Oleh. Ragil Rahayu
Muslimahtimes.com–Setiap muslim tentu mendambakan keluarga yang harmonis, yakni sakinah mawaddah wa rahmah. Namun, kadang kala terjadi perselisihan antar anggota keluarga hingga berujung kekerasan. Padahal, kekerasan berdampak buruk bagi anggota keluarga. Mulai dari luka fisik hingga psikis yang meninggalkan trauma mendalam.
Di bawah kehidupan kapitalistik yang penuh persaingan seperti sekarang, stres kerap melanda masyarakat sehingga terbawa ke rumah. Keluarga pun menjadi korban kekerasan. Agar keluarga muslim terhindar dari kekerasan, berikut yang bisa kita upayakan:
1. Tangkal Stres dengan Takarub Ilallah.
Tindakan kekerasan biasanya disebabkan oleh stres. Pemicunya bisa bermacam-macam, baik karena tekanan pekerjaan, kesulitan ekonomi, masalah anak, sikap pasangan, macet, dan sebagainya. Semuanya bisa menjadi sumber stres. Namun, kita perlu ingat bahwa semua masalah tersebut adalah qada (ketetapan) Allah Swt.. Sebagaimana Allah Swt. memberi ujian, Dia juga akan memberikan solusi.
Yang perlu kita lakukan adalah mendekat kepada Sang Pemberi Solusi. Kita pasrahkan semua masalah kita pada-Nya sehingga beban di pundak akan terasa ringan. Hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nashir (cukuplah Allah bagi kami, sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong). Dengan memperbaiki kualitas ibadah wajib kita dan memperbanyak ibadah sunah, hati akan terasa lebih tenang, mampu melihat masalah dengan lebih jernih, dan mencari solusinya.
2. Manajemen Emosi
“Janganlah marah dan bagimu surga,” demikian sabda Rasulullah Muhammad saw.. Ketika emosi kita sedang tersulut untuk marah, ada tips untuk meredakannya. Di antaranya adalah mengucapkan ta’awuz, diam dan menjaga lisan, mengambil posisi tubuh yang lebih rendah, dan berwudu. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudu.” (HR.Ahmad dan Abu Daud).
3. Bersikap Makruf pada Keluarga.
Rasulullah saw. merupakan figur yang sangat sayang pada keluarga. Beliau bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang berbuat baik kepada keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR Tirmidzi)
Beliau mencontohkan untuk berbuat makruf pada anggota keluarga, apakah itu pasangan ataupun anak. Ketika melihat keluarga, ingatlah bahwa mereka berhak mendapatkan perlakuan yang makruf dari kita, sebagaimana kita juga ingin mendapatkan perlakuan yang makruf. Akhirnya setiap orang berlomba-lomba untuk berbuat makruf.
Ketika ada sikap anggota keluarga yang tidak sesuai harapan, kita memberikan nasihat dengan penuh kasih sayang. Jika sikap tersebut tidak bertentangan dengan hukum syarak, hanya saja tak sesuai dengan selera kita, alangkah baiknya kita memberikan permakluman. Sambil kita fokus pada kebaikan-kebaikan yang ada padanya.
4. Komunikasi yang Sehat
Emosi butuh untuk disalurkan. Bercerita bisa mengurai emosi dan membuat perasaan lebih lega. Dengan demikian, komunikasi yang sehat dalam keluarga sangatlah penting. Cipatakanlah momen berkumpul bersama keluarga sehingga setiap orang bisa menceritakan ganjalan di hatinya. Siapkanlah diri kita untuk mendengar keluh kesah mereka sehingga tidak ada kebuntuan emosi yang bisa meledak sewaktu-waktu. Kita juga bisa memanfaatkan momen ini untuk menceritakan masalah kita sehingga hati terasa lapang.
5. Masyarakat yang Tenteram
Selain ikhtiar individual, kekerasan dalam keluarga bisa dicegah dengan ikhtiar komunal, yaitu dengan menciptakan suasana masyarakat yang tenang, tenteram, saling menolong, saling bersikap makruf, dan saling menasihati dalam kebaikan. Kesalehan komunal ini akan menenteramkan hati setiap anggota masyarakat sehingga terhindar dari stres.
Riayah (pengurusan) yang bagus terhadap kebutuhan rakyat, penegakan aturan secara adil, ekonomi yang sejahtera, pendidikan dan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas, dan lain-lain akan mewujudkan ketenangan dalam hati. Emosi pun tidak akan tersulut dan setiap anggota keluarga pulang tanpa membawa beban dari luar rumah. Oleh karena itu, butuh ikhtiar bersama untuk mewujudkan kesalehan masyarakat ini, termasuk peran penting penguasa dalam menyejahterakan rakyatnya. Wallaahualam. []