Oleh: Yusriani Rini Lapeo, S. Pd,
(Pemerhati Umat dan Anggota Muslimah Media Jakarta)
MuslimahTimes.com–Oh, teroris riwayatmu kah kini? Mengapa kalau mendengar kata teroris seakan-akan semua mata tertuju pada Islam? Jawabannya satu, karena isu terorisme pencetusnya adalah mereka yang tidak suka dengan Islam.
Sasarannya adalah para ulama, bahkan santri pun kerap disebut dengan calon radikal dan teroris. Lucu tapi miris.
Lucunya, bagaimana mungkin para ulama yang mempelajari ilmu agama dengan menggabungkan kitab-kitab Al-Qur’an, hadis, ijma’, dan qiyas disebut teroris dan radikal, padahal tidak pernah satu pun para ulama berdakwah dengan cara menodongkan senjata atau sebagainya kepada santri ataupun jemaahnya.
Mirisnya, tuduhan salah alamat ini selalu menyasar kepada ulama dan sesuatu yang identik dengan Islam. Bilang saja, jika mereka yang membenci Islam ingin mengubur dan mengaburkan cahaya Islam dimuka bumi.
Tak hanya itu, mereka menyasar ulama yang paling berpengaruh di masyarakat, ulama yang jika berbicara selalu mencerdaskan umat, ulama yang ketika bertutur kata selalu dengan kalamullah, santri, lembaga dan organisasinya pun dibawa-bawa.
Maraknya ancaman terhadap para ulama dan tokoh Islam adalah sebuah pelecehan terhadap Islam. Menyakiti dan memfitnah para ulama sama saja sedang melecehkan seluruh kaum muslimin.
Mereka bukan teroris dan tidak akan pernah sama dengan teroris, jika demikian maka buktikanlah secara hukum, bukan dengan dugaan semata dan tindakan anarkis.
Hati-hati, daging ulama itu beracun! Para ulama adalah penyambung lidah Rasulullah saw, yang menerima warisan dari beliau yaitu ilmu-ilmu agama. Siapa pun yang telah memfitnah mereka, pasti akan terkena nasib buruk bagaikan tubuh terkena racun.
Sejatinya, para ulama dalam pandangan Islam sangat dihargai dan lebih tinggi kedudukannya melebihi penguasa. Dalam hal ini Rasulullah saw. bersabda, “Permisalan ulama di muka bumi seperti bintang yang ada di langit. Bintang dapat memberi petunjuk kepada orang yang berada di gelap malam, di daratan maupun di lautan. Jika bintang tak muncul, manusia tak mendapatkan petunjuk” (HR Ahmad).
Pun mengenai kedudukan mereka Allah Swt berfirman, “Allah meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu di antara kalian beberapa derajat…” (QS. Al-Mujadilah: 11).
Firman Allah di atas yang dimaksud adalah para ulama. Seyogyanya, penguasa negeri ini berterima kasih pada ulama, karena keberadaan para ulama pula agama ini terpelihara dan umat akan terjaga dari berbagai kesesatan.
Munculnya ketidakadilan ini cukup menjadi bukti, bahwa pemimpin negeri ini tidak mampu menjamin keamanan dan melindungi hak-hak masyarakatnya, terutama para ulama kita.
Muliakanlah para ulama kita, jangan memfitnah dan menyakiti hati mereka. Berpulangnya mereka tak bisa digantikan dengan mudah, bahkan oleh ribuan ahli ibadah sekali pun. Jika mereka sampai mati terbunuh karena kezaliman penguasa, maka tunggulah musibah berat akan menimpa para pemimpin zalim.
Ingat, daging ulama itu beracun! Maka kata Allah, siapa saja yang memusuhi mereka sungguh mereka sedang melakukan perang dengan Allah. “Siapa saja yang memusuhi wali-Ku, sungguh Aku telah mengumumkan perang kepada dirinya.” (HR al-Bukhari).
Sungguh keras ancaman Allah Swt dan Rasul-Nya terhadap orang-orang yang memfitnah, memusuhi termasuk mengkriminalisasi para ulama dan pejuang Islam. Sehingga siapa saja yang melakukan hal demikian, baik pemimpin maupun aparat penegak hukum, maka dipastikan ia akan mati dalam keadaan su’ul khatimah.
Semoga kebaikan selalu menyertai mereka para ulama dan keluarga mereka, yang berada di garda terdepan mendakwahkan Islam meski ditimpa bertubi-tubi ujian di dunia aamiin. Wallahu ‘a’lam