
Oleh Mega Rahayu
Muslimahtimes.com–Suka cita Ramadan dirasakan oleh setiap umat muslim di seluruh dunia. Bagaimana tidak ibarat kemenangan kaum muslimin, kebahagiaan terpancar di bulan suci nan mulia ini. Orang-orang berlomba dalam kebaikan, menurunkan ego, memperbanyak amal sholih. Tidak terkecuali hanya mengharapkan rida dari Allah Swt.
Hal yang sama dirasakan saudara kita di Gaza Palestina. Gencatan senjata pada 19 Januari yang dilakukan dalam tiga tahapan, masing-masing selama 42 hari. Tahap pertama berakhir pada Jumat (28/2). Dan tahap kedua semestinya di mulai per Sabtu (1/3). Dalam kondisi seperti ini setidaknya menjadi angin segar umat muslim di Gaza karena mereka dapat menjalankan Ramadan dengan suasana yang sedikit tenang. Dalam hal ini warga yang telah mengunjungi hampir 15 bulan kini mulai kembali ke rumah masing-masing.
Namun bukan rahasia umum lagi, perjanjian yang telah disepakati kembali di ingkari. Zionis yahudi tetap melakukan serangan kepada warga Gaza. Terlapor selama gencatan senjata pertama sebanyak 100 orang terbunuh. Hal ini tentu membuat warga tetap ketar ketir.
Dikutip dari media alinea.id, 2/3/2025 Perdana Menteri Netanyahu berusaha membatalkan perjanjian gencatan senjata yang telah ditandatangani, untuk memenuhi perhitungan politiknya yang sempit dengan mengorbankan tawanan Israel di Gaza. Menurut Hamas, “Ini adalah upaya terang-terangan untuk menghindari perjanjian dan menghindari perundingan untuk tahap kedua,” ujarnya.
Lantas, sebagai bentuk perlawanan atas pendudukan zionis Yahudi, kelompok Hamas mengajak warga Palestina beribadah di Masjid Al Aqsa selama bulan Ramadan ini. Dilansir Antara, Sabtu (1/3/2025), sebuah pernyataan disampaikan oleh Hamas, “Jadikan hari-hari dan malam-malam Ramadan yang penuh berkah didedikasikan untuk ibadah, keteguhan hati, dan perlawanan terhadap musuh dan pemukim (ilegal), serta untuk mempertahankan Yerusalem dan Al Aqsa sampai terbebas dari pendudukan.” Selain itu, warga Palestina di seluruh dunia juga diimbau untuk mendukung saudara-saudara mereka di Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem sebagai bentuk solidaritas.
Tentu saja zionis yahudi tak tinggal diam. Mereka menerapkan pembatasan jemaah salat di kompleks Masjid Al-Aqsa selama ramadan dengan dalih keamanan. Mereka mengklaim Masjid Al Aqsha adalah situs kedua kuil yahudi di zaman kuno yang harus dimilikinya. Fakta ini menunjukkan bahwa wilayah ini masih dalam penjajahan, karena keamanan kaum muslimin masih di atur orang kafir.
Sementara di Gaza, di tengah gencatan senjata, zionis menghalangi masuknya bantuan dalam berbagai bentuk. Nampak jelas, mereka mengontrol kaum muslim Palestina, baik di tepi barat maupun Gaza semuanya. Zionis paham betul bahwa umat Islam masih menyimpan potensi perlawanan sehingga merasa harus menggunakan cara politik dan militer untuk melakukan penekanan, bahkan di Al Quds.
Umat Islam Palestina tidak boleh gentar menghadapi kejahatan zionis yang dibeking AS. Bulan Ramadhan menjadi momentum yang digunakan untuk menguatkan azzam dalam perjuangan melenyapkan penjajahan. Umat Islam tidak boleh lagi berharap pada solusi barat dan narasi-narasi sesat soal perdamaian.
Karena sejatinya, selama sistem kapitalisme yang diterapkan tidak akan pernah mampu menolong saudara-saudara kita di Paestina. Ikatan nasionalisme telah membuat kaum muslimin tercerai berai, sehingga antara sesama negara muslim tidak bisa bersatu dibawah satu komando.
Umat Islam khususnya muslim Gaza tetaplah teguh, tetaplah kuat menghadapi kejahatan zionis yang di kendarai oleh AS. Tentu, umat muslim di seluruh dunia hendaknya tetap menyuarakan dengan berbagai cara agar dunia melihat kejamnya zionis yahudi. Sehingga umat sadar dan tidak menggantungkan kepercayaan kepada barat untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Solusi terbaik adalah solusi Islam, dimana ada konstitusi Islam yang menyelesaikan masalah dengan efisien dan solutif. Bukan sekedar penyelesaian sementara. Tentu dengan adanya seorang khalifah dalam sistem khilafah akan tercipta masyarakat yang terjamin keseluruhan dalam hidupnya.
Sebab, entitas zionis adalah muhariban fi’lan yang wajib dihadapi hanya dengan bahasa perang yang akan efektif dan solutif jika di bawah komando seorang khalifah. Penegakkan kembali sebuah institusi negara Islam yakni Khilafah adalah qadliyah mashiriyah yang wajib menjadi agenda utama umat Islam.
Wallaahu a’lam bissowwab