
Oleh. Sunarti
MuslimahTimes.com–“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Muslim). Pesan manusia agung kekasih Allah ini, seolah sangat lekat di benak muslim. Sayangnya, sabda Rasulullah Saw. ini belum terwujud hingga detik ini. Buktinya, penderitaan muslim, termasuk anak-anak di Gaza, belum ada sama sekali negara yang tergerak untuk membela. Alih-alih membela, justru hanya sebatas kecaman belaka, tanpa tindakan yang nyata. Bukti sekat-sekat nasionalisme telah memecah belah seluruh muslim di dunia.
Saat ini, apa yang dilakukan Zionis (laknatullah) sebenarnya sudah sampai di titik yang seharusnya menyulut amarah muslim. Sejak 18 Maret 2025, menurut Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), sedikitnya 100 anak terbunuh. Geramnya lagi, Amerika Serikat (AS) justru menggarisbawahi dukungannya terhadap Zionis biadab. Dan yang menyayat hati, badan-badan Palestina dan PBB memperingati Hari Anak Palestina dengan kisah-kisah yang ‘mengerikan’ tentang korban jiwa anak-anak akibat serangan Zionis di Gaza (Erakini.id, 5 – 4 – 2025).
Dalam laman Liputan6.com menuliskan bahwa 39.000 di jalur Gaza telah kehilangan satu atau kedua orangtuanya akibat serangan Zionis yang berlangsung secara terus-menerus sejak 7 Oktober 2023. Dalam laman yang sama juga menuliskan jika Biro Statistik Palestina seperti dilansir Al Mayadeen, Jalur Gaza kini menghadapi krisis yatim terbesar dalam sejarah modern. Dalam pernyataan yang dikeluarkan menjelang Hari Anak Palestina, biro tersebut mengonfirmasi bahwa 39.384 anak telah menjadi yatim sepanjang 534 hari pengeboman. Dari jumlah tersebut, sekitar 17.000 anak kehilangan kedua orangtua dan kini “menghadapi kehidupan tanpa dukungan atau perawatan.” Sungguh kondisi yang sangat memprihatinkan.
Perlindungan Anak hanya Narasi Pepesan Kosong ala HAM
Selama ini narasi hak asasi manusia (HAM) yang diunggul-unggulkan oleh negara-negara penganutnya, nyatanya hanya omong kosong belaka. Bahkan yatim, yatim – piatunya anak-anak Gaza terjadi di tengah narasi soal HAM dan berbagai aturan internasional dan perangkat hukum soal perlindungan dan pemenuhan hak anak. Nyatanya berbagai aturan tersebut tidak mampu menghentikan, bahkan tidak bisa mencegah penderitaan anak-anak Palestina.
Di mana mereka para pengusung HAM saat anak-anak Gaza di Palestina berteriak kesakitan, kelaparan? Mereka terluka, mereka kehilangan apa yang dimiliki, bahkan saudara-saudara mereka banyak yang sudah tidak mampu berteriak kesakitan karena telah meregang nyawa. Apakah benar jika ada standar ganda dalam penerapan hak asasi yang digembar-gemborkan para pengusungnya? Di mana para aktivis HAM beserta pendukungnya? Padahal kelak anak-anak Gaza akan menuntut pertanggungjawaban atas keberadaan mereka. Pun tidak hanya para pengusung, pendukung HAM, namun juga kita sebagai muslim yang seharusnya berdiri membantu, membelah serta melindungi mereka.
Kesadaran Umat akan Perubahan Hakiki untuk Menolong Anak Gaza
Sayangnya semua ini belum menyadarkan kaum muslim terhadap perubahan mendasar. Kebangkitan Islam sangat dibutuhkan untuk kemerdekaan muslim Palestina. Jika hanya mengharapkan pertolongan lembaga-lembaga Internasional dan semua aturannya, hanya akan menambah penderitaan anak-anak Gaza. Saat ini umat harus menyadari perubahan mendasar ada di tangan kaum muslim sendiri. Masa depan anak-anak Gaza – Palestina dan muslim dunia ada di tangannya jua, yakni pada kepemimpinan politik Islam atau Khilafah yang semestinya diperjuangkan dengan sungguh-sungguh.
Harus diketahui muslim Khilafah berfungsi sebagai rain (pemimpin) dan junnah (pelindung/perisai) akan melindungi setiap individu warga negara. Khilafah tidak akan membiarkan kezaliman menimpa rakyatnya. Dan telah terbukti dengan kepemimpinannya, selama belasan abad berhasil menjadi benteng pelindung yang aman. Perlindungan Khilafah atas nyawa warga negara dihitung atas individu per individu. Jadi jaminan rasa aman dan nyawa adalah tanggung jawab Khalifah sebagai kepala negara.
Adanya suport sistem terbaik bagi tumbuh kembang anak. Di sinilah bukti dukungan sistem Islam sangat dibutuhkan dalam mencetak dan menjaga generasi penerus yang cemerlang pembangun peradaban emas dari masa ke masa.
Setiap individu muslim wajib terlibat dalam memperjuangkan kembalinya sistem Islam yaitu institusi negara, Daulah Islam. Kelak setiap muslim akan dimintai pertanggungjawaban atas anak-anak muslim di Gaza. Hujjah yang kuat bahwa mereka tidak tinggal diam dan berpangku tangan melihat anak-anak Gaza, harus dipersiapkan. Persoalan Gaza akan selesai jika persoalan Palestina juga terselesaikan secara tuntas. Zionis tidak akan mendengar bahasa ‘perjanjian damai’ tapi jihad. Dan jihad hanya bisa terwujud dengan adanya Daulah Islam. Saat ini solusi tuntas hanya dengan mewujudkan tegaknya Daulah Islam yang menerapkan syari’at Islam secara utuh.
Waallahu alam bisawab