Oleh: Neng RSN
#MuslimahTimes — Beragam pemberitaan mengenai para pelajar tak luput dari narkoba, freesex, aborsi, geng motor, tawuran, AIDS, LGBT, miras, dan demoralitas masih mewarnai kehidupan generasi z negeri ini. Ditambah sikap apatis, hedonis, individualistik, konsumeristik, dan sebagainya yang telah mengukung generasi penerus bangsa. Inilah sekilas potret buram para pelajar negeri ini, buah dari penerapan sistem pendidikan kapitalis-sekuler saat ini. Dimana nilai akademik menjadi tolak ukur para pelajar, dikatakan smart atau tidak. Sedangkan nilai-nilai agama hanya dijadikan materi hafalan bukan dijadikan dasar pendidikan dan diaplikasikan. Lantas, seperti apa pelajar smart dalam Islam?
Semangat kepedulian untuk perubahan menuju peradaban gemilang, atas dasar kegelisahan tersebut Komunitas Remaja Muslimah (KARIMAH) Kramatwatu-Waringinkurung mengadakan kajian bulanan dengan mengusung tema “Be a Smart Student“pada Ahad, 26 Desember 2020 di Aula SMK Kopti Pejaten Kramatwatu. Pada kajian bulanan kali ini menghadirkan Teh Anisya sebagai pembicara. Acara yang dihadiri para pelajar SMA dan SMK ini dibalut dalam bentuk taklim.
Alhamdulillah.Pagi yang cerah ikut menyambut para peserta acara KARIMAH, walaupun sempat ada kendala mati listrik namun tidak menyurutkan semangat peserta untuk mengikuti acara. Teh Maeri membuka acara dengan memberikan salam dan menyapa para peserta dengan yel-yel khas ‘Sahabat Karimah’. Acara dibuka dengan lantunan ayat suci Alquran dengan membaca QS. Ali Imran 7 oleh teh Sachun dan teh Linda sebagai sari tilawahnya. Sebelum acara inti para peserta diajak untuk melihat tayangan berita tentang Reinhard Sinaga.
Mengawali pembahasan, Teh Nisya mencoba mengajak para peserta untuk merenungkan tentang “sudah berapa hari umur kita?”. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan, makhluk apakah ‘smartstudent’?. Lantas, ingin menjadi smartstudent yang seperti apa? Smartstudent produk kapitalis or Islam?.
Smartstudent produk kapitalis hanya sekedar pintar dari segi akademik semata, namun ternyata pintar akademik tidak cukup karena tidak menjamin kebahagiaan.Hal ini terbukti dengan adanya fenomena bunuh diri di kalangan pelajar, pencandu narkoba dan miras, AIDS yang mulai menjangkiti, LGBT yang mewabah, gaya hidup hedonis dan liberal, kasus aborsi karena freesex, demoralitas hingga bertindak kriminal, sikap individualistik dan apatis terhadap sesama, krisis identitas sebagai seorang muslim, dan sebagainya. Dengan semua fenomena tersebut semestinya menjadi ajang bermuhasabah, ada apa dengan kita?.
Agar hidup kita menjadi terarah, langkah pertama yang kita harus lakukan adalah memetakan kehidupan dari titik akhir, sebab kebanyakan remaja hari ini tidak tahu apa tujuan hidupnya. Tuliskan keinginan dan impian kita dalam sebuah catatansebagai pengingat dan motivasi untuk meraihnya. Setelah itu, mari kita definisikan “sukses”. Pertanyaannya, apakah standar kesuksesan dilihat dari kecantikan, kekayaan dan ketenaran?. Apakah semua hal itu menjamin kebahagiaan sejati? Tidak. Kebahagiaan sejati adalah hidup sesuai dengan aturan Allah Swt dalam mengarungi kehidupan dunia.
Mari bijaksana-bijaksini memandang hidup, jadilah orang yang memandang dunia satu kali dan akhirat berkali-kali. Kita ibarat musyafir yang tengah singgah di tempat perantauan. Jika kita hitung lama perantauan kita dibandingkan dengan relativitas waktu di padang masyarhanyalah terasa selama 2 menit 1 detik. Rasulullah Saw wafat di usia 63 tahun, jika kita mengandai-andai bahwa umur kita mencapai 60 tahun, berapa umur yang kita pertaruhkan? Kurang lebih 30 tahun umur yang kita pertaruhkan. Jangan sampai menyia-nyiakan waktu dan juga usia muda kita? Apalagi terjebak halusinasi istilah muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga. “Itu ngga banget dan tidak mungkin terjadi”, tandas teh Nisya.
Kelak di akhirat usia muda kita akan ditanya, “Kedua kaki seorang hamba tidak akan beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: umurnya dimanakah ia dihabiskan; ilmunya di manakah ia amalkan; hartanya bagaimana ia peroleh; di mana ia infakkan; dan mengenai tubuhnya di mana usangnya”. (HR. Tirmidzi).
Dan semua manusia akan menyesal, namun berbeda-beda bentuk penyesalannya. Kelompok pertama yang paling berat penyesalannya, karena dia golongan kafir yang tidak beriman kepada Allah Swt. Kelompok kedua yang berat penyesalannya, dia seorang muslim yang menyia-nyiakan kesempatan ketika hidup di dunia. Kelompok yang ringan penyesalannya, seorang muslim yang mempersiapkan bekal saat di dunia namun menyesal setelah merasakan nikmatnya surga, mengapa ia tidak memaksimalkan amal solehnya.
Yuk, be a smart student. Pertama, smart= nggak kutuan alias berwawasan luas, paham setiap syari’at yang berhubungan dengan dirinya. Kedua, smart= nggak kuper alias mudah bergaul dan senantiasa mengajakpada kebaikan. Ketiga, smart = jaga kehormatan alias menaati perintahmenutup aurat (berjilbabdan khimar) dan tidak ikhtilat serta khalwat. Keempat, smart = ikut kajian alias tholabulilmi dan berkumpul dengan sahabat taat. Jadi, smartitu singkatan dari sholihah, menjaga aurat, akhlak terpuji, rajin, dan takwa. Cukuplah ayat Al-Qur’an ini sebagai pengingat, Allah Swt berfirman:
“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan, tetapi dia tiada menempuh Jan mendaki lagisukar”.(QS. Al Balad 10)
“Hidup adalah pilihan. Maka, jangan salah di persimpangan”, kata teh Nisya mengakhiri materinya
Setelah penyampaian materi selesai, sebagai hiburan menampilkan suara merdu Teh Hestya dan pemberian doorprize untuk para peserta. Acara ditutup dengan pembacaan doa oleh teh Linda kemudian diadakan forum ukhuwah yang bertujuan agar peserta nantinya dapat langsung mengikuti kajian mingguan.
Allahu a’lambishhowab