Oleh. Kholda Najiyah
(Founder Salehah Institute)
Muslimahtimes.com–Fenomena takut menikah merebak, karena persiapan seseorang untuk menikah cenderung sangat singkat. Maklum, di bangku sekolah hingga kuliah tidak diajarkan. Lalu sebenarnya butuh kesiapan apa saja untuk menikah? Di antaranya sebagai berikut:
1. Tsaqofah Islam yang Menghunjam
Pasangan yang hendak menikah harus sudah paham melalui proses berpikir, tentang hakikat pernikahan. Tujuan menikah dan membangun keluarga adalah ibadah, yaitu meraih rida Allah Swt. Paham hak dan kewajiban suami istri. Paham konsep qada dan qadar, rezeki minallah, kedudukan suami dan istri dalam Islam, dst. Tugas pasangan suami istri adalah terus mengkaji Islam agar tertancap pemahamannya dengan kokoh, sehingga menjalankan pernikahan benar-benar berdasarkan syariat Islam.
2. Sehat dan Kuat Mental
Menikah adalah bertemunya dua jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan yang berbeda. Dalam hal apapun akan sangat berbeda. Baik dari penampilan fisik, watak, karakter, cara berpikir, cara bertindak, cara komunikasi, cara marah, cara menyelesaikan masalah, cara mengelola keuangan dan sebagainya. Akan banyak sekali perbedaan. Maka, yang paling penting disiapkan adalah mental untuk menerima perbedaan tersebut.
Di sinilah peran kesehatan mental sangat penting. Hendaknya sebelum menikah, seseorang telah memahami watak dan karakter dirinya. Paham kekurangan dan kelebihannya. Itu menjadi modal untuk bisa menerima pasangan yang watak dan karakternya nanti pasti berbeda dengan dirinya. Kalau gagal menerima ini, rumah tangga bisa bubar. Kekuatan mental juga menjadi kunci untuk mengatasi ujian-ujian dalam pernikahan yang tidak ringan.
3. Ilmu Pengetahuan yang Luas
Menikah itu tidak hanya penyatuan dua fisik, tapi juga dua kepala dan dua hati. Isi kepala laki-laki dan isi kepala perempuan berbeda. Logika laki-laki dan perempuan saja berbeda. Belum lagi masalah hati, antara laki-laki dan perempuan berbeda 180 derajat. Karena itu, butuh ilmu atau wawasan luas untuk sukses menjadi pasangan yang bersahabat dekat.
Ilmu pengetahuan modern seperti dari buku-buku pengembangan diri, ilmu relasi suami istri dan ilmu parenting, ilmu bisnis, ilmu keuangan dll. sangat urgent untuk dipelajari. Ilmu membuat otak tidak kosong, menghilangkan kebodohan dan menumbuhkan seseorang menuju kualitas lebih baik. Obrolan, diskusi dan candaan suami istri akan langgeng jika keduanya banyak wawasan. Keduanya terus bertumbuh dengan sama-sama belajar dan saling menasihati dalam kebaikan.
4. Skill atau Keterampilan Rumah Tangga
Tidak banyak pasangan menikah yang menyiapkan keterampilan rumah tangga. Misalnya ilmu memasak, ilmu komunikasi, ilmu berbenah, ilmu keuangan, manajemen emosi, keterampilan menjahit, membersihkan rumah, dan ilmu psikologi. Padahal, ilmu itu sangat berguna untuk mewujudkan keluarga yang harmonis. Karena itu, daripada sibuk pacaran yang jelas-jelas diharamkan, lebih baik masing-masing belajar ilmu terapan untuk keluarga.
Tak hanya tugas perempuan, juga laki-laki. Laki-laki kelak harus menjadi pemimpin keluarga dan melatih anggota keluarganya untuk bisa bertahan hidup. Sementara perempuan menjadi manajer dalam rumahnya. Semua itu butuh keterampilan khusus, bukan sekadar mengandalkan insting.
5. Materi
Tidak ada istilah memulai pernikahan dari nol. Karena, menikah itu, khususnya bagi laki-laki, memang disyaratkan harus sudah mampu dalam hal menafkahi. Jadi, laki-laki yang hendak menikah, memang harus punya kemampuan materi.
Hanya saja, masalah ekonomi bukan sekadar jalur nafkah dari suami, tetapi bagaimana sumberdaya yang dimiliki keluarga bisa dimaksimalkan untuk ikhtiar membuka pintu-pintu rezeki.
Karena itu, seluruh anggota keluarga bisa bekerjasama dalam mewujudkan ketahanan ekonomi keluarga.
Di zaman serba sulit saat ini, kesiapan materi tak kalah pentingnya dalam memulai pernikahan. Banyak pasangan yang bubar karena ujian ekonomi. Misal terjadi penelantaran oleh suami. Kesenjangan ekonomi antara suami dan istri, juga memicu perceraian. Maka, penting untuk menanamkan mindset yang benar tentang materi, bahwa dia bukan tujuan utama menikah, namun salah satu sarana fundamental untuk mewujudkan kasih sayang, kebahagiaan, ketenangan dan ketentraman. Jadi, jangan abaikan materi karena menikah tidak cukup hanya mengandalkan perasaan cinta misalnya.(*)