Oleh. Kholda Najiyah
MuslimahTimes.com – Menjalani pernikahan memang tidak semudah teori. Menjalin hubungan suami istri bukan perkara ilmu pasti, yang resepnya sudah tertentu dan selalu berhasil jika diterapkan. Tidak. Bahkan sekalipun sudah berkembang ilmu atau skill yang berkaitan dengan relasi suami istri, tetap bukan jaminan akan keberhasilan.
Misal, berkembang pesat ilmu komunikasi. Pasangan suami istri bisa mempelajarinya dengan seksama. Tetapi dalam praktiknya, tidak selalu skill itu bisa diterapkan dan pasti berhasil. Sebab, manusia memang bukan robot yang bisa diprogram dengan rumus tertentu.
Demikian pula dalam hubungan biologis, dewasa ini berkembang pesat skill dan sudut pandang medis berkaitan dengan urusan dewasa ini. Segala sarana untuk memenuhi fantasi manusia, didesain oleh para inovator. Berbagai edukasi dikampanyekan, demi kepuasan semaksimal mungkin. Karena, manusia memang tak pernah ada puasnya. Keinginannya tidak terbatas, meskipun alat pemuas terus diproduksi seolah tanpa batas.
Nah, bicara soal “urusan ranjang” memang perkara yang rumit. Selain wilayahnya sangat-sangat privat, juga tidak bisa dijabarkan secara teoritis. Hingga, ulama-ulama jika ditanya, “Bagaimana sebenarnya urusan biologis ini,” jawabnya hanya satu: “Ya, menikahlah dan rasakan sendiri.” Saking hal itu tidak bisa dijelaskan secara gamblang.
Oleh karena itu, satu-satunya pedoman manusia dalam mewujudkan terpenuhinya gharizah ini adalah panduan agama. Sayangnya, saat ini semakin banyak orang yang mengumbar urusan privat ini ke ranah publik. Baik dalam kondisi sedang berbunga-bunga, masa bulan madu, hubungan dengan selingkuhan, atau sebaliknya, gara-gara berkonflik dengan pasangan atau bercerai. Akhirnya buka-bukaan soal hubungan badan. Astaghfirullah. Na’udzubillah.
Padahal agama kita sudah tegas menggariskan agar tidak mengumbar urusan ranjang. Rasulullah saw bersabda yang artinya: “Sesungguhnya di antara sejelek-jelek manusia dalam pandangan Allah nanti di hari kiamat, ialah seorang laki-laki yang menyetubuhi isterinya dan istri pun melakukan persetubuhan, kemudian dia menyiar-nyiarkan rahasianya.” (Riwayat Muslim dan Abu Daud)
Dari Abu Hurairah , ia berkata: Nabi saw pernah salat bersama kami, setelah salam beliau menghadapkan mukanya ke hadapan kami, kemudian bersabda: “Berhati-hatilah terhadap majelis-majelis kamu! Apakah di antara kamu ada seorang laki-laki yang menyetubuhi istrinya dengan menutup pintu dan melabuhkan gorden, kemudian dia keluar dan bercerita, bahwa aku telah berbuat dengan istriku begini dan begini?“
Kemudian mereka semua diam. Lantas beliau menghadap kepada perempuan-perempuan dan menanyakan: “Apakah di antara kamu ada yang bercerita begitu?“
Seorang perempuan memukul-mukul tulang lututnya, demi menarik perhatikan Nabi. Lalu perempuan itu berkata: “Demi Allah kaum laki-laki bercerita dan perempuan-perempuan juga bercerita!“
Lantas Nabi bertanya: “Tahukah kamu seperti apa yang mereka lakukan itu? Sesungguhnya orang yang berbuat demikian, tak ubahnya dengan setan laki-laki dan setan perempuan, satu sama lain saling bertemu di jalan, kemudian melakukan persetubuhan, sedang orang lain banyak yang melihatnya.” (HR Ahmad, Abu Daud dan Bazzar)
Demikianlah, apapun alasannya, jangan buka urusan ranjang untuk siapapun, kecuali ke tenaga medis untuk konsultasi atau penyembuhan penyakit. Simpan dan rahasiakan, baik ketika masih terikat suami istri, maupun setelah berpisah, baik ketika hubungan mesra, maupun saat berkonflik. Jangan sampai saling rahasia. Malu dan memalukan!(*)