Oleh : Rut Sri Wahyuningsih
Pengasuh Grup Online BROWNIS (Obrolan Wanita Islamis)
#MuslimahTimes –– Tak bisa dipungkiri, media sosial selalu saja menghadirkan challenge-challenge baru. Seperti Falling Star Challenge, Yha Challenge, hingga In My Feeling Challenge. Tantangan-tantangan ini seolah mengajak para pengguna media sosial untuk membuat konten-konten yang seru.
Setelah tantangan-tantangan itu berlalu, belakangan timbul tren baru, yakni mengunggah foto lawas 10 tahun lalu dan disandingkan dengan foto terbaru di tahun 2019 atau dikenal dengan 10 Year Challenge.
Keseruan challenge itu sendiri menunjukkan bagaimana perubahan wajah seseorang dalam waktu 10 tahun lalu dan kini. Sederet selebriti tanah air juga tidak ketinggalan, menjadi pioneer mengikuti tren ini. Tanpa rasa jaim, mereka mengunggah potret jadulnya dahulu.
Dan bisa ditebak, generasi milenial di negeri ini langsung latah mencontohnya. Bahkan jadi ajang pamer kekonyolan. Perbandingan wajah, bentuk tubuh atau ukuran baju lebih mendominasi challenge ini. Tak jarang hingga membuka aurat dengan caption hijrah menjadi lebih baik. Alangkah mudahnya sebuah ide menulari masyarakat. Padahal inilah bukti bahwa pemikiran kaum muslim hari ini berada di keadaan semundur-mundurnya. Banyak-banyak melakukan amal kaum kufar yang itu tidak menambah kemuliaannya.
Sekulerisme memang tak kehabisan akal mengajak kepada pemujanya semakin menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak bermanfaat. Karena berbagai challenge yang diviralkan adalah corak sekulerisme . Segala sesuatu bisa dikompetisikan dan dieksploitasi demi sebuah prestise dan pengakuan diri. Melalaikan dari mengingat Allah. Wajar, karena landasan berpikir dan berbuat ideologi ini adalah memisahkan agama dari kehidupan, maka sah-sah saja jika setiap amal hanya dilandaskan pada kesenangan jasmani semata. Jauh dari amal sholih sebagaimana yang seharusnya.
Sebagai kaum muslim, tentu tidak ada hal yang lebih mutlak ditaati dan menjadi kepemimpinan berpikirnya kecuali syariat Allah. Bukan berarti kaum muslim tak boleh menggunakan media sosial. Karen ia adalah produk teknologi yang tidak memuat nilai hadlarah agama dan bangsa tertentu. Maka kita bisa memanfaatkannya asal sesuai dengan ketentuan hukumNya.
Selama 2018 kemarin , keterpurukan dan ketidakadilan masih saja menimpa kaum muslim. Semestinya challenge 10 tahun di tahun 2019 ini bisa menjadi tonggak kesadaran berpolitik setiap elemen bangsa. Tidak hanya ajang mengubah pribadi , keluarga, masyarakat tapi juga bagi negara. Inilah apa yang dimaksud sebagai gerakan perubahan hakiki. Perubahan menuju keridhoan Allah swt. Dengan menjadikan kalimat Allah setinggi -tingginya. Maka umat harus paham dan sadar tentang keadaan ini. Viral challenge yang tadinya merupakan bencana moral dan kemaksiatan bisa kita rubah menjadi wasilah syiar yang mencerdaskan umat.
Karena dakwah tidak melulu berdiri di podium. Melainkan dengan segenap potensi yang ada pada diri kita, kita bisa mulai bergerak. Menjadikan Islam berdaulat mengatur visi dan misi umat bukan saja di dunia dengan menjadi hamba Allah yang diridhoi tapi juga hingga ke jannah. Wallahu a’ lam bi ashowab.