Oleh. Milawati
(Aktivis Back to Muslim Vommunity)
muslimahtimes.com – Serangan Israel ke jalur Gaza Palestina, mengakibatkan situasi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk, menyebabkan kerugian besar terhadap kemanusiaan, kesehatan, dan hak-hak sipil warga Palestina. Lembaga Palestina di Indonesia, Yayasan Persahabatan Dan Studi Peradaban (YPSP) menghimpun perkembangan serangan Israel ke Palestina.
Berdasarkan data YPSP, Rabu (10/11/2023) Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengatakan serangan Israel mengakibatkan kematian 1.055 warga Palestina dan melukai 5.184 lainnya. Konflik Israel-Palestina bukan hanya terjadi beberapa hari lalu yang mengakibatkan banyak penderitaan terhadap rakyat palestina tapi Perang antara Palestina dan Israel telah berlangsung selama puluhan tahun dan mengalami berbagai konflik selama periode tersebut. Ini adalah konflik yang berkelanjutan dan kembali pecah perang antara Israel-Palestina. Hal ini terjadi saat kelompok Hamas yang menguasai Gaza meluncurkan serangan besar-besaran ke wilayah Israel pada Sabtu (7/10/2023).
Serangan itu menandai ketegangan dan konflik berkepanjangan antara kedua pihak. Saat ini Israel telah mengadakan serangan balik skala besar, dengan korban di kedua sisi telah menembus angka ribuan. Serangan Hamas ini merupakan salah satu rangkaian baru dalam sejarah Israel-Palestina. Selama beberapa dekade, media Barat, akademisi, pakar militer, dan pemimpin dunia menggambarkan konflik Israel-Palestina sebagai konflik yang sulit diselesaikan, rumit, dan menemui jalan buntu. Padahal persoalan Palestina bukan hanya persoalan perbatasan saja, tetapi persoalan eksistensi entitas penjajah Yahudi yang mengokupasi tanah Palestina yang diberkati Allah.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Ustaz Ismail Yusanto: “Tanah ini sesungguhnya tanah kharaj milik kaum muslim. Tidak ada seorang pun yang berhak menyerahkan tanah itu kepada penjajah. Ini persoalan yang harus dipahami umat Islam. Oleh karena itu, perjuangan untuk merebut kembali tanah Palestina harus terus digaungkan. Sebagaimana yang terlihat sekarang ini, pejuang Palestina tidak pernah menyerah dalam kondisi apa pun. Bahkan kemudian melakukan serangan untuk menunjukkan bahwa tidak ada ketertundukan dan perlawanan masih akan terus berlanjut,” tukasnya.
Maka dari itu, upaya untuk merebut kembali tanah Palestina supaya bisa berhasil adalah dengan kesatuan umat. “Salah satu faktor yang paling penting adalah adanya kekuatan dari umat Islam sendiri. Kita tidak mungkin mengharapkan kekuatan lain. Tidak mungkin mengharapkan Liga Arab, PBB saja sudah tidak bisa,” cetusnya.
Maka, untuk menyelesaikan konflik ini, butuh solusi yang hakiki yaitu bersatunya umat Islam yang hari ini jumlahnya mencapai dua miliar di seluruh jagat raya untuk membentuk kekuatan yang luar biasa sehingga mampu menghadapi entitas penjajah Yahudi yang penduduknya hanya sekitar tujuh juta. Hal ini harus bersatu dalam satu kepemimpinan yakni Khilafah Islam dengan khalifah sebagai pemimpinnya.
Belum lagi, imbuhnya, perjuangan menegakkan kembali Khilafah Islam, dalam kitab At-Taghyir, disebut sebagai persoalan hidup matinya umat, termasuk persoalan berhasil tidaknya merebut kembali tanah Palestina. “Jadi, betapa pentingnya perjuangan ke arah sana, bukan hanya soal Palestina, juga soal-soal yang lain karena kita menghadapi pula penjajahan di berbagai tempat, seperti di Rohingya, Uighur di Xinjiang, dan lainnya,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, itu semua menunjukkan umat Islam sekarang dalam keadaan yang sangat lemah sehingga tidak mampu menghadapi kezaliman secara sepadan. “Oleh karenanya, mestinya ini mendorong kita untuk lebih bersemangat, lebih sungguh-sungguh bagi terwujudnya kembali persatuan umat Islam sehingga, insyaallah, kita akan memiliki kekuatan yang diperlukan secara cukup untuk bisa mengatasi semua persoalan ini,” pungkas Ustaz Ismail Yusanto.