Oleh. Maya Ummu Azka
(Tim Redaksi Muslimahtimes.com)
Muslimahtimes.com–Jika ada yang berkata bahwa hidup itu tak mudah, memang benar. Apalagi bagi seorang muslimah yang ingin menjalani hidup agar tetap taat syariat di zaman jahiliah modern ini, tentu penuh dengan ujian dan godaan. Misalnya, mempertahankan hijab ketika bergumul kesulitan ekonomi setelah dicampakkan suami, atau menjaga kesucian tatkala budaya kohabitasi menyerang generasi, pun menjaga keluarga dari serangan kaum pengingkar fitrah yang makin merajalela.
Penting bagi kaum muslimah untuk mengenali empat sosok wanita mulia yang namanya diabadikan Allah dalam Al-Qur’an. Menelusuri perjuangan mereka dalam memegang teguh keimanan, akan mampu mengembalikan kekuatan dan semangat bagi kita dalam menjalani liku-liku kehidupan. Ternyata, kesulitan yang kita hadapi tak sepadan dengan apa yang telah mereka alami, hingga wajar jika Allah kukuhkan mereka sebagai para wanita penghulu surga. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, “Pemuka wanita ahli surga ada empat. Ia adalah Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulullah, Khadijah binti Khuwailid dan Asiyah.” (HR. Hakim dan Muslim)
Bagian pertama tulisan ini mengajak para pembaca untuk mengenal salah satu di antara wanita mulia tersebut, yaitu Maryam binti Imran.
*****
Maryam adalah anak dari Imran bin Hasyim. Imran beserta istrinya telah bertahun-tahun tak dikaruniai anak hingga ia bernazar, jika Allah memberinya anak, maka ia akan mengabdikan anaknya untuk beribadah kepada Allah. Hingga Allah kabulkan permohonannya dan lahirlah sosok Maryam. Imran dan istrinya memenuhi nazar mereka dengan membangun sebuah ruangan khusus di Baitul Maqdis sebagai tempat Maryam mengisi seluruh waktunya untuk beribadah kepada Allah. Hingga kemudian Allah takdirkan perawan suci itu mengandung dan melahirkan tanpa disentuh seorang laki-laki, sebagaimana Firman Allah, “(Ingatlah), ketika para malaikat berkata, “Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu tentang suatu kalimat (firman) dari-Nya (yaitu seorang putera) namanya Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat, dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah)” (QS. Ali-Imran: 45)
Betapa beratnya perjuangan Maryam menjalani kehamilan seorang diri, di tengah cemooh dan tudingan zina dari masyarakat. Kondisi itu membuatnya mengasingkan diri, hingga didera kepayahan dan rasa sakit menjelang melahirkan, manusiawi rasanya jika ia sampai menggumamkan luapan kepedihannya, “Kemudian rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia (Maryam) berkata, “Wahai, alangkah (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan.“ (QS. Maryam: 23)
Kisah Maryam binti Imran diabadikan oleh Allah dalam Al-Qur’an, surah Ali Imran: 42-51 dan surah Maryam: 22-26. Menurut Ibnu Katsir rahimahullah, Maryam dipilih Allah sebagai salah satu penghulu wanita di surga karena kuat dan banyak ibadahnya, bersikap zuhud (meninggalkan ucapan atau perbuatan yang tak bermanfaat untuk akhirat), serta menjaga kesuciannya bahkan dari bisikan syahwat dalam diri dan bisikan setan.
***
Kisah Maryam menyentak kesadaran kita, betapa sabarnya ia menghadapi penderitaan dan rasa sakit tanpa berputus asa dari rahmat Allah. Kisah ini juga menyentil kita yang masih sering mengeluh agar banyak melakukan muhasabah diri. Bagaimana kualitas ibadah kita kepada Allah? Apa kabar amalan sunnah nafilah kita? Lalu sekuat apa kita menjaga diri dari ucapan dan perbuatan yang sia-sia? Mungkin kita bisa menjaga kesucian diri dari laki-laki nonmahrom, namun apa kabar dengan bisikan syahwat dan embusan-embusan setan?
Wallahu a’lam