Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S
(Penulis Buku dan Aktivis Dakwah)
Muslimahtimes.com – Dakwah adalah kewajiban setiap individu muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Bukan semata tugas para dai dan ulama, tapi tugas semua orang yang berstatus muslim. Maka, memilih jalan dakwah adalah sebuah keistimewaan di saat yang lain enggan.
Hakikatnya dakwah adalah perjuangan. Sebab dalam dakwah ada banyak pengorbanan yang harus dicurahkan, di antaranya waktu, pikiran, tenaga, bahkan harta. Kadangkala godaan dunia melunturkan militansi perjuangan kita. Maka, perlu ada upaya menangkalnya agar bara perjuangan itu tetap menyala. Rugi, jika dunia menyeret kita pada kelalaian sehingga kita disibukkan dengannya, sementara jalan perjuangan dirasa teramat melelahkan.
Berikut adalah beberapa cara agar bara perjuangan tetap menyala.
Pertama, yakinkan diri bahwa perjuangan dakwah adalah sebentuk cinta kepada Sang Pemilik Jiwa dan sesama manusia. Allah Swt telah menjadikan para penyeru kebaikan sebagai orang-orang yang istimewa, pahalanya akan terus mengalir meski kita telah tiada, lebih-lebih jika apa yang kita sampaikan mampu mengantarkan hidayah kepada orang lain. Ya, sungguh dengan dakwah berarti kita berupaya menyelamatkan banyak orang dari api neraka.
Rasulullah SAW bersabda:
“Demi Allah, sesungguhnya Allah Swt memberikan hidayah kepada seseorang dengan (dakwah)-mu, maka itu lebih baik bagimu daripada unta merah.” (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad).
Kedua, yakinkan bahwa perjuangan dakwah adalah amal salih yang kelak akan dapat menjadi pemberat timbangan amal kita di Yaumil Akhir. Setiap kebaikan yang kita sampaikan lewat lisan kita dan setiap tulisan yang berisi seruan pada kebenaran takkan sia-sia. Maka, luruskan niat. Hanya karena mengharap rida Allah kita berjuang.
Ketiga, yakinkan bahwa perjuangan ini adalah sebentuk rasa syukur kita atas segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Jumlahnya tak terhitung. Maka, apakah kita enggan memberikan persembahan terbaik kepada Allah Sang Mahabaik?
Ketiga hal tersebut harus kokoh menancap di dalam benak kita, karena itulah modal kita mempertahankan nyala perjuangan. Modal kita bukan sekadar semangat. Karena modal semangat saja, jika tak dibarengi dengan pemahaman dan kesadaran, akan mudah layu. Lebih-lebih jika dihadapkan pada hal-hal yang membuat kita kecewa, akan mudah gugur dan berbalik arah.
Oleh karena itu, tancapkanlah di dalam jiwa sebuah pemahaman bahwa perjuangan ini adalah jalannya para nabi. Perjuangan ini adalah proyek membangun peradaban Islam, butuh keseriusan. Butuh keikhlasan. Biarlah lelah, tetapi bayarannya surga. Dengan pemahaman itu, niscaya kita takkan pernah berpikir untuk resign dari berjuang. Justru kita selalu berupaya memberikan persembahan terbaik dalam perjuangan.
Kesibukan dunia memang tak ada habisnya, justru itu adalah tantangan dalam perjuangan bukan hambatan. Maka, belajarlah mengelola kesibukan itu, bukan malah meninggalkan jalan perjuangan demi bisa longgar mengurus dunia.
Mental pejuang itu sekokoh karang, tak mudah hancur diterjang gelombang. Meski perjuangan ini kadang menyakitkan seperti halnya berjalan di atas duri, tetapi yakinlah bahwa kesakitan itu akan menjadi nikmat di kemudian hari. Maka, kerahkan semua potensi yang kita punya di jalan perjuangan. Sungguh, balasan Allah atas semua daya yang kita upayakan teramat istimewa.
Sabda Rasulullah Saw berikut ini semestinya menjadi pengobar bara perjuangan kita untuk istikamah menyala. “Barang siapa yang mencontohkan perbuatan baik dalam Islam, lalu perbuatan itu setelahnya dicontoh (orang lain), maka akan dicatat untuknya pahala seperti pahala orang yang mencontohnya tanpa dikurangi sedikit pun pahala mereka yang mencontohnya. Dan barang siapa mencontohkan perbuatan buruk, lalu perbuatan itu dilakukan oleh orang lain, maka akan ditulis baginya dosa seperti dosa orang yang menirunya tanpa mengurangi mereka yang menirunya.” (HR Muslim)
Jadi, mari kita nyalakan bara perjuangan, semoga kita menjadi orang-orang yang dirahmati Allah dan dirindukan surga-Nya. Aamiin..
“Sesungguhnya Allah memberi banyak kebaikan, para malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi, sampai semut-semut di lubangnya dan ikan-ikan selalu mendoakan orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.” (HR Tirmidzi).