
Oleh. Siti Sulastri
Muslimahtimes.com–Belakangan ini, Generasi Z atau yang biasa disebut Gen Z banyak disoroti oleh masyarakat. Gen Z yang dinilai sebagai generasi yang mager, generasi strawberry atau rapuh, justru akhir-akhir ini lebih berani menyuarakan ketidakadilan. Salah satunya pada aksi demonstrasi yang cukup menyita perhatian masyarakat. Di sana kita bisa melihat keterlibatan Gen Z yang ikut turun dalam aksi nyata secara fisik, dan suara-suara yang menggema di media sosial—semua itu banyak diwarnai oleh generasi ini. Tidak hanya itu, Gen Z lebih berani untuk bersuara di media sosial dalam hal mengkritisi kejanggalan dan ketidakadilan yang sedang terjadi.
Gen Z dan Dunia Digital
Gen Z dikenal sebagai digital natives. Mereka mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan teknologi. Menurut data Pew Research Center (2024), lebih dari 95% Gen Z di dunia memiliki akses internet, dan lebih dari 70% menghabiskan lebih dari tiga jam per hari di media sosial.
Karena generasi ini tumbuh di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital dan media sosial, Gen Z memiliki kepedulian yang tinggi terhadap isu sosial. Mereka aktif menyuarakan opini di dunia maya dan cenderung menolak sistem yang dianggap tidak transparan atau tidak adil.
Bahkan di level internasional, Gen Z di Nepal ikut memimpin protes ketika pemerintah memblokir platform media sosial. Respons mereka yang cepat dari ruang digital ke ruang publik menegaskan bahwa generasi ini tidak hanya responsif terhadap persoalan lokal, tetapi memiliki kesadaran global terhadap isu-isu ekonomi hingga politik dengan karakter yang kritis, estetis, dan humoris.
Gen Z sebagai Kekuatan Baru
Berdasarkan fakta yang ada, Gen Z hari ini membuktikan bahwa generasi ini merupakan kekuatan baru yang mampu menciptakan perubahan dengan cara kreatif sekaligus masif. Namun, bagaimana Islam memandu umat (khususnya pemuda) untuk berjuang melakukan perubahan hakiki?
Pada artikel ini, kita akan membahas bagaimana peranan Generasi Z dalam melakukan perubahan dan bagaimana Islam memandu umatnya dalam berjuang untuk melakukan perubahan.
Arahkan Potensi Gen Z
Gen Z dikenal sebagai generasi kreatif, mencintai kebebasan, tetapi juga emosional dan penuh hasrat. Perhatiannya dibatasi pada perlindungan identitas, citra diri, dan emosi sambil berusaha menghindari konflik yang lebih parah. Namun, sejak awal keberadaannya, manusia sudah memiliki naluri dasar, yaitu naluri untuk mempertahankan hidup yang membuat mereka menolak penindasan dan mendambakan keadilan.
Pada dasarnya, Generasi Z perlu diarahkan agar kemampuan yang mereka miliki dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif. Apalagi saat ini banyak sekali Gen Z yang memiliki potensi besar dalam bidang kreativitas, teknologi, dan komunikasi digital. Namun tanpa arahan yang tepat, potensi tersebut bisa saja teralihkan pada hal-hal yang bersifat konsumtif atau sekadar tren sesaat.
Oleh karena itu, penting bagi generasi muda untuk memiliki landasan yang kuat agar energi dan semangat mereka dapat diarahkan pada perjuangan yang membawa perubahan nyata bagi masyarakat, terutama melalui pendekatan Islam kaffah yang menyentuh akar persoalan umat secara menyeluruh.
Islam Kaffah sebagai Panduan Perubahan
Generasi Z hidup dalam era digital yang serba cepat dan penuh distraksi. Mereka unggul dalam kreativitas dan teknologi, tetapi juga rentan terhadap arus kapitalisme dan hedonisme. Oleh karena itu, Islam kaffah menjadi kunci agar potensi Gen Z tidak terjebak dalam ekspresi semu di media sosial semata.
Rasulullah juga menunjukkan bagaimana para sahabat muda seperti Ali bin Abi Thalib, Mush’ab bin Umair, dan Zubair bin Awwam memainkan peran vital dalam dakwah Islam. Mereka bukan hanya reaktif terhadap kondisi sosial, tetapi bergerak dengan visi ideologis untuk menegakkan keadilan dan menumbangkan kezaliman.
Perubahan Hakiki, Bukan Sekadar Tren
Dalam hal ini, Gen Z memiliki potensi besar sebagai motor perubahan. Kreativitas mereka dalam memanfaatkan media sosial, kemampuan beradaptasi dengan teknologi, serta keberanian menyuarakan pendapat—semua itu bisa menjadi kekuatan strategis untuk kebangkitan umat. Namun, agar potensi ini tidak terjebak dalam arus kapitalisme atau sekadar simbolisme, Gen Z perlu diarahkan pada konstruksi Islam yang jelas.
Mereka harus memahami bahwa perubahan hakiki bukan sekadar protes atau tren, melainkan perjuangan ideologis untuk menghapus kezaliman dan menegakkan keadilan yang hakiki dengan sistem Islam. Tanpa syariat Islam, potensi tersebut hanya akan tersimpan dalam ekspresi sesaat dan bisa saja dimanfaatkan oleh sistem kapitalis untuk membatasi kesadaran politik yang benar. Namun, ketika semangat dan keberanian pemuda diarahkan oleh ajaran Islam, keresahan itu bisa berubah menjadi kekuatan nyata yang menumbuhkan perubahan besar, sebagaimana telah dibuktikan oleh generasi sahabat Rasulullah dalam sejarah hingga Islam berdiri sebagai sebuah peradaban di bawah naungan Khilafah Islamiyah.
Saatnya Gen Z Menjadi Agen Perubahan Hakiki
Oleh karena itu, sangat penting bagi Gen Z untuk menyadari bahwa perubahan sejati tidak hanya tergantung pada seberapa lantang kita bersuara di platform media sosial, tetapi juga pada upaya kita dalam membangun kesadaran yang tepat dan berjuang dengan tujuan yang jelas.
Generasi Z memiliki semua potensi untuk menjadi penggerak perubahan, termasuk semangat, kreativitas, dan kemampuan beradaptasi dalam dunia digital. Namun, semua itu harus diarahkan oleh syariat Islam. Maka, saatnya bagi Generasi Z untuk menegaskan perannya—bukan hanya sebagai penonton atau pengikut, tetapi sebagai agen perubahan yang hakiki.