Oleh: Hana Annisa Afriliani,S.S
Penulis Buku
“Heyy Dasar anak kurang ajar! Neraka Jahanam kamu!!” teriakan seorang ibu mengangetkanku di siang hari pertengahan bulan Ramadan kemarin.
Sungguh bergidik aku mendengarnya. Ngeri kalau-kalau Allah benar-benar mengijabah doa ibu itu atas anaknya. Mengingat bahwa ucapan seorang ibu adalah doa. Lebih-lebih diucapkan di bulan mulia, yang doa-doa langsung didengar olehNya.
Saya tak ingin membahas soal makbulnya doa seorang ibu,namun tentang adab yang kadang tak ditampakkan orangtua pada anaknya. Padahal sungguh adab adalah bagian dari keshalihan diri.
Sejatinya, orangtua adalah role model bagi anak-anaknya. Bagaimana mungkin kita mengharapkan anak-anak yang lisannya senantiasa berucap penuh hikmah, jika lisan kita saja keji tak terjaga? Bagaimana mungkin kita mengharapkan anak-anak berkepribadian beradab, jika kita sendiri tak punya adab? Bagaimana pula kita mengharapkan anak-anak yang shalih, jika kita sendiri tak menshalihkan diri?
Ini sungguh menjadi cambukan bagi diri kita para orangtua untuk terus belajar memperbaiki diri, terus bebenah menshalihkan diri dan terus berupaya menampilkan adab terbaik di hadapan buah hati.
Benarlah adanya jika anak adanya peniru ulung. Ia akan merekam apa yang biasa ia lihat dan ia dengar dari orang-orang terdekatnya. Siapa lagi kalau bukan kedua orangtuanya.
Seorang anak yang terbiasa melihat ibunya berpakaian syari setiap kali keluar rumah tentu akan lebih mudah dipahamkan untuk berpakaian syari pula. Begitupun saat sang anak terbiasa ikut orangtuanya ke majelis ilmu, maka anak lebih akrab dengan masjid ketimbang mall, bioskop, atau cafe.
Sungguh keteladanan adalah salah satu upaya menancapkan pemahaman pada buah hati. Rasulullah saw bersabda,
“Barang siapa yang memberikan contoh baik, maka baginya pahala atas perbuatan baiknya dan pahala orang yang mengikuti hingga hari kiamat, yang demikian itu tidak menghalangi pahala orang-orang yang mengikutinya sedikit pun. Dan barang siapa yang memberi contoh buruk, maka baginya dosa atas perbuatannya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tanpa dikurangi sedikit pun dosa orang-orang yang mengikutinya.” (HR. Muslim)
Maka, pembentukan keshalihan diri sangat penting adanya sebelum kita menshalihkan buah hati. Orangtua yang shalih akan lebih berpeluang menghasilkan buah hati yang shalih pula. Karena dengan keshalihannya ia akan mampu menebarkan hikmah pada orang-orang di sekitarnya, termasuk buah hatinya. Pola didiknya pun mengakar dari apa-apa yang telah Allah gariskan, yakni Alquran dan As-sunnah. [Mnh]