Oleh. Ayu Mela Yulianti, SPt.
(Pegiat Literasi dan Pemerhati Kebijakan Publik)
Muslimahtimes.com–Beratnya beban kehidupan acapkali menimbulkan gangguan mental pada seseorang, yang menyebabkan depresi, stress, hingga menghasilkan korban dan penganiayaan pada pihak lain. Sebagai contoh kasus pembunuhan empat orang anak oleh ayah kandungnya sendiri, terjadi setelah KDRT yang dilakukan terhadap istrinya hingga harus dirawat di rumah sakit. Kasus tersebut terhjadi di Jagakarsa, Jakarta, baru-baru ini. Sebab pelaku mengalami gangguan mental berupa depresi dan stress yang berlebihan.
Ada juga kasus seorang suami yang membakar hidup-hidup istrinya sebab cemburu. Atau kasus seorang suami yang membunuh istrinya dengan tidak sengaja sebab kesal, yaitu memukul bagian dada istrinya hingga tewas. Dan masih banyak lagi kasus KDRT akibat stress dan depresi pelakunya, yang menimpa pasangan suami-isteri yang berefek pada timbulnya korban hingga pada anggota keluarganya yang lain.
Semua terjadi sebab masalah yang dihadapi pelaku tidak menemukan solusi, sehingga menimbulkan tekanan, stress dan depresi yang berujung pada menganiaya pihak lain, bisa istrinya bahkan anak-anaknya yang masih kecil. Ditambah sistem hidup yang diterapkan saat ini yaitu sistem sekuler kapitalisme, telah menciptakan suasana kehidupan dalam masyarakat menjadi kehidupan yang individualistik dan egois. Sehingga hilang budaya saling peduli dan tolong menolong pada orang lain. Bahkan yang hadir cenderung lebih banyak rasa saling curiga dan negatif thingking terhadap orang lain, hingga pada level tidak peka sosial.
Karenanya banyak orang tidak tahu ke mana harus mengadu saat memiliki masalah yang sangat pelik, misal impitan ekonomi, dan berbagai permasalahan hidup yang dialami. Sebab tak ada satu pun orang peduli atas kehidupan orang lain. Dan masing-masing orang cenderung berjuang hanya untuk menyelamatkan kehidupannya masing-masing. Jikapun ada yang peduli, namun memiliki kemampuan yang sangat terbatas untuk menolong. Sehingga pertolongan yang diberikan pun kadang tidak banyak membantu dan menyolusi masalah yang dihadapi.
Inilah efek rumit dan bukti kongkret bahwa penerapan sistem hidup saat ini adalah sistem hidup yang menyelisihi fitrah manusia dan seringkali berujung pada karakter yang tidak manusiawi. Sistem hidup yang tidak mengenal konsep keimanan dan agama. Sistem hidup yang menjadikan manfaat dan keuntungan sebagai rule of the game dalam kehidupan.
Sehingga wajar jika akan dihasilkan banyak masalah individu dan sosial akibat gap sosial yang dihasilkan semakin besar. Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Yang lemah semakin lemah dan yang kuat semakin kuat. Sistem ini disebut sebagai sistem sekuler kapitalisme.
Karenanya, sistem sekuler kapitalisme terbukti telah menjadi motor penggerak dan rahim produsen diproduksinya banyak kasus gangguan mental pada individu, dan masyarakat, hingga bisa memengaruhi stabilitas negara. Karenanya jika sistem hidup sekuler kapitalisme hanya menghasilkan banyak kasus gangguan mental yang berujung pada kasus pembunuhan, maka sistem demikian sudah tidak layak dipakai untuk mengatur kehidupan masyarakat, sebab hanya menghasilkan kegalauan dan kerusakan saja. Kehidupan menjadi tidak manusiawi.
Sebab itu, manusia perlu kembali pada sistem hidup yang manusiawi yang dapat memenuhi segala kebutuhan hidup manusia, memuaskan akal, menentramkan jiwa dan sesuai dengan fitrah manusia. Sistem hidup tersebut adalah sistem Islam kaffah. Dimana sistem Islam kaffah, mengakui bahwa manusia diciptakan dalam kondisi yang berbeda-beda, ada yang miskin ada yang kaya, ada yang kuat ada yang lemah. Karenanya sistem Islam memiliki mekanisme agar keberagaman penciptaan tersebut menghasilkan kebaikan dan keberkahan bagi seluruh umat manusia bahkan bagi seluruh makhkuk hidup.
Karenanya, Islam menyuruh manusia untuk saling tolong menolong.
Allah Swt berfirman :
وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
Artinya : “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.” (QS. Al-Maidah : 2 )
Islam memerintahkan untuk saling membantu dan saling peduli :
Rasulullah saw bersabda :
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِيْ يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائْعٌ إِلٰى جَنْبِهِ .
Artinya : “Tidaklah beriman, orang yang kenyang sementara tetangganya lapar sampai ke lambungnya.” (HR Bukhari)
Bahkan memerintahkan kepada seorang pemimpin untuk bertanggung jawab atas seluruh urusan dan masalah rakyatnya kemudian memberikan solusi atas masalah yang dihadapi rakyatnya. Sebab pemimpin adalah penanggung jawab segala urusan hingga setiap urusan rakyat harus dapat diselesaikan dengan sempurna, hingga pada level dapat menghilangkan kesusahan dan kesulitan, serta terpenuhi segala macam kebutuhan hidup rakyatnya.
Rasulullah saw bersabda :
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Artinya : “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggunjawabannya dan demikian juga seorang pria adalah seorang pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari: 2278)
Juga dalam tataran keluarga, Islam memerintahkan pada setiap istri agar memiliki karakter salehah, sehingga ia mudah taat pada perintah suaminya dan bersabar dengan segala cobaan hidup dalam keluarga dan rumah tangganya.
Allah Swt berfirman:
فَٱلصَّٰلِحَٰتُ قَٰنِتَٰتٌ حَٰفِظَٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ ٱللَّهُ ۚ
Artinya: “Wanita (istri) salehah adalah yang taat lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada dikarenakan Allah telah memelihara mereka.” (QS An-Nisa: 34)
Allah Swt berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah SWT beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah: 153 )
Juga Islam memerintahkan sabar pada suami sebagai kepala keluarga dan berbuat baik pada keluarganya. .
Rasulullah saw bersabda :
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي
Artinya : “Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik bagi keluarganya. Dan aku orang yang paling baik bagi keluargaku” [HR. At Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Dan Islam memerintahkan untuk memperlakukan dengan baik anggota keluarganya, terutama anak-anaknya, sebab mereka jika dididik dengan baik akan menjadi anak-anak saleh yang bisa menjadi ladang pahala yang tidak terputus bagi kedua orang tuanya.
Rasulullah saw bersabda:
إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Artinya: “Apabila manusia mati maka amalnya terputus kecuali karena tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakan orang tuanya.” (HR Ahmad, Muslim, Abu Daud)
Dan Islam memerintahkan agar kita memiliki keyakinan yang kuat bahwa Allah menjamin rezeki setiap makhluk yang diciptakannya, sehingga tidak akan ada kekhawatiran yang akan membuat depresi, sebab yakinnya mereka akan kemurahan dan kasih sayang Allah kepada makhluknya yang akan memberikan rezeki sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh manusia
Allah Swt berfirman :
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ
Artinya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).” (QS. Hud : 6)
Demikianlah, penyebab dan solusi yang paling tepat atas masalah KDRT yang disebabkan oleh gangguan mental karena permasalahan hidup yang sangat pelik yang sulit diurai, yaitu diterapkannya sistem hidup Islam yang kaffah.
Wallahualam.