Oleh: Dede Yulianti (revowriter Bogor)
Terkadang manusia, khususnya perempuan disibukkan dengan penampilan. Misalnya saat akan pergi ke undanganpernikahan atau acara wisuda. Dicarilah baju yang paling ok, dan terlihat wah. Bahkan mempersiapkan baju baru. Begitupula dengan riasan wajah, aksesoris, cara pemakaian Khimar hingga alas kaki pun tak luput dari perhatian. Begitulah karakter manusia sebagai makhluk sosial.Ogahdianggap tak layak penampilannya oleh orang lain. Sehingga begitu memperhatikan dirinya dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Namun terkadang, mereka lupa bahwa pada hakikatnya kehidupan dunia ini pun merupakan perjalanan menuju perhelatanakbar. Puncak pertemuan reuni umat manusia sedunia. Sejak zaman Nabi Adam hingga zaman now atau zaman umatnya Nabi Muhammad Saw. Perhelatan akbar tersebut adalah hari penghisaban. Di mana manusia disidang satu–persatu, kemudian ditayangkan seluruh kejadian dirinya selama di bumi. Allah SWT. pun sebagai penguasa jagat raya secara langsung meminta pertanggungjawaban terhadap seluruh kejadian tersebut. Lalu apa yang sudah kita persiapkan untuk menghadapinya?
Ternyata bukanlah penampilan yang Allah SWT nilai. Rasulullah Saw bersabda, “sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kekayaanmu. Tetapi Allah melihat hati dan amal perbuatanmu.” Nah, jika di dunia saja kita bisa merasa malu bila dianggap berpenampilan tak layak. Apalagi di hadapan Allah SWT. Alangkah ruginya, jika ternyata Allah SWT menilai kita tak layak sebagaihamba yang memasuki surgaNya. Astagfirullah. Lalu kemana hidup kita akan berakhir jika bukan surga sebagai tempat tujuan?!
Maka, hadits Rasulullah SAW. telah menunjukkan pada kita bahwa hati dan amal perbuatanlah parameter kelayakan manusia mengharap surga. Jadi, mari kita fokus dalam hidup, menata hati serta menata diri agar sesuai syariat Islam.
Menata Hati
Hati yang ikhlas itulah syarat utama diterima semua kebaikan. “Sesungguhnya segala sesuatu tergantung pada niatnya”. Perkara menata hati tidaklah semudah membalik telapak tangan. Selalu ada godaan bisikan yang menggelincirkan niat lurus menjadi bengkok. Niat itu harus senantiasa diperbaiki. Di awal, di tengah hingga di akhir sebuah amal. Lulus dari jebakanriya’, muncullah godaan sum’ah serta ujub. Butuh perjuangan tak berkesudahan agar ikhlas senantiasa menghiasi setiap amal.Subhanallah!
Salah satu kuncinya dengan memperbanyak dzikir, mengingat Allah. Baik lisan maupun hati dan pikiran, hendaklah selalu menghadirkan Allah SWT. Mengingat betapa hebatnya kekuasaan Allah, sembari menginsyafi diri lemah dan penuh kekurangan. Lenyaplah lintasan kesombongan diri dan berharap pujian manusia. Lalu perbanyaklah istighfar untuk menghapus kekhilafan hati saat muncul niat yang berbelok. Semoga dengannya, diampuni dan terhapus kelalaian.
Menata Diri
Menata diri bermakna selalu mengkaitkan setiap perbuatan dengan Syariat Islam. Karena akan tertolak amalan yang tidak dicontohkan Rasulullah Saw. Misalnya penampilan serba mini, pacaran, riba serta gaya hidup liberal yang menyebabkan diri enggan diatur Syariat. Maka langkah awal menata diri adalah dengan hijrah dan tholabul Ilmi. Hijrah untuk tidak lagi menjadikan selain Islam patokan gaya hidup. Bersungguh-sungguh taubat, meninggalkan jalan hidup selain Islam. Lalu kembali kepada syari’at Islam.
Hijrah pun pasti banyak ujiannya. Istiqomah itulah kuncinya. Tetap menggenggam hidayah dan bersabar dalam ketaatan. Selain itu peran dari sahabat taat juga besar agar suasana kehidupan selalu diliputi cahaya Islam. Membaca kisah para Nabi dan sahabat dalam mempertahankan ketaatan di jalan Islam, akan mengobarkan jiwa berkorban.
Tak kalah penting juga, ialah menuntut ilmu. Selain untuk memahami aturan-aturan hidup dalam Islam, ilmu akan menjaga ketaatan. Ada ungkapan, orang taat sekalipun jika berhenti belajar maka ketaatannya akan berkurang. Di samping itu menuntut ilmu agama hukumnya fardhu ‘ain. Maka tak ada alasan untuk meninggalkan aktivitas tersebut. Belajar akan semakin mengokohkan keimanan dan memperluas tsaqofah Islam. Semakin memahami mana perbuatan yang disukai Allah dan mana yang dibenci.
Akhirnya kita sebagai manusia hendaklah selalu fokus mempersiapkan bekal menuju akhirat dengan menata hati dan menata diri. Semoga dengannya kita layak dimasukkan ke dalam surga.