Oleh. Fatimah Az-Zahra, S.Pd
(Tim Redaksi Muslimahtimes.com)
Muslimahtimes.com– When you try your best, but you don’t succeed
When you get what you want, but not what you need
When you feel so tired, but you can’t sleep
Stuck in reverse
– Fix You by Coldplay-
Lagu sering jadi pelarian orang saat bingung mengungkapkan perasaan. Apalagi jika lirik yang disenandungkan ternyata sangat mewakili keadaan dan perasaan sendiri. Ah, so relate. Lantas bagaimana jika sang pelantun lagu pujaan hati ternyata akan datang ke negeri ini?
Konser Coldplay
Untuk pertama kalinya, Coldplay, rock band asal British yang terbentuk sejak tahun 1997 akan melakukan konser di Jakarta. Rencananya konser akan diadakan pada 15 November 2023 mendatang. Dalam unggahan di media sosial PK Entertainment, harga tiket konser Coldplay di Stadion Utama Gelora Bung Karno akan dijual mulai Rp800 ribu sampai Rp11 juta yang menjadi paket dengan harga termahal.
Walau harga tiket cukup mahal, tapi para penggemar tetap antusias menyambut konser ini. Bahkan, antusiasme para penggemar ini sempat membuat situs resmi Coldplay down ketika band itu mengumumkan rangkaian turnya. Diprediksi antusiasme para penggemar akan mencapai puncaknya saat tiket konser mulai dijual pada 17-19 Mei.
Pihak promotor mengungkapkan lebih dari 50 ribu tiket akan dijual untuk konser Coldplay di Jakarta. Angka itu lebih dari setengah kapasitas total Stadion Utama Gelora Bung Karno yang bisa menampung hingga sekitar 77,1 ribu penonton. Beragam tips dan trick pun berseliweran agar para penggemar bisa mendapatkan tiket saat war tiket konser Coldplay.
Jual Ginjal hingga Membantu Perekonomian
Berbagai komen menggelitik muncul dari para penggemar Coldplay di media sosial, mulai dari jual ginjal, jual sertifikat rumah, sampai ambil pinjaman online akan dilakukan demi bisa beli tiket Coldplay. Semua dilakukan agar hadir langsung di konser band pujaan hati.
Dikutip dari laman Kompas (17/5/2023), wartawan senior Kontan, Cipta Wahyana, menyebut bahwa per Maret 2023, simpanan masyarakat Indonesia mencapai Rp8.000 triliun. Hampir 5.500 (rekening) simpanan di atas 1 miliar.
Sementara di forum lain, Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani, menyatakan keberatan menerapkan standar kemiskinan internasional dari Bank Dunia, yakni menggunakan paritas daya beli melalui besaran pendapatan sebesar US$ 3,20 per hari. Jika standar ini diterapkan, menyebabkan 40% masyarakat tergolong orang miskin. Dengan kata lain, ada kurang lebih 110 juta jiwa orang yang tergolong miskin.
Sungguh miris. Di satu sisi, masyarakat dan pemerintah antusias menggelar dan menghadiri konser band rock internasional, di sisi lain ternyata angka kemiskinan negeri ini begitu besar jika memakai standar internasional. Yang kaya dengan mudah mengeluarkan uang jutaan demi nonton konser. Yang miskin banyak yang susah makan sehari-harinya. Inilah lebarnya jurang antara si kaya dan si miskin hasil penerapan sistem kapitalisme.
Klaim bahwa konser membantu perekonomian rakyat Indonesia perlu untuk dicermati kembali. Pengusaha besarlah yang mendapat keuntungan atas terselenggaranya konser ini, terutama di bisnis perbankan, hotel, penyelenggara konser, transportasi, dll, Sedangkan UMKM hanya mendapatkan remah-remahnya saja.
Rakyat bekerja keras kepada para kapitalis, pemilik perusahaan-perusahaan besar. Rakyat mendapatkan gaji dan membelanjakan gaji tersebut untuk membeli produk para kapitalis.
Saat rakyat ingin healing, meredakan stres karena pekerjaan penuh tekanan, misalnya menonton konser. Uangnya masuk ke pundi para kapitalis juga. Inilah skema yang membuat para kapitalis berkuasa, mampu menyedot dana masyarakat dari berbagai lini. Wajar jika dinyatakan harta empat orang miliarder di Indonesia setara dengan gabungan harta 100 juta warga termiskin. (DW, 23/2/2017)
Cold-hearted ala Kapitalisme
Inilah Cold-hearted alias tidak berempatinya sistem kapitalisme. Mimpi mulia negara untuk Mengentaskan Kemiskinan bak pungguk merindukan bulan, angka nol untuk kemiskinan, tapi yang difasilitasi malah agenda yang memperkaya para kapitalis dan membuat terperosok rakyat.
Jika betul-betul ingin Mengentaskan Kemiskinan bukahkah lebih baik dana yang digunakan untuk menopang konser dialihkan untuk memberikan pakaian yang layak untuk rakyat, makanan pokok, tempat tinggal yang nyaman dan sehat, pendidikan yang berkualitas tapi terjangkau, pelayanan kesehatan terbaik yang terjangkau oleh rakyat, keamanan data, harta seluruh rakyat, juga pekerjaan yang layak bagi para pencari nafkah. Inilah healing hakiki bagi rakyat.
Tak seperti konser, senang sementara, tersisa derita bagi yang melakukan pinjol demi ikut tren konser. Tapi, pemenuhan kebutuhan dasar dan pokok setiap rakyat oleh Pemerintahlah yang akan membuat rakyat tenang, nyaman dan merasa aman.
Inilah potret buram kapitalisme yang bertumpu pada manfaat materi bagi para kapitalis. Kepentingan kapitalis yang diakomodasi, jadi prioritas, apalagi sudah menjadi rahasia umum bagaimana akrabnya hubungan penguasa dan kapitalis.
Warm-hearted ala Islam
Sungguh bukan ini yang diajarkan oleh Allah Swt dan Rasul-Nya. Islam mengajarkan kita untuk membelanjakan harta dengan bijaksana. Menimbang segala sesuatunya sesuai prioritas hukum syarak. Apakah aktivitas ini masuk ke wajib, sunnah, mubah, makruh atau haram? Apakah benda yang dibeli halal atau haram?
Sementara menonton masuk kategori mubah dalam Islam. Namun, harus diperhatikan apa yang ditonton, dimana tempat menontonnya. Jika dalam menjalankan sesuatu yang mubah ini terdapat pelanggaran hukum syara, maka tidak boleh untuk dilakukan. Mari kita bahas dengan menonton konser band rock asal British Ini. Apakah lagu yang didengarkan membuat kita mengingat Allah atau menambah keimanan kita? Tidak. Apakah tempat pria dan wanita terpisah? Tidak. Berarti ada ikhtilat atau campur baur disana. Apakah disediakan tempat memadai untuk sholat? Tidak. Berarti kemungkinan besar, waktu sholat akan diterabas. Belum lagi isu jika Coldplay ikut mendukung L96T. Jadi, apa maslahat yang bisa diambil dengan menonton konser ini?
Belum lagi, Islam mengajarkan empati pada sesama. Lihatlah, Rasul dan para sahabat mulia yang sudah punya tiket surga. Bagaimana mereka semua menahan untuk memakan hidangan yang enak karena tidak semua orang bisa menikmatinya. Seperti Umar r.a yang hanya mencukupkan diri dengan roti keras dan buah zaitun hingga kulitnya mengering karena ada wilayah Islam yang paceklik saat itu.
Yang punya tiket surga saja masih memikirkan dan mempedulikan orang lain. Bagaimana kabar kita yang amalnya masih pas pasan tapi cita-cita ingin masuk surga? Bukankah sudah seharusnya kita war tiket ke surga dengan perbanyak amal sholeh kita? Termasuk membelanjakan harta sesuai dengan yang Allah ridai. Beraktivitas fokus hanya pada rida Allah, bukan tren terkini.
Pemerintah dalam Islam pun akan fokus meriayah rakyatnya. Fokus memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan bagi setiap individu rakyat. Sehingga tak ada waktu untuk berhura-hura dengan alasan healing atau kemajuan ekonomi. Inilah yang kita rindukan, semuanya lahir dari rahim aqidah islam. Semoga Allah segera kembalikan kejayaannya. Aamiin.
Wallahua’lam bish shawab.