Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S
(RedPel Muslimahtimes.com)
Muslimahtimes.com–Mengkaji tsaqofah Islam merupakan kewajiban setiap muslim dan muslimah. Tak peduli apakah statusnya sebagai ibu rumah tangga maupun wanita karier. Muda maupun tua, kaya ataupun miskin. Setiap muslim dibebankan oleh Allah kewajiban untuk memahami ajaran agamanya. Hal tersebut semata-mata agar kita selamat dalam menjalani hidup di dunia. Sebab kepahaman dalam agama akan menjadi penuntun dalam menjalani hidup yang sesuai syariat-Nya. Rasulullah saw bersabda,“Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim.” (HR.Muslim)
Selain itu, menuntut ilmu juga akan menjadikan Allah rida kepada kita, sehingga memudahkan jalan kita untuk menuju surga-Nya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim, no. 2699)
Bagi seorang muslimah yang sudah menikah dan memiliki buah hati, istikamah dalam mengikuti kajian Islam merupakan sebuah tantangan. Meskipun begitu, kita harus mampu menakhlukkan tantangan tersebut. Tidak dibenarkan tidak mengikuti kajian dengan alasan ada anak. Ingatlah, bahwa Allah memberikan anak sebagai amanah dalam sebuah rumah tangga. Maka, kehadirannya jangan sampai menjadi fitnah karena dianggap penghalang bagi kewajiban orangtuanya dalam mengikuti kajian Islam. Anak harus menjadi partner bagi kedua orang tuanya dalam melakukan ibadah dan amal-amal saleh, salah satunya amal dakwah dan mengkaji Islam.
Oleh karena itu, yang paling utama orang tua harus terlebih dahulu memiliki fondasi pemahaman yang kokoh tentang urgensi mengkaji Islam itu sendiri bagi dirinya. Jika pemahaman itu sudah terkristal dalam dirinya, maka keteguhan dan ikhtiar maksimal untuk dapat tetap menegakkan kewajiban tersebut akan terwujud. Tidak lemah ketika dihadapkan pada kesulitan. Ya, karena sejatinya seorang perempuan akan menghadapi kondisi yang jauh berbeda antara sebelum menikah atau sebelum punya anak dengan setelah menikah dan punya anak. Kerepotan dan kesulitannya akan lebih terasa. Namun di sinilah keistikamahan kita menuntut pembuktian.
Ajak Anak Kajian
Tak dimungkiri, masih banyak muslimah dalam kehidupan hari ini yang meminggirkan kewajiban mengkaji Islam dengan alasan repot karena ada anak-anak. Padahal hal itu jelas hanyalah anggapan yang muncul dari perasaan semata dan tidak ditopang oleh niat bulat untuk menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim. Tidak ada salahnya mengajak anak-anak ke kajian, justru hal tersebut akan menjadikan anak dekat dengan aktivitas dakwah dan belajar. Sejak dini anak akan memahami kegiatan orang tuanya. Dan hal tersebut akan menempel hingga dewasa. Diharapkan anak akan dekat dengan ilmu, dekat dengan ketaatan kepada Rabbnya.
Pahamkan kepada anak bahwa aktivitas yang dilakukan orang tua (mengkaji Islam) merupakan sebuah amal saleh dan kewajiban setiap muslim. Hal ini juga sebagai bentuk penanaman persepsi kepada anak agar kelak mereka tumbuh di tengah kehidupan islami dan tersuasanakan dengan aktivitas amar makruf nahi mungkar. Bukankah setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah? maka, sudah menjadi kewajiban orang tualah mengarahkan hidup anak dan mewarnai kepribadiannya dengan Islam, salah satunya dengan menciptakan pola kehidupan mereka yang lekat dengan aktivitas-aktivitas ibadah dan dakwah Islam.
Rambu bagi Ortu saat Ajak Anak Kajian
Ketika orang tua mengajak anak ke kajian, tentu orang tua harus tetap memperhatikan rambu-rambunya. Kita sebagai orang tua harus berupaya tetap menjaga terwujudnya keberkahan majelis ilmu. Maka, di sinilah peran orang tua menjaga kondusifitas forum. Ketika membawa anak balita, pastikan mereka tidak menganggu jemaah yang lain. Orang tua wajib mengingatkan anak saat mulai membuat berisik di dalam forum, misalnya bersuara keras saat bermain atau bahkan menangis karena bosan.
Salah kaprah ketika orang tua malah membiarkan anak membuat suasana berisik bahkan berlarian di tempat kajian. Padahal sudah menjadi kewajiban orang tua juga untuk memahamkan kepada anak soal adab bermajelis. Lantas bagaimana mengatasinya? ajak anak keluar dari ruangan untuk memberikan pengertian kepada mereka atau sekadar menenangkannya saat anak menangis. Jangan malah membiarkan anak menangis di dalam ruangan sehingga menganggu jemaah yang lainnya. Ketika anak berlarian di dalam ruangan, kita juga wajib menegurnya dan memintanya untuk tertib atau bermain di luar. Dengan teguran yang terus-menerus, perlahan-lahan anak akan memahami dan terpatri di dalam benaknya bahwa ketika mengaji itu harus tertib karena akan menganggu yang lain. Inilah bentuk pendidikan empati yang wajib diajarkan orang tua kepada anak-anaknya.
Selain itu, orang tua juga harus peka dalam menjaga kebersihan ruangan. Karena biasanya, kajian membawa anak-anak sepaket dengan bawaan snack untuk mereka. Ketika anak-anak makan, biasanya ada yang tercecer. Maka, di sinilah orang tua harus peka untuk segera membersihkan tumpahan makanan tersebut. Apalagin jika tempat kajiannya di dalam masjid. Jangan malah pura-pura tidak tahu. Rasulullah saw bersabda, “Agama itu didirikan atas kebersihan.” (HR. Muslim)