Oleh. Moni Mutia Liza, S.Pd
(Pegiat Literasi Aceh)
Muslimahtimes.com–Kapan buruh dapat hidup sejahtera? Begitulah pertanyaan ini muncul akibat nasib buruh yang kian terpinggirkan. Setiap tahunnya tepatnya 1 Mei diperingati Hari Buruh Internasional. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa persoalan buruh sampai detik ini tidak terselesaikan. Tuntutan buruh setiap kali demo adalah menjamin kelayakan upah dan jam kerja.
Aneh tapi fakta, negeri yang kaya akan SDA ini justru hidup rakyatnya melarat. Upah para buruh yang tidak memadai, di tambah jam kerja yang tidak manusiawi. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan rata-rata upah buruh/karyawan/pegawai secara nasional Rp2,94 juta per bulan di tahun 2023. Sedangkan upah buruh nasional yang tertinggi di tahun 2023 berasal dari real estat yaitu Rp4,82 juta. (databoks.katadata.co.id/09/05/23).
Dengan upah yang demikian, bisa dibayangkan bagaimana pemenuhan kebutuhan yang harus dicukupi oleh para buruh seiring dengan meroketnya harga pangan, belum lagi biaya pendidikan, kesehatan yang tidak murah harganya. Wajar akhirnya para buruh menuntut kenaikan upah, pasalnya upah tersebut tidak mencukupi kebutuhan mereka dan keluarganya. Terlebih upah yang diberikan tidak sesuai dengan pengorbanan para buruh dengan jumlah jam yang berat yaitu 40 jam per minggu.
Miris, Sumber daya alam melimpah, tetapi pengangguran semakin bertambah. Belum usai masalah buruh yang kehilangan haknya. Diperparah dengan 69 persen perusahaan di Indonesia mengambil sikap untuk menyetop perekrutan karyawan baru. 67 persennya merupakan perusahaan besar. Bahkan di tahun 2023 sebanyak 23 persen perusahaan di tanah air melakukan PHK. (cnnindonesia.com/26/04/24)
Kengerian ini semakin menjadi-jadi seiring dengan perkembangan teknologi yang serba bisa dan canggih, sehingga dimungkinkan dimasa yang akan datang berbagai perusahaan akan memilih menggunakan tenaga robot atau mesin daripada tenaga manusia. Tantangan berat ini tentunya harus disikapi dengan bijaksana dan terperinci agar masyarakat tetap sejahtera meskipun teknologi mulai menggantikan peran manusia di beberapa pekerjaan tertentu.
Kegagalan negara dalan mensejahterakan masyarakat sejatinya bermula saat menyerahkan urusan ekonomi, perpolitikan, ketahanan negara kepada pihak asing, mengikuti arahan asing, dan tunduk kepada kepentingan asing. Maka wajar segala macam bahan tambang besar yang sejatinya sangat menguntungkan negara dan rakyat justru di rampok oleh perusahaan asing.
Bahan mentah yang dibeli dengan harga murah di Indonesia, lalu dikelola oleh pihak asing di negaranya, kemudian dijadikan produk berharga dan dijual dengan harga yang berkali lipat mahalnya ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Padahal bila bahan tambang tersebut dikelola oleh negara maka akan mampu membuka lapangan kerja yang cukup besar dan menguntungkan masyarakat.
Lagi, yang diuntungkan dalam sistem kapitalisme adalah kaum pemilik modal. Pasalnya berbagai macam sumber kekayaan alam boleh dikuasai oleh swasta atau individu. Hal ini dijamin oleh negara akan kepemilikan umum yang dikuasai oleh individu atau sekelompok orang.
Padahal SDA yang melimpah ini dapat menghidupi jutaan manusia hingga 70 keturunan, begitulah kayanya negeri ini, tetapi dikuasai oleh segelintir orang saja.
Islam agama yang paripurna tidak menghalalkan kepemilikan umum menjadi milik individu. Justru dalam sistem pemerintahan Islam semua SDA harus dikelola oleh negara dan memberikan maslahat sebesar-besarnya bagi rakyat dari hasil pengelolaan SDA tersebut. Negara yang berlandaskan pada syariat Islam membuka pintu lapangan pekerjaan seluas-luasnya serta memberikan modal kepada rakyat agar membangun usaha yang mencukupi kebutuhannya dan keluarga.
Begitu pula halnya terkait upah, Islam menentukan upah berdasarkan akad kerja dengan sifat keridaan, jika terjadi perselisihan upah antara majikan dan pekerja, maka khurabalah (pakar) yang menentukan besaran upah sesuai manfaat yang diberikan oleh pekerja, lama bekerja, jenis pekerjaan dan lain sebagainya.
Belum lagi dalam sistem Islam, negara menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat, kesehatan hingga pendidikan yang gratis lagi murah tanpa mengurangi kualitas kesehatan dan pendidikan itu sendiri.
Bukan dongeng belaka, sistem Islam yang mewujudkan kesejahteraan ini terdapat dalam banyak buku sejarah. Sejatinya Islam mampu memecahkan seluruh problematika dalam kehidupan mulai dari individu hingga ketatanegaraan. Semua kesempurnaan sistem ini tidak lain karena berasal dari yang Maha Benar yaitu Allah Azza wa Jalla.
Sudah selayaknya sistem yang cemerlang ini kembali diterapkan. Dengan demikian segala bentuk kezaliman dan ketidakadilan dapat dihapuskan dari muka bumi ini. Wallahu’alam