Reporter : Isty Shofiah
Muslimahtimes– Setiap hari media menampilkan berita yang menyesakkan dada. Kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak setiap tahun terus meningkat. Disisi lain, hak-hak perempuan tercerabut dengan berbagai kebijakan yang mengatas namakan kesetaraan. Jaminan keselamatan dan kesejahteraan bagi perempuan seolah jauh panggang dari api. Seakan-akan benar menjamin, nyatanya bualan semata. Berangkat dari keresahan akan nasib perempuan, majelis taklim Fatima Az-Zahra menyelenggarakan kajian dengan mengangkat tema : “Jaminan Sejati Perempuan Ada pada Islam”, pada Ahad (16/2/2020).
Acara yang bertempat di kota Pasuruan ini merupakan majelis taklim bulanan. Puluhan peserta hadir dari berbagai kalangan, dari Ibu rumah tangga, ibu pekerja hingga usia senja tak mau kalah turut mengkaji ilmu bersama. Kali ini hadir ustadzah Khairun Nisa sebagai pemateri.
Beliau mengawali dengan fakta data terkait kekerasan seksual yang menjadikan perempuan sebagai korban. Rentang tahun 2016 hingga 2018 misalnya, setidaknya terjadi 17.088 KTP (kasus kekerasan terhadap perempuan) yakni 42% kekerasan seksual dan 52%nya adalah pemerkosaan. Itu artinya ada 23-24 perempuan per hari yang menjadi korban.
“Perempuan tak henti-hentinya menjadi korban. Di dalam sistem kapitalisme ini, perempuan seolah tak ada harganya. Kesetaraan gender yang digaungkan bukan mensolusi justru semakin memperburuk keadaan. Lihatlah, pelecehan dan pemerkosaan kerap terjadi. Bukan hanya pakaian membuka aurat sebagai penyebabnya, faktor utama adalah pornografi yang kian bebas merajalela.” Papar ustadzah Nisa.
“Di Pasuruan sendiri misalnya” lanjut beliau. “Kerap terjadi pelecehan hingga pemerkosaan yang dilakukan oleh orang terdekat. Penyebab utamanya karena mereka tak mampu menahan gejolak nafsu setelah menonton video porno. Alhasil, orang terdekat menjadi korbannya. Kakek tega mencabuli anak tetangganya, bapak tega menggauli anak kandungnya, bahkan yang sangat menyayat hati ada seorang ibu yang menyetubuhi anak lelakinya.” Jelas beliau. Terlihat para peserta begidik ngeri mengetahui kondisi lingkungan yang tak lagi aman.
Sistem kapitalisme yang menjunjung tinggi ide kebebasan ini yang kemudian memunculkan berbagai kerusakan moral. Prilaku yang semakin menjauh dari norma agama, fitrah dalam diri manusia tercerabut tak bersisa, hingga tega berbuat asusila. Miris!
Ustadzah Nisa membandingkan dengan sistem terbaik yang tak ada cacat sedikitpun, ialah sistem kehidupan yang bersumber dari Kalam Allah dan Sunnah Rasulullah.
“Islam adalah agama sekaligus Ideologi yang membahas seluruh aspek kehidupan dari A sampai Z. Negara yang menerapkan aturan Illahi secara kaffah akan menjamin kemuliaan seorang perempuan dan seluruh kaum muslimin. Islam telah mengatur pergaulan antara lelaki dan perempuan. Aturan ini ketika diterapkan oleh negara dan dipahami oleh seluruh kaum muslim maka akan ada saling bahu membahu dalam menjaga satu sama lain agar tak terjerumus pada kemaksiatan, itulah amar makruf nahi mungkar. Di sisi lain, negara juga akan memfilter segala macam yang mampu merusak moral masyarakat, termasuk pornografi dan pornoaksi. Sanksi dan hukuman berat akan diberlakukan bagi siapapun yang melanggar aturan Syara’. Disinilah urgensi negara dalam menerapkan syari’at Islam secara kaffah agar manusia terjaga dan selamat di akhirat.” Tegas beliau di hadapan para peserta yang juga khusyuk mendengarkan.
Para peserta begitu antusias dengan materi yang disampaikan, terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan. Sesi diskusi berakhir dengan baik dan penuh kehangatan antar para peserta dan pemateri. Semoga acara ini mampu mengubah persepsi perempuan muslimah agar terlepas dari jerat kapitalisme dan kembali pada aturan Illahi serta turut memperjuangkan tegaknya kembali dienullah dimuka bumi ini. Aamiin. Allahu Akbar!