Oleh. Ita Husnawati
Muslimahtimes.com–Masa remaja seharusnya menjadi masa yang paling indah, penuh optimisme dan karya, bukan keputusasaan. Namun, mengapa ada remaja yang kehilangan asa dan ingin segera meninggalkan dunia ini?
Kasus Remaja Bunuh Diri
Kasus bunuh diri pada remaja tercatat sebanyak 985 kasus dalam kurun waktu 11 tahun dari 2.112 kasus bunuh diri secara umum. Hasil survey I-NAMHS (Indonesia Nasional Adolescent Mental Health Survey) menunjukkan bahwa 1,4% remaja mengaku punya ide bnuh diri, 0,5 % telah merencanakan bunuh diri dan 0,2 % telah mencoba bunuh diri. (Kompas.com, 17/12/2023).
Kasus terkini terjadi di Sukabumi, remaja belasan tahun ditemukan meninggal diduga bunuh diri akibat perundungan, padahal anaknya terkenal baik dan berprestasi. Selain itu dua pelajar tewas tergantung di ruang kelas dan ruang OSIS pada salah satu sekolah di Sawahlunto. Salah satunya bunuh diri diduga akibat persoalan asmara. Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sepanjang tahun 2025, tercatat 25 anak bunuh diri di Indonesia. (bbc.com, 3/11/2025)
Faktor Penyebab Bunuh Diri
Perlu dicermati, bahwa tidak semua bunuh diri itu bullying penyebabnya. Banyaknya kasus pelajar bunuh diri, menggambarkan bahwa kepribadian remaja sangat rapuh, sehinga mendorong mereka untuk lari dari masalah dengan melakukan tindakan bunuh diri. Kerapuhan kepribadian anak mencerminkan lemahnya dasar akidah anak. Ini merupakan implikasi dari pendidikan sekuler yang lebih mengejar prestasi fisik dan kurang mengutamakan penaman akidah yang kokoh. Agama diajarkan secara teori tapi kurang kuat pengaruhnya pada anak.
Selain itu, dalam psikologi umum, anak baru dianggap dewasa ketika berusia 18 tahun. Sehingga ketika usia mereka di bawah 18 tahun, mereka masih diperlakukan sebagai anak dan tidak dididik untuk menyempurnakan akalnya walaupun sudah balig, saat melakukan kesalahan mereka tidak akan mendapatkan sanksi seperti sanksi orang dewasa, padahal mereka sudah terkena beban hukum (taklif).
Keinginan bunuh diri bisa timbul dari kondisi kejiwaan yang tidak stabil, depresi dan akidah yang tidak kokoh ketika menghadapi tekanan mental yang tinggi. Bunuh diri adalah puncak dari gangguan kesehatan mental yang terjadi akibat banyaknya persoalan, mulai dari masalah ekonomi, konflik dengan teman, bullying, broken home, tuntutan gaya hidup dan sebagainya. Munculnya aneka persoalan ini akibat penerapan sistem kapitalisme. Di samping itu, paparan media sosial terkait bunuh diri dan komunitas sharing bunuh diri yang semakin banyak, mendorong remaja makin rentan bunuh diri.
Derita Pelaku Bunuh Diri di Akhirat
Upaya bunuh diri belum tentu berhasil mati kalau belum ajal, karena ajal tidak bisa dimajukan dan tidak bisa dimundurkan, artinya tanpa bunuh diri pun kalau ajalnya sudah tiba, tanpa memandang usia, akan meninggal juga. Allah berfirman dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (Q.S. Al-A’raf [7]: 34)
Banyak orang menduga bahwa dengan bunuh diri, permasalahannya akan berakhir bersama berakhirnya kehidupan dunia. Padahal, yang terjadi justru sebaliknya, ketika seseorang meninggal dunia, maka ia sedang memulai kehidupan baru di akhirat. Dimulai dari alam barzakh, tempat istirahat sambil menunggu semua makhluk berpulang kepada-Nya. Kemudian alam Mahsyar, mizan, shirat hingga ke surga atau neraka, kecuali orang yang mati syahid, maka ia langsung masuk surga. Bagamana dengan orang yang mati bunuh diri?
Membunuh tanpa hak itu dilarang, apalagi membunuh diri sendiri. Dalam hadits disebutkan bahwa orang yang mati dengan cara bunuh diri akan mendapatkan siksaan seperti saat bunuh diri. Rasulullah ﷺ bersabda: “……….. Barangsiapa yang bunuh diri dengan cara terjun dari atas gunung, maka ia akan selalu terjun ke neraka Jahanam dan dia kekal di dalamnya. (HR Muslim). Bahkan seorang Mujahid pun ketika tidak sabar menahan sakitnya luka setelah berjihad dan memilih bunuh diri, tidak terkategori mati syahid. Na’udzu billah…
Solusi Islam
Ternyata setiap manusia butuh ketenangan jiwa, ketenangan ini muncul dari hati yang dekat dengan Allah dan lingkungan yang mendukung serta relasi yang tidak toxic. Untuk mewujudkan ketenangan jiwa diperlukan suasana iman yang senantiasa melingkupi setiap aktivitas manusia. Allah berfirman: “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram.” (Q.S. Ar Ra’d [13]: 28).
Zikir di sini bukan berarti sepanjang hari berzikir secara lisan, namun juga dalam bentuk perbuatan, hati yang selalu ingat Allah, artinya dalam setiap perbuatannya selalu menyandarkan kepada hukum Allah, termasuk dalam belajar, bekerja, berbisnis, bergaul dan seluruh perilakunya, patokannya adalah halal-haram atau ridha dan tidaknya Allah.
Di samping itu lingkungannya pun bernuansa iman, yaitu seluruh aturan hidup disandarkan kepada wahyu Allah dan teladan Rasulullah ﷺ (Al-Qur’an dan As-Sunnah). Maka ketenangan akan semakin kondusif, jika diterapkan sistem pendidikan Islam, sistem ekonomi Islam, sistem pergaulan Islam dan lain-lain yang kesemuanya bisa diwujudkan dalam sistem pemerintahan Islam.
Sistem pendidikan Islam menjadikan akidah Islam sebagai dasar yang harus ditanamkan dalam pendidikan keluarga, sekolah dan seluruh jenjang pendidikan, sehingga pelajar memiliki kekuatan untuk bertahan dalam menghadapi setiap kesulitan dan terhindar dari tindakan bunuh diri yang fatal. Sistem pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk kepribadian Islam, yaitu pola pikir dan pola sikap Islam. Sejak prabalig mereka sudah dididik dengan pendidikan yang mendewasakan dan mematangkan kepribadian Islamnya. Anak-anak juga dilatih untuk mulai menjalankan perintah Allah seperti shalat, yang sudah diperintahkan sejak umur tujuh tahun, tentu setelah dibina keimanannya. sehingga ketika balig, mereka sudah siap menerima taklif dan tidak merasa berat. Penerapan Islam mencegah terjadinya gangguan mental, sekaligus menyolusi seluruh persoalan secara tuntas, karena Islam mewujudkan kebaikan pada aspek nonklinis, seperti jaminan kebutuhan pokok, keluarga harmonis, juga arah hidup yang benar sesuai tujuan penciptaan, yaitu menjadi hamba Allah yang taat. Wallahu’alam
