Oleh. Anisa Fitri Mustika Bela, S.Pd
(Alumni FIS, Universitas Negeri Jakarta)
Muslimahtimes.com– Seorang bapak termenung selepas pulang kerja, sang istri menghampiri seraya membawakan segelas kopi. Ia bertanya “Ada masalah apa Pak?”seraya mengusap punggung suaminya yang tampak membungkuk dengan raut wajah lesu. Dengan pedih suami berkata, “Beberapa waktu lalu, Bapak lihat berita katanya bahan pangan naik lagi, Bu. Sedangkan, pendapatan tidak ada peningkatan. Ini loh Bu, beritanya.” seraya menyodorkan handphone yang memuat berita dari laman kompas.com (29/9/2022) yang isinya:
“Sekertaaris Jendral Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Mujiburrohman memperkirakan tidak stabilnya harga-harga kebutuhan pokok di pasar akan terus berlangsung seiring dengan situasi ekonomi yang berlangsung. Selain itu, angka pengunjung pasar juga diprediksi akan semakin menurun jika dampak inflasi tidak ditangani dengan baik. Salah satunya harga telur ayam naik sampai Rp31.000 per kilogram. Padahal biasanya hanya Rp25.000 per kilogram.”
Presentase kenaikan harga pangan lain dikabarkan jelas dalam laman Bisnis.com (8/10/2022) dimana harga minyak goreng kemasan sederhana dan premium naik masing-masing Rp100 dari hari sebelumnya menjadi Rp16.200 dan Rp21.300 per liter. Daging ayam dan telur naik Rp100 menjadi Rp34.400/kg dan Rp28.200/kg. Cabai merah keriting naik Rp1000 menjadi Rp48.800/kg. Dan komoditas yang mengalami kenaikan signifikan dibanding bulan lalu adalah cabai rawit merah hingga 5,67 persen menjadi Rp64.300/kg.”
Si istri turut prihatin memikirkan pula kebutuhan anak-anak yang masih harus membiayai kebutuhan sekolahnya. Kepedihan melanda sebuah keluarga, bukan hanya satu atau dua keluarga tetapi hampir setiap keluarga yang tinggal dan hidup di bumi Indonesia mengalaminya. Kepahitan dan kesulitan yang kian menyusahkan tatkala harga BBM dan sembako naik ditambah adanya rencana kenaikan tarif tol turut memperparah keadaan. Tak mengherankan bila berita menyebutkan: “Elemen massa dari partai buruh dan organisasi serikat buruh sepakat untuk menggelar demo di berbagai wilayah Indonesia pada 12 Oktober 2022” (cnbcindonesia.com).
Dilansir dari laman cnnindonesia.com (21/12/2022), ribuan buruh menggelar unjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu (21/9). Ketua DPD Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Jawa Barat Roy Jinto Ferianto mengatakan, aksi ini menyampaikan pernyataan sikap kepada pemerintah, yakni penolakan harga BBM, penolakan UU Cipta Kerja, dan kenaikan upah sekitar 24 persen pada 2023.
Mayarakat pesimis akan adanya ‘bantuan’ negara agar dapat hidup layak. Meski sudah berulangkali demo dan berunjuk rasa dunia tetap tidak berubah. Negara seolah tak mau ambil pusing mengurusi hidup mereka apalagi membebek pada Barat dengan mengikuti nasihat IMF untuk menghapuskan subsidi. Jutaan hati rakyat Indonesia menjadi gelisah, sulit tidur tiap malam karena memikirkan kebutuhan besok dan ke depan. Teringat wejangan Sunan Bonang agar hidup menjadi tenang dan meningkatkan kedekatan hubungan dengan Allah serta meningkatkan kecenderungan untuk selalu berbuat sesuai tuntunan syariat yang sering dinyanyikan oleh Opick, “Tombo ati iku limo perkarane, kaping pisan moco Qur’an lan maknane, kaping pindo sholat wengi lakonono, kaping telu wong kang sholeh kumpulono, kaping papat kudu weteng ingkang luwe, kaping limo dzikir wengi ingkang suwe.”
Dengan menjalankan kelima perkara itu, maka hidup menjadi tenang. Kesulitan dan kesusahan tak membuat putus asa apalagi sampai berniat mengakhiri nyawa. Meski begitu, negara memanglah kejam karena tak berpihak pada rakyat. Negara tidak membuat langkah nyata untuk memudahkan rakyat mendapatkan kebutuhan pokoknya dan cenderung memberikan karpet merah kepada para pengusaha atau kaum oligarki. Kerinduan akan dunia yang lebih baik, keinginan untuk hidup di tempat yang layak sebagaimana kisah kegemilangan, kejayaan dan kesejahteraan yang tergambarkan dalam buku-buku sejarah Islam yang dituliskan dengan tinta emas peradaban. Dimana Umar bin Khattab r.a. pernah berkata, “Akulah sejelek-jeleknya kepala negara apabila aku kenyang sementara rakyatku kelaparan.” Bahkan, Umar bin Khattab memanggul sendiri gandum untuk diberikan kepada rakyatnya yang kelaparan.
Kisah kesejahteraan pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang berhasil menyejahterakan rakyatnya sehingga tidak ada lagi rakyatnya yang miskin. Pada suatu ketika, Umar bin Abdul Aziz didatangi tetamu dari utusan wilayah Byzantium (Turki sekarang) untuk berbincang tentang penggunaan kelebihan gandum di perbendaharaan negara. Umar pun memerintahkan mereka untuk menyalurkan gandum-gandum tersebut kepada fakir miskin dan jika masih tersisa, maka gandum-gandum itu disalurkan dalam bentuk bantuan ke negeri-negeri tetangga, termasuk negeri nonmuslim yang berdekatan. Perintah itu pun dilaksanakan dan ternyata gandum masih tersisa sangat banyak. Tahun berikutnya, utusan tersebut datang lagi ke Damaskus untuk membahas hal yang sama dan jawaban Umar pun masih sama. Mereka pun melaksanakan perintah Khalifah. Setelah itu, Khalifah memerintahkan, jika gandum itu masih tersisa, “Tebarkanlah gandum di puncak-puncak bukit, agar tidak ada orang yang berkata ‘Ada burung yang kelaparan di negeri kaum Muslimin…”
Subhanallah!.
Keluhuran Islam telah membawa dunia menjadi baik dan tempat yang tepat untuk ditinggali. Hanya saja keluhuran itu akan mewujud sebagai rahmatan lil alamin bila syariat Islam diterapkan secara kaffah dalam sebuah institusi negara Islam sebagaimana yang diterapkan oleh kaum muslimin sepeninggal Nabi Muhammad saw. Karena, bila tidak diterapkan secara menyeluruh maka perekonomian akan hancur dan rakyat hidup susah tanpa kesejahteraan. Seperti saat ini dimana yang diterapkan adalah sistem kapitalisme yang hanya menguntungkan segelintir orang yang disebut para kapital atau kaum oligarki dan menyengsarakan 99 persen masyarakat dunia.
Satu lagi kisah yang mungkin akan membuat rasa ingin Islam diterapkan secara menyeluruh oleh segenap masyarakat adalah tatkala Phytophthora infestans menjangkiti kentang-kentang yang menjadi makanan pokok penduduk Irlandia, masyarakat merasakan bencana kelaparan yang melanda sampai-sampai banyak yang mati akibat rasa lapar yang kian hari kian bertambah parah disertai kurangnya energi untuk melakukan aktivitas.
Peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa “The Great Hunger” atau “The Great Irish Femine” yang terjadi pada tahun 1845-1852. Ditengah kelaparan yang melanda, Ratu Victoria yakni Pemerintah Inggris karena ketika itu Irlandia di bawah kekuasaan Inggris seolah tidak perduli. Berbeda halnya dengan Khilafah Ustmani, tatkala Khalifah Abdul Majid I mendengar kabar tersebut beliau langsung berkeinginan memberikan bantuan sebesar 10.000 sterling. Akan tetapi, Ratu Victoria menghambatnya dengan meminta Khalifah hanya mengirim 1.000 sterling saja. Namun, secara diam-diam Khalifah mengirimkan 5 kapal besar yang memuat makanan, sepatu dan keperluan lainnya senilai 10.000 sterling. Sayang, respons Ratu Victoria justru buruk dengan berusaha memblokir kapal yang membawa bantuan tersebut. Setelah melewati hambatan dari Ratu Victoria, akhirnya kapal berhasil berlabuh di Pelabuhan Drogheda. Kedua fakta tersebut menunjukkan keagungan Islam yang akan menjadi berkah bagi seluruh alam apabila syariat kaffah diterapkan dalam institusi Khilafah.[]