Oleh. Eva Arlini, SE
(Pengurus Rumah Quran al Aqsho)
Muslimahtimes.com–Kita tentu berharap para generasi muda bisa menunjukkan berbagai prestasi yang membanggakan bagi orang tua mereka khususnya, serta membanggakan bagi negara. Sebab masa muda adalah masanya semangat untuk berkembang. Energi para pemuda masih full, otaknya masih fresh, mereka bisa fokus belajar dan menata diri jadi pribadi berbudi karena ruang kehidupan mereka disediakan untuk belajar.
Pemuda berprestasi memang ada. Ada pelajar yang mengikuti berbagai ajang perlombaan hingga berhasil menang. Tapi jumlah mereka yang berprestasi tak seberapa. Prestasi mereka pun masih sebatas akademik. Lebih banyak dari pemuda yang pantas dikeluhkan tingkah lakunya. Moral para pemuda semakin buruk saja dari waktu ke waktu. Meski pelajar dari sekolah berlabel internasional sekalipun, tak menjamin moralnya bisa diacungi jempol.
Semisal kasus perundungan yang baru – baru ini terjadi di Binus School Serpong. Seorang siswa sekolah tersebut yang sedang menjalani proses masuk geng menjadi korban perundungan seniornya hingga dilarikan ke rumah sakit. Korban mengalami memar dan luka bakar. Diduga pelaku perundungan tersebut lebih dari satu orang, serta melibatkan anak artis. (cnnindonesia.com/19-02-2024)
Kasus kekerasan di kalangan pelajar termasuk yang paling mengkhawatirkan. Dampaknya luas, baik fisik maupun psikis baik bagi pelaku, korban dan saksi. Namun angkanya justru semakin meningkat. Catatan dari Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), perundungan di dunia sekolah selama 2023 berjumlah sekitar 30 kasus. (https://voi.id/ 31/12/2023)
Data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) lebih besar dari itu. Menurut mereka, sepanjang Januari-Agustus 2023, ada 87 kasus perundungan. (kemkes.go.id/09/01/2024)
Mirisnya, pelajar tingkat dasar (SD) menjadi pelaku pula yang jumlahnya cukup banyak. Ini sebagaimana temuan (KPAI) bahwa kasus paling banyak ada di kalangan siswa sekolah dasar. (literasiaktual.com/4/05/2023)
Dampak Perundungan
Korban perundungan biasanya akan mengalami kerugian fisik maupun nonfisik. Ia akan merasakan kesakitan, malu, menurunnya kepercayaan diri, trauma hingga kematian karena luka ataupun bunuh diri. Sementara pelaku perundungan yang terbiasa melakukan kekerasan sejak dini akan menggampangkan tindak kekerasan dan ketika dewasa berisiko menjadi pelaku kriminal skala besar.
Terbayang oleh kita mengerikannya pelajar yang sudah membentuk kelompok kekerasan semacam geng. Kelompok tersebut bisa menjadi cikal bakal perampok besar. Demikian pula dampak terhadap pihak ketiga. Perundungan yang disaksikan akan membuat penonton merasakan tekanan psikologis serta ketakutan. Celakanya, perundungan hanya salah satu cabang masalah remaja, masih ada pelecahan seksual, pergaulan bebas, narkoba dan lain sebagainya. Tentu ada akar masalah dari semua masalah tersebut.
Akar Masalah
Sekularisme menjadi biang keladi yang layak disalahkan atas masalah remaja. Sekularisme merupakan paham pemisahan agama dari kehidupan. Paham tersebut diadopsi negeri ini dari barat. Alhasil, kehidupan masyarakat hari ini kental dengan nuansa kebebasan, tak mau diatur agama meski mereka muslim yang memiliki Islam sebagai aturan hidup.
Sekularisme telah melemahkan keimanan kaum muslimin. Wajar jika remaja muslim menjadi pribadi yang jauh dari harapan Islam. Usia remaja yang dalam pandangan Islam merupakan manusia baligh yang sudah dibebani hukum halal haram dari agama malah tak mengerti bagaimana caranya menyelesaikan masalah dengan Islam. Mereka lemah dalam mengendalikan amarah. Agama mereka sempurna, tapi mereka malah menjadi pribadi yang kasar dan main kekerasan.
Sekularisme melahirkan gaya hidup liberal pada semua kalangan baik remaja itu sendiri, orang tua mereka, masyarakat pada umumnya hingga negara. Remajanya bermental kasar, orangtuanya mendidik dengan orientasi keduniaan. Bagi orang tua yang paling penting adalah menyediakan uang yang cukup serta menanamkan cita – cita keduniaan bagi anak – anak mereka. Alhasil suasana rumah pun menjadi gersang dari kehangatan sebuah keluarga. Anak – anak pun minim empati dan mengekspresikan diri dengan cara – cara buruk seperti perundungan.
Ditambah lagi negara berasas sekuler liberal telah menciptakan kurikulum pendidikan yang mendorong pelajar mencapai kesuksesan sebatas akademik. Ujungnya mendapat pekerjaan dan memiliki hidup yang mapan. Pembentukan karakter sesuai yang diinginkan agama malah dilupakan.
Dilengkapi dengan penerapan ekonomi kapitalis yang juga lahir dari rahim sekulerisme membuat media lepas dari kontrol negara. Semua tontonan bisa tersebar luas dengan mudahnya termasuk tontonan kekerasan dan pornografi. Tindak kekerasan yang ada dalam tontonan pun mudah ditiru.
Berbeda halnya jika basis kehidupan kita adalah akidah Islam. Ajaran Islam menghendaki kehidupan kita baik individu, masyarakat dan negara terikat dengan al Quran dan as sunnah. Sebagai pelaksana sistem Islam baik politik, ekonomi dan pendidikan, pemerintahan Islam akan menjadi benteng yang kokoh bagi para pemuda.
Pemuda akan dibentuk menjadi pribadi muslim yang cerdas dan bervisi akhirat melalui pendidikan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat yang berbasis Islam. Sehingga pemuda bentukan Islam akan bersikap bijak dan menggunakan akal budinya dalam bererilaku. Dengan syariah dan khilafah harapan mewujudkan generasi yang membanggakan akan dapat tercapai.