Oleh. Ayu Mela Yulianti, SPt.
(Pegiat Literasi dan Pemerhati Kebijakan Publik)
Muslimahtimes.com–Setelah runtuhnya kerajaan Hindu-Budha di Nusantara, berdirilah kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara. Antara lain adalah Kesultanan Banten yang berdiri pada tahun 1526, didirikan oleh Sultan Maulana Hasanuddin dan bergelar Pangeran Sabakingking.
Sultan Maulana Hasanuddin adalah putera dari Sunan Gunung Jati yang memiliki nama asli Syarif Hidayatullah, yang merupakan anak dari Syarif Abdullah Umdatuddin Azmatkhan yang juga dikenal dengan nama Syekh Maulana Akbar atau Syekh Israel Yakub yang merupakan Raja kerajaan Islam Champa yang berkuasa dari tahun 1471 hingga wafatnya, pada tahun 1478, yang menikah dengan Nyai Rara Santang, Puteri Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran.
Jadi ayah Sunan Gunung Jati adalah Raja Champa dan Ibu Sunan Gunung Jati adalah anak dari Raja Pajajaran. Adapun isteri dari Sunan Gunung Jati yang merupakan ibunda Sultan Maulana Hasanuddin adalah Nyai Kawunganten, putri dari Sang Surosowan anak dari prabu Jaya Dewata atau Silih Wangi penguasa di wilayah Wahanten Pasisir, adik dari Bupati Banten saat itu yaitu Ki Gedeng Kawunganten.
Sunan Gunung Jati sendiri merupakan Raja dari kesultanan Islam Cirebon juga merupakan salah satu dari wali songo yang menyebarkan Islam di tanah Jawa.
Motivasi kekuasaan Sunan Gunung Jati adalah sebagai jalan untuk menyebarkan agama Islam. Semangat inilah yang kemudian diturunkan kepada anak keturunannya antara lain Sultan Maulana Hasanuddin yang menjadi Raja pertama kesultanan Islam Banten hingga Sultan keenam yang mampu membawa kesultanan Banten ke masa kejayaannya, yaitu Sultan Ageng Tirtayasa.
Karenanya kesultanan Banten diperintah secara turun temurun oleh para sultannya dengan menggunakan hukum syariat Islam kaffah sebagai sistem perundang-undangannya dalam mengatur kehidupan masyarakat di kesultanan Banten.
Alhasil, berbagai bentuk peradaban baru mulai muncul, mulai dari kesehatan, bercocok tanam, berniaga, kesenian dan kebudayaan, kemasyarakatan hingga pemerintahan yang keseluruhannya bercorak Islam.
Yang paling mahsyur tentang contoh penerapan syariat Islam kaffah Di bidang keagamaan dimasa kejayaan kesultanan Banten adalah bahwa Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat Syekh Yusuf sebagai mufti sekaligus penasehat kesultanan. Ia juga memberikan kepercayaan kepada Syekh Yusuf untuk mendidik anak-anaknya tentang agama.
Dalam perkembangan selanjutnya di masa kejayaannya, kesultanan Banten melakukan modernisasi dengan pembangunan irigasi-irigasi untuk mengairi area persawahan.
Membangun kawasan alun-alun yang terdapat paseban yang digunakan oleh Sultan Banten sebagai tempat untuk menyampaikan maklumat kepada rakyatnya.
Kesultanan Banten juga menerapkan cukai atas kapal-kapal dagang yang singgah ke kesultanan Banten, pemungutan cukai ini dilakukan oleh Syahbandar yang berada di kawasan yang dinamakan Pabean. Salah seorang syahbandar yang terkenal pada masa Sultan Ageng Tirtayasa bernama Syahbandar Kaytsu.
Negara-negara Eropa di antaranya Prancis berusaha menjual barang muatan mereka di kesultanan Banten yang memberikan izin kepada Prancis untuk melakukan perdagangan barang-barang dagangan apa pun yang dapat dijual, kecuali candu yang dilarang keras beredar di kesultanan Banten.
Selain itu, Sultan menunjuk para Kadi (Qodi atau hakim) yang memainkan peranan penting dalam pemerintahan Kesultanan Banten, selain bertanggung jawab dalam penyelesaian sengketa rakyat di pengadilan agama, juga dalam penegakan hukum Islam seperti hudud.
Selain itu tercatat pula bahwa kesultanan Banten pun memiliki tentara pasukan yang sangat banyak yang siap untuk melaksanakan perintah jihad fisabilillah, demi menyebarkan Islam dan menjaga keamanan kesultanan. Sehingga kesultanan Banten diliputi oleh rasa aman dan kebaikan dalam kehidupan masyarakatnya.
Kesultanan Banten mengalami masa kejayaan saat pemerintahan sultan keenam yaitu Sultan Ageng Tirtayasa. Dan sepeninggal Sultan Ageng Tirtayasa kesultanan Islam Banten diperintah oleh sultan – sultan yang lemah yang berkhidmat pada kompeni Belanda, hingga kesultanan Islam Banten mengalami kelemahan dan kemunduran akibat jauh dari Islam dan jauh dari penerapan syariat Islam kaffah dan tunduk pada kafir penjajah, hingga berakhir pada dihapuskannya kesultanan Banten oleh Belanda dan menjadi bagian dari kawasan kolonialisasi pemerintahan Hindia Belanda pada tahun 1817 dan dijadikan sebagai keresidenan.
Adapun proses protestanisasi yang dilakukan oleh pemerintahan kolonial Belanda terhadap masyarakat Banten mengalami kegagalan. Masyarakat Banten tetap berpegang teguh pada agamanya yaitu Islam sebagai warisan yang paling berharga dari para pendiri kesultanan Banten, yang pernah menjadi pusat perdagangan dunia di wilayah Asia Tenggara, hingga sampai pada tarap mampu menjadi pengatur utama kehidupan perdagangan di wilayahnya.
Masa kejayaan kesultanan Islam Banten dapat diraih sebab penguasa dan rakyatnya berpegang teguh pada Islam dan syariat Islam kaffah dan menjalankannya secara kaffah dalam kehidupan masyarakatnya. Jadilah kemuliaan dan kejayaan menjadi miliknya.
Dan kehinaan juga keruntuhan kekuasaan kesultanan Islam di Banten terjadi saat ada penghianatan dan persekongkolan kaum muslimin dengan kafir penjajah yang ingin menguasai tanah Banten.
Karenanya cukuplah menjadi pelajaran bagi kita bahwa saat kaum muslimin ingin kembali berkuasa dengan penuh kemuliaan dan mengantarkan kejayaan bagi kehidupan masyarakatnya, maka tidak ada jalan lain kecuali kembali kepada Islam dan berpegang teguh pada Islam dengan menerapkan seluruh hukum syariat Islam secara kaffah. Seperti yang dilakukan oleh para sultan Banten dari mulai Sultan Maulana Hasanuddin hingga Sultan Ageng Tirtayasa. Yang mampu mengantarkan kemuliaan pada kekuasaannya hingga kesejahteraan pada masyarakatnya. Hingga disegani oleh seluruh bangsa Eropa.
Sebagaimana nasihat Umar bin Khattab r.a kepada kaum muslimin yang mengatakan bahwa :
نَحْنُ قَوْمٌ أَغَزَّنَا اللهُ بِالاِسْلاَمِ فَمَنِ ابْتَغَى الْعِزَّةَ بِغَيْىرِهِ أَذَلَّهَ اللهُ
“Kita adalah kaum yang dimuliakan Allah dengan Islam, maka barang siapa yang mencari kemuliaan selainnya, Allah pasti menghinakannya.”
Karenanya tidak ada jalan lain untuk meraih kemuliaan Banten dan kaum muslimin kecuali hanya dengan kembali kepada Islam dan menerapkan hukum syariat Islam kaffah dalam seluruh aspek kehidupan, seperti para Sultan Banten yang mampu mengantarkan pada masa keemasan dan kejayaan Banten.S ebab sejarah adalah catatan pengalaman yang harus menjadi pelajaran bagi kita untuk kemudian mengambil langkah agar menjadi lebih baik di masa depan dengan mengikuti jejak kesuksesan para sultan Banten yang mampu mengantarkan pada kejayaan kesultanan Islam Banten di Nusantara hingga dunia.
Wallahualam.