
Oleh. Nurul Istiqomah
Muslimahtimes.com–Bungkamnya penguasa negeri-negeri muslim terhadap kejahatan genocida oleh zionis israel di palestina tidak bisa membungkam nurani dunia. Hingga muncullah aksi aksi kemanusiaan secara global untuk membantu palestina. Di antaranya ialah dari freedom flotilla coalition (FFC) . Koalisi armada kebebasan tersebut memuat 12 relawan dari berbagai negara berlayar dengan kapal madleen membawa bantuan kemanusiaan ke jalur gaza namun diserang oleh militer Israel di perairan internasional.
Mengutip dari website freedomflotilla.org “Israel tidak memiliki kewenangan hukum untuk menahan relawan internasional di atas Madleen,” kata Huwaida Arraf, pengacara hak asasi manusia dan penyelenggara Freedom Flotilla. “Penangkapan ini jelas-jelas melanggar hukum internasional dan menentang perintah mengikat ICJ yang mengharuskan akses kemanusiaan tanpa hambatan ke Gaza. Para relawan ini tidak tunduk pada yurisdiksi Israel dan tidak dapat dikriminalisasi karena memberikan bantuan atau menentang blokade ilegal—penahanan mereka sewenang-wenang, melanggar hukum, dan harus segera diakhiri.”
Selain FFC, muncul juga aksi solidaritas Global March to Gaza (GMTG). Dalam laman detik.com disebutkan bahwa aksi ini bertujuan menekan pemimpin dunia agar segera menghentikan agresi militer Israel yang dinilai sebagai bentuk genosida terhadap warga Palestina. Dikutip dari Aljazeera, Senin (16/6/2025), gerakan ini dipimpin oleh kelompok Koordinasi Aksi Bersama untuk Palestina. Mereka melakukan pawai darat yang diberi nama Konvoi Sumud.
Konvoi ini dimulai pada hari Senin, (9/6/2025). Sekitar 1.000 orang peserta dari kawasan Maghreb – termasuk Tunisia dan Aljazair – telah tiba di Libya pada Selasa (10/6/2026), setelah memulai perjalanan dari Tunis.
Setelah melewati Tunisia dan Libya, rombongan melanjutkan perjalanan menuju Kairo, Mesir. Di sana, mereka akan bergabung dengan ratusan aktivis dari 50 negara lebih untuk bergerak menuju Rafah, pintu perbatasan antara Mesir dan Gaza. Para peserta diperkirakan akan berajalan ke sana sejauh 50 kilometer.
Setelah gagalnya kapal madleen, konvoi sumud bertajuk Global March to Gaza pun di gagalkan otoritas mesir. Dikutib dalam website kompas.tv, penyelenggara Global March to Gaza melaporkan setidaknya 170 peserta ditahan atau dihambat saat berada di Kairo. Penyelenggara mengaku telah mengikuti protokol yang ditetapkan pemerintah Mesir dan mendesak Kairo mengizinkan akses masuk. “Kami bersedia memberikan informasi tambahan yang dibutuhkan otoritas Mesir untuk memastikan longmars ini bisa berlanjut dengan damai sampai perbatasan Rafah seperti yang direncanakan,” demikian pernyataan penyelenggara.
Munculnya gerakan Global March to Gaza menujukkan kemarahan umat yang sangat besar. Hal itu menandakan bahwa tidak bisa berharapan kepada lembaga-lembaga internasional dan para penguasa hari ini. Tertahannya mereka di pintu Raffah justru makin menunjukkan bahwa gerakan kemanusiaan apapun tidak akan pernah bisa menyolusi masalah Gaza karena ada pintu penghalang terbesar yang berhasil dibangun penjajah di negeri-negeri kaum muslimin, yakni nasionalisme dan konsep negara bangsa. Paham ini telah memupus hati nurani para penguasa muslim dan tentara mereka, hingga rela membiarkan saudaranya dibantai di hadapan mata bahkan ikut menjaga kepentingan pembantai hanya demi meraih keridaan negara adidaya yang menjadi tumpuan kekuasaan mereka yakni Amerika.
Umat Islam harus paham betapa bahayanya paham nasionalisme dan konsep negara bangsa, dilihat dari sisi pemikiran maupun sejarahnya. Keduanya justru digunakan musuh-musuh Islam untuk meruntuhkan Khilafah dan melanggengkan penjajahan di negeri-negeri islam. Umat Islam juga harus paham bahwa arah pergerakan mereka untuk menyolusi konflik Palestina harus bersifat politik, yakni fokus membongkar sekat negara bangsa dan mewujudkan satu kepemimpinan politik Islam di dunia.Untuk itu, urgen untuk mendukung dan bergabung dengan gerakan politik ideologis yang berjuang tanpa kenal sekat dan terbukti konsisten memperjuangkan tegaknya kepemimpinan politik Islam tersebut di berbagai tempat.