Oleh. Nia Yunita
(Aktivis Penulis Pangandaran)
muslimahtimes.com – Teringat dengan kondisi generasi muda di zaman sekarang, baik usia remaja maupun yang memasuki usia produktif, yang seharusnya sedang berjuang memberikan karya terbaik dalam hidupnya, malah teralihkan dengan dunia hiburan, dunia game, pergaulan bebas. Salah satu contoh, banyak generasi muda yang menghabiskan waktunya untuk bermain game online, tidak kenal waktu, mereka bisa menghabiskan waktu sampai larut malam bahkan pagi. Bahkan ketika penghuni rumah yang lain sedang tertidur lelap, terganggu dengan aktivitas mereka.
Tidak dimungkiri pula di zaman sekarang ini, orientasi kehidupan memang selalu bermuara pada apa saja yang menghasilkan manfaat, baik manfaat materi maupun kesenangan semata. Bagi mereka itulah yg utama. Asal itu membuat dia bahagia dan menghasilkan uang, mereka siap lakoni. Padahal tujuan kehidupan yang sesungguhnya bukan itu. Allah Swt berfirman dalam QS. Adz – Dzariyat ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.“
Jika kita melihat pada apa yang Rasulullah saw ajarkan waktu malam atau sepertiga malam itu, adalah waktu terbaik untuk melakukan ibadah, waktu mustajab, waktu yang paling Allah Swt sukai, jika hambanya bersimpuh berkeluh kesah, memohon segalanya kepada-Nya. Lalu bagaimana jadinya jika yang dilakukan malah sebaliknya, main game, judi online, berbuat maksiat. Apakah Allah akan Rida?
Padahal Rasulullah saw bersabda :
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
”Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)
Banyak manusia tertipu dengan dua nikmat ini, padahal setiap detik yang kita gunakan dalam hidup ini akan dimintai pertanggungjawaban.
Masih hangat peringatan HUT RI yg ke-78 baru saja kita peringati, namun jika melihat kondisi sekarang, benarkan negeri ini sudah merdeka? Mungkin dilihat dari segi fisik iya, karena kita tidak sedang dijajah dengan senjata atau diperangi oleh negara lain. Namun, coba kita perhatikan akhlak generasi muda kita, apakah semakin ke sini semakin baik atau sebaliknya?
Mengutip Imam Mawardi dalam kitab Adabun Dunya Waddien yang mengatakan, untuk menghancurkan suatu bangsa dan negara adalah dengan menghancurkan akhlak generasi mudanya. Masihkan kita mengira negeri ini sudah merdeka? Sementara generasi muda kita akhlaknya hancur. Di mana adab mereka, di mana rasa percaya diri mereka, dan ke mana tujuan hidup mereka sebenarnya?
Jika kita melihat sejarah Islam, ada generasi muda yang di usia muda mereka sudah berhasil dalam hidupnya, seperti dalam buku Para Panglima Perang Islam karya Rizem Aizid menceritakan bahwa setelah Perang Mut’ah, Usamah bin Zaid diangkat menjadi panglima perang oleh Rasulullah saw di usianya yang masih 18 tahun. Dan keberhasilan Muhammad Al-Fatih menaklukkan Konstantinopel pada usia 21 tahun. Dari sini kita paham bahwa usia muda tidak dijadikan alasan untuk bermalas-malasan, usia muda mereka bisa menorehkan tinta sejarah yang akan terkenang sampai akhir zaman.
Sebenarnya apa yang menjadi tujuan hidup generasi muda sekarang? Jawabannya tergantung pada apa yang mereka pilih. Ada yang memilih untuk hidup taat pada segenap aturan-aturan Allah Swt dan ada yang memilih bebas berbuat semaunya saja. Semuanya tergantung dari pola asuh dalam kehidupan masing-masing. Bisa kita lihat ketika pola asuh anak sejak bayi, balita, batita, dan anak-anak, bahkan sampai remaja dan usia produktif, para orang tua mengajarkan nilai-nilai kebaikan khususnya ketaatan kepada Allah Swt, maka tentu akan terbentuk kepribadian yang kuat secara akidah. Dan mengajarkan akidah Islam itu kewajiban bagi para orang tua, karena ketika akidahnya kuat, maka gempuran pergaulan dan teknologi tidak akan memengaruhi pola pikir dan pola sikap seorang anak. Anak-anak akan memiliki tujuan hidup yang benar, mereka akan menjadi manusia yang produktif, mereka akan sadar bahwa tujuannya bukan hanya untuk dunia saja, tetapi akan menjadikan akhirat dan rida Allah Swt sebagai tujuan hidupnya.