Oleh. Rizki Hidayah Hasibuan, S.Pd
Muslimahtimes.com–Kelaparan ekstrem melanda Gaza akibat blokade Israel. Amir, seorang anak berusia 5 tahun menempuh perjalanan 12 km tanpa alas kaki demi mendapatkan setengah karung beras dan kacang. Petugas keamanan distribusi bantuan di Gaza Anthony Aguilar menceritakan, setelah Amir berterimakasih kepada petugas, ia kembali ke kerumunan pencari bantuan. Namun, seketika ia tertembak oleh tentara Israel yang menyerang warga sipil tak bersenjata.
Kementrian Kesehatan Gaza mencatat lebih dari 1.200 warga sipil tewas di lokasi distribusi sejak akhir Mei, dengan total korban tewas akibat agresi Israel sejak Oktober 2023 mencapai 60.000 jiwa. Bagaimana tidak, menurut Aguilar lokasi distribusi bantuan Gaza Humanitarian Foundation (GHF), yang didukung AS dan Israel adalah “Jebakan Maut”. Karena titik distribusi sengaja diletakkan di zona pertempuran aktif, ungkap Aguilar. Masyarakat Gaza seakan diminta memilih makanan atau nyawa. Mengambil makanan dan nyawa terancam atau mati kelaparan. Biadab! Inilah Genocide Starvation. Pembantaian perlahan yang membiarkan mereka mati kelaparan.
Habis kata untuk menggambarkan kebiadaban Israel dan AS. Tapi, lebih dari mereka ialah yang diam terhadap kebiadaban Israel dan AS. Siapa lagi kalau bukan pemimpin-pemimpin negeri muslim, yang saat ini masih mengaku muslim tapi tak pernah menunjukkan identitas islamnya dengan menolong saudara seiman di Gaza. Jusrtu menjadi penolong Israel dan AS dengan kerjasama diplomatik sebagai tanda hubungan baik. Mereka tidak menempatkan Israel dan AS sebagai musuhnya Allah. Tapi, menjadi penolong musuh-musuh Allah. Penguasa negeri-negeri muslim rela mengkhianati saudaranya karena kecintaannya pada dunia dan takut mati.
Benarlah sabda Rasulullah saw, Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Daud dan Ahmad).
Kecintaan penguasa negeri muslim pada dunia menjadikan matanya buta, pendengarannya tuli, mulutnya bisu dan akalnya hilang. Mereka tidak menggunakan semua alat indra untuk memahami dan menghayati perintah dan larangan Allah. Justru mereka gunakan untuk tunduk dan patuh kepada musuh-musuh Allah, yaitu diam terhadap kezoliman Israel dan AS terhadap Gaza.
Berbeda halnya dengan kaum muslimin, kesadaran yang terbentuk mendorong kaum muslimin di berbagai belahan dunia melakukan aksi membela Palestina. Suara untuk membebaskan Palestina terus menggema tanpa henti. Global March to Gaza sebagai bukti. Kaum muslimin dari berbagai negara berbondong-bondong menuju perbatasan Mesir dan Gaza. Berharap pemerintah Mesir membuka pagar besinya. Tapi ternyata di tutup dengan sangat rapat dengan pengawalan militer Mesir yang ketat.
Kekuatan individu bahkan kelompok skala internasional belum cukup untuk menghentikan genosida di Gaza. Sekeras apapun kaum muslimin berkumpul membela Palestina, selama tidak berhimpun dalam satu negara yang membela Palestina. Berbagai upaya-pun tidak akan menjadi solusi tuntas.
Satu-satunya negara yang memimpin kaum muslimin di seluruh dunia sekaligus menerapkan secara keseluruhan syariat Allah, ialah Khilafah. Allah mengatur interaksi khilafah dengan negara kufur yang memusuhi islam hanyalah perang. Allah berfirman:
«Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.» (Al-Baqarah: 190)
Khalifah sebagai pemimpinnya akan menyerukan jihad fi sabilillah untuk mengusir Israel dan menolong Gaza. Karena Israel tidak mengenal bahasa damai, hanya jihad dan khilafahlah solusi tuntas untuk menghentikan genosida di Gaza.
Mewujudkan khilafah perlu adanya jemaah dakwah ideologis. Memimpin umat untuk mengembalikan kemuliaan islam. Aktivitasnya senantiasa menyadarkan umat dan membangkitkan pemikiran umat. Sehingga terbentuk kesadaran untuk terus berjuang dengan mengikuti thariqoh dakwah Rasulullah. Hal ini, memerlukan para pengemban dakwah yang terus meningkatkan keterampilan interaksi dengan umat, kemampuan menggugah perasaan dan pikiran umat, meningkatkan keyakinan dan konsisten di jalan dakwah yang dicontohkan Rasulullah saw. Semua aktivitas tersebut dilakukan dalam suasana keimanan kepada Allah dengan senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya dan melayakkan diri menjadi hamba Allah yang mendapatkan pertolonganNya.
