Oleh. Ayu Mela Yulianti, SPt.
(Pegiat Literasi dan Pemerhati Kebijakan Publik)
MuslimahTimes.com–Islam masuk ke Indonesia pertama kali melalui jalur perdagangan oleh para pedagang muslim di abad ke 7 masehi. Namun tidak begitu memberikan pengaruh kuat pada masyarakatnya, sebab di abad tersebut wilayah nusantara dikuasai oleh kerajaan-kerajaan besar Hindu -Budha yang banyak dipengaruhi oleh budaya Hindu – Budha dari kerajaan besar Hindu-Budha di India dan anak benua India.
Seiring waktu pengaruh kekuatan Islam di wilayah Asia yang diampu oleh kekhilafahan Umayah, kekhilafahan Abbasiyah hingga Kekhilafahan Utsmani sampai ke wilayah India dan anak benua India. Hingga para penguasa di India dan anak benua India memeluk Islam dan memerintah rakyatnya dengan hukum Islam hingga abad 19.
Hal demikian memberikan pengaruh besar terhadap berdirinya kesultanan-kesultanan Islam di wilayah Nusantara, yang rata-rata berdiri di abad ke 15, walaupun kerajaan Islam Samudera Pasai telah berdiri di awal abad 13.
Hingga setelah keruntuhan kerajaan-kerajaan besar Pajajaran, Singosari hingga Majapahit yang merupakan kerajaan Hindu-Budha. Berdirilah kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara yang mendapatkan legalitas dari syarif Mekkah dan memerintah rakyatnya dengan hukum Islam hingga abad 19.
Kesultanan Demak berdiri setelah keruntuhan kerajaan Majapahit. Kesultanan Banten berdiri setelah keruntuhan Kerajaan Pajajaran. Dan Kesultanan Samudera Pasai yang merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara berdiri setelah keruntuhan Kerajaan Sriwijaya.
Hanya saja, saat kesultanan-kesultanan Islam berdiri di Nusantara, berbarengan dengan kedatangan bangsa Eropa ke nusantara yang mencari daerah koloni baru setelah dunia dikuasai oleh Kekhilafahan Utsmani yang berhasil menguasai jalur perdagangan dunia dan meruntuhkan kekuasaan kekaisaran Romawi Timur dengan ditaklukannya Konstantinopel sebagai ibukota kekaisaran Romawi Timur uang kemudian berganti nama menjadi Islambul atau Istanbul dan Kekhilafahan Utsmani menguasai hampir 2/3 dunia, hingga pengaruhnya masuk ke wilayah India dan anak benua India.
Jadilah bangsa Eropa menghindari masuk dalam jalur perdagangan dunia yang telah dikuasai oleh Kekhilafahan Utsmani sebagai Kekhilafahan Islam. Bangsa Eropa mencari jalur alternatif dalam rangka mencari jalan baru untuk mencari wilayah koloni baru melalui jalur tanjung harapan, hingga sampai ke nusantara.
Kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara menimbulkan masalah berupa perampasan dan penguasaan sumber daya alam yang melimpah, dan penjajahan, hingga terjadi perlawanan terhadap bangsa Eropa dari penguasa lokal yang telah menjadi kesultanan -kesultanan Islam di Nusantara.
Kesultanan Samudera Pasai bertempur melawan bangsa Portugis, Inggris dan Belanda. Kesultanan Demak dan Banten bertempur melawan Bangsa Belanda. Demikian pula kesultanan-kesultanan Islam lainnya yang bertempur melawan pendudukan bangsa Eropa yaitu Inggris, Portugis, Spanyol, Belanda, di wilayahnya.
Hanya saja kelengkapan senjata yang canggih yang dibawa oleh Bangsa Eropa ditambah pengalaman mereka dalam menghadapi pertempuran melawan kekhilafahan Utsmani yang tidak bisa mereka kalahkan, membuat kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara yang jauh dari pusat pemerintahan kekhilafahan Utsmani, kewalahan menghadapi agresi militer dan penjajahan bangsa Eropa di Nusantara. Jadilah satu persatu kesultanan kesultanan Islam di Nusantara mampu di kalahkan oleh penjajah Eropa dengan metode devide et impera, pecah belah dan kuasai.
Namun keyakinan Islam yang telah dipeluk oleh mayoritas masyarakat di Nusantara tetap tidak bisa dihilangkan, yang mampu menyalakan api jihad dalam dirinya untuk melawan kafir penjajah.
Maka bangsa Eropa menggunakan satu-satunya cara untuk menguasai tanah Nusantara adalah dengan menanamkan faham sekulerisme dikalangan kaum muslimin, yang diprakarsai oleh Amerika Serikat dan dijalankan oleh segenap bangsa Eropa. Jadilah kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara runtuh dan berganti dengan negara bangsa yang berpaham sekularisme, sebagai bangsa Indonesia.
Maka kaum muslimin di nusantara menjadi kaum yang tersekularisasi. Parahnya lagi setelah runtuhnya Kekhilafahan Utsmani dan berganti dengan nama negara bangsa negara Republik Turki yang juga sekuler sama seperti di Indonesia. Akan tetapi jejak penerapan Islam di Nusantara tidak dapat dihilangkan begitu saja. Terbukti dari berdirinya bangunan-bangunan bersejarah peninggalan kesultanan-kesultanan Islam di nusantara, semisal bangunan Mesjid, komplek istana, pendopo dan alun-alun, dan beragam tradisi yang dilakukan oleh mayoritas masyarakat di nusantara yang berbau Islam.
Artinya Islam telah begitu lekat dalam kehidupan masyarakat di nusantara yang telah berganti nama dengan nama Indonesia. Walaupun hari ini masyarakat muslim telah tersekularisasi, dalam arti kaum muslimin di Indonesia hari ini mengenal Islam hanya dari sisi sebagai agama ruhiyah saja yang melakukan ibadah-ibadah ritual semata dan dijauhkan dari Islam sebagai agama politik dan ideologi. Sebab pada tataran faktanya Islam mengajarkan bagaimana melakukan interaksi dengan sesama manusia hingga antar negara dalam seluruh aspek kehidupan, sosial, ekonomi budaya hingga politik.
Namun, sebab tersekularisasi, mayoritas kaum muslimin tidak banyak mengenal Islam sebagai agama politik dan ideologi, semua menjadi tersamarkan akibat sekularisasi yang dilakukan oleh bangsa Eropa dalam rangka menjajah dan menguasai Nusantara yang telah dikuasai oleh Islam sebelumnya.
Alhasil, butuh nyali besar untuk kembali mengenalkan Islam secara keseluruhan, murni, yang tidak tersekularisasi. Sebab kenyataannya, sekularisme yang menjadi landasan pijakan proses sekularisasi menjadi alat penjajahan baru di nusantara (Indonesia) hari ini, dimana kehidupan masyarakatnya yang mayoritas adalah kaum muslimin menderita sebab ideologi kehidupannya dicerabut oleh bangsa Barat Eropa yang menggantinya dengan ideologi sekularisme, yang mengakibatkan terjadi penguasaan tanah air secara kasat mata dengan dikuasainya sumber daya alam yang merupakan sumber kehidupan mayoritas masyarakat oleh para sekuleris kapitalis barat Eropa yang mengadu domba kehidupan masyarakat nusantara dengan menjadikan sebagian rakyatnya sebagai agen para penjajah yang bertugas menjaga kepentingan kaum penjajah di Indonesia.
Karenanya menjadi penting bagi kaum muslimin untuk kembali kepada identitasnya sebagai muslim yang tidak boleh tunduk pada penjajah yang menguasai tanah airnya melalui agen-agen mereka di nusantara. Kaum muslimin harus bangkit kembali, sehingga bisa menjelma dengan identitas yang utuh sebagai muslim yang mampu menjadi khoiru ummah yang dapat menadi penegak keadilan dan penghilang kezaliman, hingga mampu mewujudkan diri sebagai rahmatan lil alamin yang dapat mengusir penjajah di bumi nusantara.
Sebab kenyataan bahwa Islam pernah berjaya, menguasai hingga mampu mempengaruhi peradaban dunia hingga ke Nusantara adalah fakta sejarah yang tidak bisa dihilangkan. Sekaligus menjadi bukti kebenaran dari Al-Quran dan hadist Rasulullah saw, tentang akan dipergilirkannya kekuasaan-kekuasaan dimuka bumi ini, agar kaum muslimin terus berjuang ditengah masa kegemilangannya dan masa kegelapannya hingga Allah swt mengembalikan kegemilangan kekuasaan Islam dimuka bumi kembali yang akan kembali menegakan keadilan dan menghilangkan kezaliman.
Allah Swt berfirman :
اِنۡ يَّمۡسَسۡكُمۡ قَرۡحٌ فَقَدۡ مَسَّ الۡقَوۡمَ قَرۡحٌ مِّثۡلُهٗ ؕ وَتِلۡكَ الۡاَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيۡنَ النَّاسِۚ وَلِيَـعۡلَمَ اللّٰهُ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَيَتَّخِذَ مِنۡكُمۡ شُهَدَآءَؕ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيۡنَۙ
Artinya : “Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), dan agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zhalim.” (QS. Ali Imran : 140)
Sabda Rasulullah saw :
تَكُوْنُ النُّبُوَّةُ فِيْكُمْ مَا شَاءَ ا للهُ أَنْ تَكُوْنَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُوْنُ خِلآفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ، فَتَكُوْنُ مَا شَاءَ اللهُ اَنْ تَكُوْنَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُوْنُ مُلْكًا عَاضًا ، فَتَكُوْنُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُوْنُ مُلْكًا جَبَّرِيًّا ، فَتَكُوْنَ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُوْنَ ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ، ثُمَّ تَكُوْنُ خِلآفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ، ثُمَّ سَكَتَ
Artinya : “Periode kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya. Setelah itu datang periode khilafah aala minhaj nubuwwah (kekhilafahan sesuai manhaj kenabian), selama beberapa masa hingga Allah ta’ala mengangkatnya. Kemudian datang periode mulkan aadhdhan (penguasa-penguasa yang menggigit) selama beberapa masa. Selanjutnya datang periode mulkan jabbriyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah ta’ala. Setelah itu akan terulang kembali periode khilafah ‘ala minhaj nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw diam.” (HR Ahmad; Shahih)
Dan masa akhir zaman akan ditutup dengan sistem kekhilafahan ala minhajinnubuwwah yang kelak akan membebaskan kota Roma dan akan menyebarkan Islam ke seluruh dunia sebagai rahmatan lil alamin dan akan memenuhi dunia dengan keadilannya, dunia akan kembali diterangi dengan cahaya Islam kembali sebelum kiamatnya.
Wallahualam.