Skip to content
Muslimah Times

Muslimah Times

dari dan untuk muslimah masa kini

Primary Menu
  • HOME
  • NEWS
  • AKTUAL
  • CHICKEN SOUP
  • HIKMAH
  • KAJIAN
  • PARENTING
  • RESENSI
  • RUMAH TANGGA
  • SASTRA
  • TEENS
  • Kontak Kami
    • SUSUNAN REDAKSI
    • Login
  • Home
  • 2025
  • June
  • 18
  • Sisi Gelap Media Sosial bagi Perempuan

Sisi Gelap Media Sosial bagi Perempuan

Editor Muslimah Times 18/06/2025
WhatsApp Image 2025-06-18 at 09.47.45(1)
Spread the love

Oleh. Kholda Najiyah

Muslimahtimes.com–Setengah dari penduduk Indonesia, aktif sebagai pengguna media sosial. Tepatnya ada 143 juta jiwa atau 50,2 persen dari total penduduk Indonesia yang mencapai 280 jutaan pada 2025. Demikian laporan dari DataReportal yang juga mengungkap bahwa 46,0 persen dari pengguna media sosial tersebut adalah perempuan, sementara 54,0 persen adalah laki-laki.

Bisa dibayangkan, jika setiap pemilik akun aktif membagikan konten atau postingan setiap hari meski hanya satu, betapa masifnya informasi di media sosial. Belum lagi konten dari dunia global. Meskipun tidak semua konten lewat di beranda kita, tetapi berlimpah-ruahnya informasi itu sebenarnya sangat mengganggu kehidupan manusia.

Tanpa kita sadari, waktu kita telah tercuri sekian menit dan bahkan sekian jam, hanya untuk membaca atau menonton hal-hal yang tidak kita butuhkan. Misalnya, postingan orang yang sedang selfie, apa pentingnya untuk kita? Postingan orang yang sedang jajan di restoran viral, untuk apa kita tahu? Sungguh kita tidak butuh. Terlebih kita juga tidak kenal mereka.

Tetapi, demikian candu dan memikatnya kehidupan serba wah dan wow di media sosial, membuat siapapun betah berlama-lama di sana. Potret kesempurnaan hidup, kemewahan, kecantikan, kesuksesan dan segala citra positif yang diimpikan semua orang, seolah mewakili hasrat setiap individu. Menciptakan kesenangan, tetapi juga memicu kecemasan. Inilah dua sisi mata uang media sosial, yang harus disadari, khususnya oleh kaum perempuan. Sebab, kelompok ini termasuk rentan terhadap dampak buruk media sosial.

Objek Sekaligus Korban

Keberadaan media sosial, mengubah cara hidup perempuan dengan cepat. Mereka begitu akrab dan asyik dengan media sosial dalam kehidupan sehari-hari. Mula-mula hanya sebagai penonton, tetapi lama-lama sebagai pelakon. Semula hanya menjadi penikmat, lama-lama menjadi objek kenikmatan itu sendiri. Menjauhkan perempuan dari profil mulia yang sesungguhnya.

Media sosial menjadi ajang eksploitasi perempuan, bahkan tanpa perlu dipaksa. Mereka dengan suka rela dan bangga mengeksploitasi dirinya sendiri. Memajang gambar diri dan auratnya. Lenggak-lenggok dan jogat-joget dengan gaya centil dan menggemaskan di depan smartphone disaksikan entah siapa saja. Alasannya untuk sekadar bersenang-senang, karena cara orang mewujudkan bahagia itu beda-beda. Toh tidak mengganggu orang lain, demikian dalihnya.

Tampillah para perempuan dalam bentuk yang tidak menjaga kehormatan dan kemuliaannya. Yang muncul justru pandangan negatif, karena hanya menunjukkan sisi absurd perempuan. Media sosial telah melemahkan perempuan, karena akhirnya lebih mementingkan eksistensi daripada prestasi. Hasrat pamer menjadi-jadi, demikian pula mewabahnya penyakit hati seperti iri dan dengki.

Mereka menjadi budak teknologi, di mana kegiatan sehari-hari dihabiskan untuk tenggelam dalam konten media sosial. Menjadi pemuja kehidupan materialistis dan hedonis. Lebih sering membahas isu artis, daripada isu politik. Lebih tenggelam dalam konten hiburan, daripada ilmu pengetahuan. Mereka tak sadar telah menjadi korban kehancuran peradaban.

Dampak Negatif

Paparan konten di media sosial, juga membawa dampak negatif bagi perempuan. Antara lain: pertama, perempuan menjadi korban perundungan siber (cyberbullying) dan pelecehan online. Mulai dari komentar negatif, body shamming, ujaran kebencian, hingga ancaman. Mereka dihakimi  hingga berujung depresi dan hilangnya rasa percaya diri.

Kedua, perempuan menjadi insecure dengan penampilannya. Mentalnya jatuh oleh rasa tidak percaya diri, disebabkan standar kecantikan yang tidak realistis yang direkayasa oleh postingan di media sosial. Mereka tidak puas dengan tubuh sendiri, hingga akhirnya minder dan putus asa. Hilang rasa syukurnya.

Ketiga, perempuan rentan menjadi korban pelanggaran privasi dan keamanan. Hasrat untuk berbagi informasi pribadi di media sosial, seringkali tidak diimbangi dengan kesadaran akan risiko. Foto, video, dan informasi pribadi, dapat disalahgunakan, diedit, atau disebarkan tanpa izin. Bahayanya, bisa merusak reputasi dan mengancam keselamatan.

Keempat, media sosial menjadi wadah yang melanggengkan objektifikasi perempuan. Tubuhnya dipandang sebagai objek seksual. Hal ini dapat termanifestasi dalam bentuk komentar bernada mesum, pengiriman pesan pribadi yang vulgar, hingga prostitusi online dan perdagangan perempuan.

Kelima, perempuan menjadi korban paparan informasi bohong yang menyesatkan. Terutama terkait isu kesehatan, pengasuhan anak, relasi suami istri dan agama. Hal ini dapat menimbulkan kebingungan, kecemasan, dan bahkan keputusan yang salah. Misal, kontroversi antara vaksin vs antivaksin untuk anak-anaknya. Lalu kutipan nasihat suami istri yang seolah bijak, padahal menyesatkan. Misalnya yang berbunyi: suami saleh itu yang ATM-nya diserahkan istri.

Keenam, perempuan kecanduan media sosial, hingga menyita waktunya dan mengurangi produktivitasnya. Lebih asyik di dunia maya, hingga lupa interaksi yang bermakna di dunia nyatal. Hal ini berdampak pada hubungan keluarga, pertemanan, dan keterlibatan dalam aktivitas sosial yang sangat berkurang.

Potret Rendahnya Kualitas SDM

Media sosial dan perempuan hari ini, adalah potret rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM). Karena, jika perempuan cerdas dan terdidik, juga beriman dan bertakwa, niscaya tidak akan menjadi bagian dari sisi gelap media sosial. Tidak ada perempuan cerdas dan bertakwa yang jogat-joget, pamer aurat, flexing atau melakukan perbuatan tak berguna lainnya. Ia pasti akan memanfaatkan media sosial untuk berbagi kebaikan.

Karena itu, untuk mencegah banjirnya konten sampah dan dampak buruknya bagi masyarakat, termasuk perempuan, mau tidak mau harus memperbaiki kualitas pendidikan. Masyarakat yang terdidik, akan mampu mengendalikan media sosial dengan bijaksana.

Menjadi tugas negara untuk meningkatkan taraf pendidikan dengan menggiatkan literasi digital dan edukasi publik seluas-luasnya. Bersungguh-sungguh melindungi masyarakat dengan menekankan pentingnya setiap individu memiliki kesadaran dan kecerdasan dalam bermedia sosial.

Pemerintah, perlu gencar melakukan kampanye tentang penggunaan media sosial yang bertanggung jawab, risiko keamanan siber, dan cara melindungi diri dari konten negatif. Khusus kepada kelompok yang rentan, seperti perempuan dan anak remaja, penting juga memberikan pelatihan khusus menanggulangi dampak negatif media sosial.

Sementara itu, kepada anak didik, penting untuk mengintegrasikan literasi digital ke dalam kurikulum pendidikan formal sejak dini. Ini mencakup kemampuan untuk mengidentifikasi berita bohong, memahami jejak digital, privasi data, etika berinternet, dan berpikir kritis terhadap konten online. Penting untuk disadarkan agar kita tidak menjadi budak teknologi, tetapi justru dapat memanfaatkan teknologi untuk membangun kehidupan sosial yang sehat dan bermartabat.

Negara Perisai Media

Maraknya dampak buruk dari media sosial, memerlukan peran negara untuk hadir. Sebab, negara berfungsi sebagai junnah atau perisai yang bertugas melindungi umatnya. Dalam Islam, negara dengan wewenangnya, bisa mengendalikan media sosial. Mana yang boleh dipakai, mana yang tidak. Konten apa yang harus disensor, dan mana yang boleh berkembang.

Hal seperti itu bukanlah hal yang sulit dilakukan. Saat ini, sudah banyak negara yang melakukan pengendalian ketat penggunaan media sosial, seperti Mesir, Brasil, Cina, Iran, Myanmar, Turkmenistan, Rusia, Pakistan, dan Korea Utara. Ada yang melarang aplikasi tertentu seperti X atau TikTok, ada yang mengetatkan usia pembuatan akun dan penggunaan smartphone hanya untuk usia 16 tahun ke atas.

Selain itu, negara hendaknya juga hadir sebagai penyaring informasi. Mewajibkan filter khusus di berbagai platform media sosial, sehingga meminimalisir banjirnya informasi sampah dan hoax. Mencegah adanya konten yang membahayakan aqidah umat, merusak tsaqofah dan opini-opini sesat serta menyimpang dari syariat. Sekaligus menghapus, memblokir atau take-down konten informasi apapun yang tidak sejalan dengan visi dan misi Islam sebagai pembangun peradaban mulia yang unggul.

Negara sebagai sumber informasi utama yang valid, meneguhkan kedudukan media sebagai sarana dakwah menyebarkan ideologi Islam. Jadi, informasi, konten dan berita apapun di media sosial, hendaknya sejalan dengan aqidah Islam, dalam rangka menyokong eksistensinya sebagai way of life umat manusia.

Walhasil, jika masyarakat pendidikannya sudah tinggi dan negara mengatur serta mengendalikan media sosial dengan bijak sesuai rambu-rambu Islam, niscaya perkembangan teknologi digital akan membawa dampak positif bagi masyarakat. Media sosial tidak lagi memperbudak manusia, termasuk perempuan, tetapi dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mewujudkan kemaslahatan masyarakat, bangsa dan negara.(*)

Continue Reading

Previous: Raja Ampat Korban Syahwat Bisnis Nikel
Next: Wanita Berkelas, Masculine vs Feminine Energy

Related Stories

Wanita Berkelas, Masculine vs Feminine Energy WhatsApp Image 2025-06-18 at 09.47.45

Wanita Berkelas, Masculine vs Feminine Energy

18/06/2025
Raja Ampat Korban Syahwat Bisnis Nikel WhatsApp Image 2025-06-16 at 06.13.35

Raja Ampat Korban Syahwat Bisnis Nikel

16/06/2025
Krisis Palestina dan Urgensi Sistem Islam: Mengapa Dunia Butuh Khilafah? WhatsApp Image 2025-06-13 at 10.39.45

Krisis Palestina dan Urgensi Sistem Islam: Mengapa Dunia Butuh Khilafah?

13/06/2025

Recent Posts

  • Wanita Berkelas, Masculine vs Feminine Energy
  • Sisi Gelap Media Sosial bagi Perempuan
  • Eksploitasi Raja Ampat, Kerusakan Fatal, Islam Solusi Ideal
  • Kini Keindahan Raja Ampat Sirna
  • Tambang Nikel Raja Ampat, Bukti Tata Kelola SDA Jauh dari Syariat

Recent Comments

  1. ranum on Diskriminasi Pendidikan, Sampai Kapan?
  2. Yanto on Utang Luar Negeri dan Kedaulatan Negara
  3. Winda on Potret Pendidikan di Era Milenial
  4. Nungki on Jual Beli Perawan, Bisnis yang Menjanjikan
  5. wulan on Surya Dalam Dekap

Read This

Wanita Berkelas, Masculine vs Feminine Energy WhatsApp Image 2025-06-18 at 09.47.45

Wanita Berkelas, Masculine vs Feminine Energy

18/06/2025
Sisi Gelap Media Sosial bagi Perempuan WhatsApp Image 2025-06-18 at 09.47.45(1)

Sisi Gelap Media Sosial bagi Perempuan

18/06/2025
Eksploitasi Raja Ampat, Kerusakan Fatal, Islam Solusi Ideal WhatsApp Image 2025-06-18 at 09.47.46

Eksploitasi Raja Ampat, Kerusakan Fatal, Islam Solusi Ideal

18/06/2025
Kini Keindahan Raja Ampat Sirna WhatsApp Image 2025-06-18 at 09.47.45(2)

Kini Keindahan Raja Ampat Sirna

18/06/2025
Copyright © Muslimah Times. All rights reserved. | MoreNews by AF themes.