Oleh: Kholda Najiyah
Founder Salehah Institute
MuslimahTimes.com–Menikah lalu memiliki anak adalah fitrah. Kelahiran anak adalah salah satu kabar terbaik yang membahagiakan semua manusia. Oleh karena itu, memiliki anak adalah salah satu anugerah yang dirindukan setiap pasangan. Terlepas dari faktor takdir bagi yang belum dianugerahi keturunan, ada beberapa faedah ketika pernikahan dianugerahi lahirnya generasi:
1.Mewujudkan Ketenangan dan ketenteraman
Pasangan menikah akan tenang dan tenteram setelah memiliki anak, karena hakikat fitrah manusia adalah ingin menyempurnakan diri dengan keturunannya. Mereka akan merasa diterima menjadi bagian dari anggota masyarakat, karena secara sosial, penerimaan itu berhubungan erat dengan konsensus tidak tertulis yang disepakati bersama.
Menikah, lalu memiliki anak, sadar atau tidak ada konsensus masyarakat dunia sejak zaman Nabi Adam. Itulah mengapa memiliki anak akan melegakan sepasang suami istri yang telah terikad dalam janji pernikahan. Lega luar biasa karena akhirnya telah berubah status menjadi ibu dan ayah.
Betapa banyak pasangan yang gelisah dan resah karena tidak atau belum memiliki anak. Meskipun hal itu masih bisa ditepis karena ada faktor Allah Swt di sana, tetap saja gelisah. Demikian pula pasangan yang takut punya anak, betapa resahnya setiap berhubungan suami-istri. Takut kebobolan. Lantas di mana letak ketenteramannya?
2. Lebih Sayang Orang Tua
Ketika pasangan menikah punya anak, barulah dia paham bagaimana posisi menjadi orang tua. Seorang anak perempuan, baru sadar akan keagungan seorang ibu, ketika ia sendiri telah menjadi seorang ibu. Ia akan jauh lebih hormat dan mencintai ibunya. Seorang anak laki-laki yang telah menjelma menjadi seorang ayah, baru sadar akan keagungan ayahnya, ketika ia mengalaminya sendiri.
Demikianlah siklus alam dalam proses pembelajaran kehidupan ini. Rasa empati, terkadang baru bisa muncul begitu kuat, setelah kita benar-benar mengalami sendiri. Rasa hormat dan cinta akan semakin membuncah kepada kedua orang tua kita, karena kita telah menyadari, betapa mulianya orang tua kita yang telah berkorban segala hal demi kita.
3. Kebahagiaan Tak Terkatakan
Memiliki anak kandung adalah sebuah kebahagiaan tersendiri yang tidak bisa terlukiskan keindahannya dengan kata-kata terbaik apapun di dunia ini. Nikmat Allah yang luar biasa yang tidak bisa digantikan nilainya dengan materi apapun. Bahkan dunia dan seisinya ini niscaya tidak akan sanggup menggantikan kebahagiaannya.
Sungguh rendah jika menilai kelahiran anak-anak adalah sebagai beban ekonomi, karena sungguh mereka adalah sumber kebahagiaan hakiki. Seorang ibu yang hamil, melahirkan, menyusui dan mendidik anak-anaknya dengan skill kehidupan hingga anak-anaknya mandiri adalah ibu yang sangat bahagia. Fitrahnya begitu. Itulah hati nuraninya terdalam. Kalaulah ada ibu yang stres, terbebani dan merasa tidak bahagia saat mengasuh dan mendidik anak-anaknya, adalah karena faktor-faktor lingkungan seperti kurangnya dukungan pasangan, dukungan finansial dll. Bukan semata-mata karena polah tingkah anak-anak itu sendiri.
Demikian pula seorang laki-laki yang telah menjadi ayah, sanggup mengorbankan keringat, harta dan bahkan nyawanya demi bisa menghidupi anak-anaknya, di situlah letak kebahagiaannya. Kebahagiaan yang yang terukur materi duniawi.
4. Ladang Amal Jariyah
Manusia yang terbaik adalah yang banyak membawa manfaat bagi sesama, salah satunya dengan keberhasilan melahirkan dan mendidik generasi. Anak-anak dilahirkan bukan untuk menjadi beban dunia, tapi justru aset dunia sebagai pewaris generasi. Merekalah yang akan menjaga dunia ini dan melestarikannya dengan sumbangsih sesuai kemampuan dan potensinya.
Ketika anak-anak ini menjadi manusia yang berguna, insyaallah pahala jariyah mengalir untuk kedua orang tuanya. Sungguh rendah jika memandang anak-anak hanyalah investasi duniawi, yakni semata untuk menjaga masa tua kedua orang tuanya, serta menjamin finansialnya. Bukan itu harapan orang tua. Justru, investasi akhiratlah yang dikejar, yaitu menjadikan amal saleh anak-anaknya sebagai bagian dari pahala jariyah abadi hingga akhir hayatnya tiba.
Demikianlah, kita harus bersyukur dan bersabar diberi amanah anak, demikian pula tetap berikhtiar bagi yang belum mendapat amanah keturunan dari-Nya.(*)