Oleh. Fatimah Azzahra, S. Pd
(Tim Redaksi Muslimahtimes.com)
Muslimahtimes.com–“Maka jadilah pembaharu, biar orang lain yang ikut meniru. Daripada mengikuti terus tren tanpa henti, hidup bisa habis tanpa pernah diisi.” – Najwa Shihab
Mewarnai atau terwarnai, itulah risiko bergaul. Generasi dengan prinsip yang kuat akan bisa mewarnai sekitar dengan warna kebaikan atau keburukannya. Tapi, generasi tanpa prinsip pasti akan terwarnai oleh warna yang lain meski itu keburukan. Sayangnya, fakta generasi masa kini banyak yang latah mengikuti tren tanpa sadar kebahayaannya, seperti tren gaul bebas.
Generasi Terjebak Sifilis
Dilansir dari laman Republika.co.id (7/6/2023), Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merilis, terjadi peningkatan kasus pengidap sifilis di Indonesia. Terjadi peningkatan hampir 70 persen dalam lima tahun terakhir (2016-2022). Tercatat, Jabar berada di urutan kedua setelah Papua, dengan 3.864 kasus positif.
Di Sukabumi, sifilis menjadi penyakit terbanyak kasus infeksi menular seksual (IMS) pada 2023 ini, hingga Mei. Sifilis atau raja singa hampir setengah dari kasus IMS yang terdata oleh Dinkes. Berdasarkan hasil skrining penyakit sifilis pada 2018-2022, angka kasus sifilis atau raja singa tertinggi ada di Kota Bandung. Masih ada Jakarta sebagai ibukota Indonesia yang menyandang peringkat ketiga kasus Sifilis tertinggi se-Indonesia. Disusul Papua Barat, Bali, Banten, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Maluku. Miris, bukan prestasi atau motivasi juga karya yang tersebar ke berbagai pula di bumi pertiwi, melainkan penyakit menular seksual yang menjijikkan.
Hasil Gaya Hidup Bebas
Seperti yang diajarkan di bangku sekolahan, sifilis merupakan penyakit menular seksual yang ditularkan melalui kontak seksual terhadap seseorang yang terinfeksi bakteri treponema palidium. Bakteri ini masuk dan menginfeksi seseorang melalui luka di kemaluan, anus, bibir atau mulut.
Tingginya peningkatan kasus sifilis menggambarkan gaya hidup bebas yang sukses di tengah generasi. Sebagaimana maksiat yang lumrah ditonton saat ini, gaya hidup bebas dengan free sex, kohabitasi, friend with benefit, open BO dan yang semisalnya menjadi hal biasa terjadi di masyarakat. Walaupun kebanyakan masih menganggap tabu maksiat seperti ini. Tapi, nilai kian bergeser, semakin banyak pula yang menjadi saksi bahkan mewajarkan hal ini.
Inilah kesuksesan paham liberalisme yang ditanam kepada generasi. Hidup permisif, serba boleh, serba bebas, semau gue selalu didengungkan melalui berbagai media, baik lagu, film, serial TV, drama, dan lainnya. Hasilnya, masalah besar timbul dalam masyarakat hingga ke institusi terkecil, keluarga.
Kondisi ini diperparah dengan masifnya gerakan LGBT saat ini. Dimana LGBT menjadi salah satu faktor yang mengekskalasi penyebaran infeksi Sifilis ini. Sebagaimana yang terjadi di Jogja, kasus sifilis atau yang dikenal dengan “raja singa” meningkat di Provinsi DIY yang didominasi oleh faktor risiko lelaki seks lelaki (LSL). (republika.co.id, 26/5/2023)
Miris sekali bukan? Generasi kita diserang dari berbagai sisi. Mulai dari racun pemahaman liberalnya. Diberikan tontonan yang memacu syahwat, dicontohkan menyalurkan dengan cara yang tidak tepat. Dan boom, akhirnya penderitaan didapatkan dari terinfeksi penyakit menular seksual.
Islam Mengatur Pergaulan
Islam bukan hanya mengatur sholat dan puasa. Islam hadir sebagai sistem kehidupan yang juga mengatur pergaulan pria dan wanita. Islam memandang pria dan wanita sebagai makhluk Allah dengan fitrahnya masing-masing. Allah ciptakan keduanya untuk tolong menolong dalam kebaikan, menjalankan misi beribadah di bumi Allah.
Islam mengatur interaksi pria dan wanita terpisah. Keduanya boleh berinteraksi dalam beberapa hal yang diperbolehkan hukum syarak, seperti dalam hal muamalah, pendidikan, juga uqubat atau persanksian. Diluar hal itu, pria dan wanita tidak diperkenankan berinteraksi.
Walau dibolehkan untuk berinteraksi bukan berarti pria dan wanita boleh bebas. Tetap ada aturan dalam memandang, Allah perintahkan untuk gadhul bashor (menundukan pandangan), bertemu di tempat umum, tidak diperkenankan berinteraksi di dalam kamar tidur, tidak dibolehkan juga berkhalwat atau berduaan.
Hubungan yang bersifat seksual dibingkai dalam kemuliaan tali pernikahan yang Allah katakan sebagian mitsaqon ghalizan, perjanjian yang kuat antara pria dan wanita, keluarga wanita juga Allah Swt. Dengan konsep yang demikian, pemerintah akan mengatur sistem pendidikan yang berbasis aqidah islam agar menancapkan keimanan pada setiap individu rakyat. Pemerintah pun akan mengatur tontonan yang beredar baik di televisi, radio, juga media sosial yang ada. Pemerintah islam akan melarang tontonan yang menyiarkan maksiat, seperti perilaku gaul bebas, LGBT, dll.
Inilah sempurnanya Islam menyelamatkan masyarakat dari kerusakan gaya hidup bebas. Inilah Islam yang pernah diterapkan selama 13 abad lamanya. Inilah Islam yang Allah turunkan sebagai solusi problematika kehidupan kita. Bukankah sewajarnya kita mengambilnya kembali? Agar kita selamat di dunia dan akhirat.
Wallahua’lam bish shawab.