
Oleh. VieDiharjo
Muslimahtimes.com–Pemimpin Houthi, Abdul Malik Al Houthi memberi tenggat waktu 4 hari pada Israel agar segera mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke jalur Gaza , jika tidak, mereka akan melanjutkan operasi angkatan laut melawan Israel. Al Houthi menambahkan bahwa Israel telah melanjutkan kebijakan genosida melalui kelaparan, menyusul penolakan Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu melanjutkan gencatan senjata tahap 2 pada minggu 2 Maret 2025.
Gencatan senjata tidak berlangsung dengan mulus, selama gencatan senjata Israel tetap memborbardir Gaza (Palestina ). Pada 24 Februari 2025, Israel menyerang lokasi peluncuran roket di Gaza, hal ini memperburuk situasi gencatan senjata yang masih rapuh antara Hamas dan Israel (kantor berita AFP). Bahkan Netanyahu menyatakan Israel siap melanjutkan perang kapan saja.
Kini usai berakhir gencatan senjata tahap 1 pada 1 Maret 2025, Israel semakin mengintensifkan serangan dan tekanan terhadap warga sipil Gaza, meskipun memasuki bulan Ramadan. Pada Ramadan 1446 H ini, warga Gaza menjalaninya ditengah reruntuhan dan menipisnya persedian bahan makanan dan air. Israel kembali melakukan blokade bantuan kemanusiaan ke wilayah Gaza, sebagai respon terhadap perpanjangan gencatan senjata tahap 2 yang belum disetujui oleh Hamas. Hamas menyetujui apabila syarat gencatan senjata tahap 2 benar-benar dilaksanakan oleh Israel. Kantor resmi Netanyahu menyatakan “ Dengan berakhirnya tahap pertama kesepakatan penyanderaan, dan mengingat penolakan Hamas terhadap proposal Witkoff, Perdana Menteri Netanyahu telah memutuskan bahwa mulai pagi ini (Minggu), semua barang dan perbekalan yang masuk ke Jalur Gaza akan dihentikan,” (www.internasional.kompas.com 6/3/2025). Lembaga kemanusiaan mengkonfirmasi, sudah tidak truk bantuan yang masuk ke Gaza sejak minggu (2/6/2025).
Antoine Renard dari Program Pangan Dunia (WFP) menyatakan “Bantuan kemanusiaan harus terus mengalir ke Gaza. Itu sangat penting. Kami menyerukan semua pihak untuk memastikan mereka mencapai solusi,” (www.internasional.com6/3/2025). Sementara itu, Hamas menyatakan, tidak akan menyetujui perpanjangan tahap pertama tanpa adanya jaminan bahwa tahap kedua benar-benar akan terlaksana. Akibat blockade yang dilakukan Israel kini warga Palestina mengalami ancaman kelaparan. Program Pangan Dunia (WFP) mengumumkan pada tanggal 5 Maret 2025 bahwa mereka memiliki cukup persediaan makanan di Jalur Palestina untuk menjaga dapur umum dan toko roti tetap buka selama kurang dari dua minggu, dan harga-harga naik lebih dari 100 persen dan tidak terjangkau oleh warga Palestina. Penderitaan saudara kita di Palestina semakin tak terperi, solusi-solusi yang ditawarkan Barat sama sekali tak menyentuh akar masalah Palestina dan menghentikan Genosida!
Pahami Akar Masalah Palestina
Akar masalah Palestina adalah penjajahan dan pendudukan zionis Israel atas wilayah (tanah) Palestina. Tanah Palestina adalah tanah yang ditaklukkan oleh kaum muslimin saat kekhilafahan rosyidah saat dipimpin oleh amirul mukminin Umar bin Khattab r.a. Maka status tanah Palestina adalah tanah kharajiyah yaitu tanah milik kaum muslimin yang diperoleh melalui proses jihad dan penaklukan. Status tanah ini yaitu tanah kharajiyah akan tetap berlaku hingga hari kiamat.
Perang di Palestina bukan konflik agama. Hal ini adalah narasi Barat yang sengaja dihembuskan ditengah kaun muslimin dengan tujuan menggeser persepsi kaum muslimin bahwa yang terjadi di Palestina adalah peristiwa kemanusiaan sekaligus menyatakan bahwa agama adalah sumber konflik.
Ketika kaum muslimin menerima narasi tersebut, maka dukungan dan bantuan yang akan diberikan kaum muslimin pada saudara-saudaranya di Palestina adalah empati dan bantuan-bantuan kemanusiaan (makanan, pakaian, obat-obatan, dan sebagainya), meskipun dalam situasi peperangan bantuan tersebut akan sangat meringankan akan tetapi tidak menyentuh akar persoalan, yaitu penjajahan, yang lebih berbahaya dari narasi tersebut adalah munculnya ketakutan kaum muslimin dan para pemimpin negeri-negeri Islam bahwa keikutsertaan secara militer dan politik dalam masalah Palestina akan membawa mudharat yang lebih besar dan akan menyeret mereka pada pusaran konflik Timur Tengah yang berbahaya bagi kepentingan kawasan dan dunia. Barat berhasil menekan negeri-negeri Islam untuk tidak bergerak secara militer, Pada faktanya, potensi kekuatan umat Islam sangat besar. Khusus negara-negara Arab saja memiliki kekuatan tentara dan peralatan tempur yang memadai untuk mengusir Israel.
Mandulnya negeri-negeri muslim menghadapi agresi milter Israel terhadap Palestina, dapat dibaca dalam dua hal. Pertama, persoalan kepentingan. Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak negeri-negeri muslim yang sangat tergantung pada Barat (Amerika Serikat) baik secara ekonomi maupun militer. Membantu Palestina akan membuat mereka berhadapan dengan Amerika Serikat, yang akan mengganggu kepentingan nasional mereka yang juga dibantu oleh Amerika Serikat. Negeri-negeri muslim merasa lemah, padahal Israellah yang lemah, sebagaimana Allah berfirman,
قَٰتِلُوهُمۡ يُعَذِّبۡهُمُ ٱللَّهُ بِأَيۡدِيكُمۡ وَيُخۡزِهِمۡ وَيَنصُرۡكُمۡ عَلَيۡهِمۡ وَيَشۡفِ صُدُورَ قَوۡمٖ مُّؤۡمِنِينَ ١٤
Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan kalian, akan menghinakan mereka, dan Dia akan menolong kalian (dengan kemenangan) atas mereka serta melegakan hati kaum Mukmin (QS at-Taubah [9]: 14)
Kedua, Barat berhasil mencegah terjadinya persatuan kaum muslimin dalam jerat nasionalisme, sehingga para pemimpin negeri-negeri islam memahami bahwa Penjajahan di Palestina adalah urusan dalam negeri Palestina sendiri, tidak boleh ada negara yang turut campur di dalamya. Bahkan muncul persepsi urusan didalam negeri sendiri masih banyak yang harus diselesaikan. Sementara salah satu kekuatan kaum muslimin adalah persatuan umat didalam satu kepemimpinan. Sebagaimana Rasulullah bersabda,
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْه عُضْوٌ تَدَاعَى لَه سَائِرُ الْجَسَدِ بالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Kaum Mukmin itu dalam hal saling mencintai, mengasihi dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Jika ada salah satu anggota tubuh sakit, seluruh tubuhnya ikut merasakan tidak bisa tidur dan demam (turut merasakan sakitnya)”(HR Muslim)
Nasionalisme telah melemahkan kaum muslimin. Mereka lebih mementingkan kepentingan bangsanya sendiri bahkan rela mengorbankan kepentingan bangsa lain, meskipun itu saudara seakidah. Kaum muslimin dihadapkan pada narasi-narasi Barat dalam hal penyelesaian masalah Palestina . Misalnya resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), opsi gencatan senjata hingga solusi dua negara (two state solution), tidak sedikit kaum muslimin mengamini, tak terkecuali para pemimpin dunia islam, sementara fakta menunjukkan hingga hari ini solusi-solusi yang dihadirkan Barat tidak pernah membawa Palestina pada kebebasan.
Labirin Peran Muslimin untuk Palestina
Memiliki pemahaman bahwa Palestina adalah tanah milik kaum muslimin penting, maka setiap muslim memiliki perannya masing-masing dalam upaya pembebasan Palestina dari penjajahan. Peran itu seperti labirin. Labirin adalah sistem dengan banyak jalan yang bisa dilalui agar sampai kepada ujungnya . Pakar ilmu Baitul Maqdis Prof.Dr. Abdul Fatah Al Uwaisy mengatakan, “Makkah menjadi tempat hidayah, Madinah tempat rahmat sedangkan Baitul Maqdis tempat berjihad”. Menurut Prof.Dr.Al Awaisy peran muslimin untuk membebaskan Palestina adalah dengan membuat rencana strategis yang dibangun atas 3 pondasi, yaitu persiapan pengetahuan, persiapan politik dan persiapan militer.
Jika kaum muslimim sunguh-sungguh menginginkan Baitul Maqdis (Palestina) bebas. Maka, pengembangan rencana strategis ini perlu dilakukan dengan serius, disesuaikan dengan masa dan tempat dimana kita hidup. Dalam sejarahnya Baitul Maqdis (Palestina) dibebaskan dari luar. Artinya, bisa dilakukan oleh bangsa manapun ketika memiliki cita-cita untuk membebaskannya. Ketika rencana strategis ini coba diaplikasikan, Menyatukan pemahaman muslimin bahwa Palestina adalah milik umat islam, maka tidak ada jalan lain selain mengembalikannya pada umat islam, dengan demikian pembebasan Baitul Maqdis (Palestina) menjadi wawasan bersama. Untuk melakukan ini perlu ada sekelompok manusia yang terus-menerus menyerukan pembebasan Baitul Maqdis melalui pemahaman yang benar tentangnya.
Persiapan ilmu dan pengetahuan sebagai soft power mendahului persiapan politik dan militer sebagai hard power. Negara-negara muslim hari ini punya hubungan politik dengan Barat yang menghalanginya memiliki pemikiran yang benar tentang pembebasan Baitul Maqdis (Palestina), tidak mampu dan tidak mau meengirimkan bantuan militer untuk mengusir Zionis Israel. Mempersiapkan ilmu dan pengetahuan dan memiliki keinginan kuat untuk membebaskan Baitul Maqdis adalah hadiah bagi Baitul Maqdis sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadist, dialog Rasulullah dengan Maimunah bin Sa’ad tentang memberri hadiah bagi Baitul Maqdis (Palestina), hadiah yang dimaksud selain harta yang diberikan adalah ilmu, kecintaan dan kekuatan niat untuk membebaskan Baitul Maqdis dari penjajahan.
Bagai sebuah labirin yang berujung pada pembebasan Baitul Maqdis, Maka wajib bagi seorang muslim mengawalinya dengan memahami ilmu dan pengetahuan tentang Baitul Maqdis. Menurut Imam Ibnul Qayyim, jihad memiliki 4 tingkatan, dan tingkatan terakhirnya adalah berperang. Tidak mungkin kita berperang membela Baitul Maqdis (Palestina) tanpa ilmu tentangnya dan alasan mengapa penting membebaskannya. Maka jangan diam saja, jadilah bagian dari persiapan ilmu dari rencana strategis membebaskan Baitul Maqdis (Palestina) dengan mempelajari dan terus menyerukannya (dakwah) tentang Baitul Maqdis ditengah-tengah kaum muslimin, karena jika tidak kita akan “dimakan” oleh solusi-solusi palsu yang ditawarkan oleh Barat.
Waallahu’alam bisshowab