitalis. Membiarkan rakyat hidup bekubang kesengsaraan. Membungkam suara rakyat yang kritis. Untuk terus menjaga sistem sekuler kapitalis agar tetap eksis.
Untuk mengembalikan fungsi negara dan peran pemimpin saat ini diperlukan adanya perubahan mendasar serta menyeluruh. Mencampakkan sistem sekuler kapitalis yang terbukti gagal menghadirkan kesejahteraan ditengah rakyat, kemudian mengambil langkah jitu dengan mengadopsi sistem Islam yang terbukti berhasil mengembalikan fungsi negara dan peran pemimpin dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Sistem Islam yang diterapkan dalam sebuah negara seperti yang pernah dicontohkan Rasulullah SAW berhasil mewujudkan negara yang kuat, mandiri dan disegani oleh negara lainnya. Tak tanggung-tanggung lebih dari 13 abad lamanya menguasai 2/3 dunia, menaunginya dengan payung Islam, menerapkan hukum-hukum Islam di seluruh aspek kehidupan. Walaupun terdapat masyarakat yang berbeda-beda akan tetapi tetap mampu terwujud kesejahteraan, ketenteraman, keadilan dan kedamaian di dalamnya. Sehingga, untuk keluar dari kesengsaraan yang tidak berkesudahan, maka sistem Islam sejatinya merupakan satu-satunya sistem yang layak diterapkan di negeri ini.