Masa Karantina, Selamatkah Kita?
Oleh: Kanti Rahmillah, M.Si
Muslimahtimes – Dunia berduka. Jutaan terinfeksi dan ribuan telah dinyatakan wafat akibat Covid 19. Pandemi yang telah menjalar ke hampir seluruh dunia ini belum juga mengisyaratkan dirinya hilang atau setidaknya berkurang. AS sang adidaya kini sedang dirundung pilu lantaran warga yang terjangkitinya melebihi negara asal virus tersebut, Cina.
Dilansir dari Kompas.com, data real time yang dikumpulkan oleh Jhon Hopkins University per jumat (10/04/2020) siang. Jumlah kasus Corona di Dunia adalah sebanyak 1,6 juta dan 90.000 pasien telah meninggal dunia. Angka jiwa yang terinfeksi berikut angka kematiannya terus naik di hampir setiap negara. Tak terkecuali Indonesia, yang kini penambahan orang dengan positif Corona telah melebihi negara-negara besar, seperti Arab Saudi. Bahkan porsentase kematiannya sangat tinggi, setiap hari ada saja kasus yang meninggal karena virus ini.
Abainya penguasa terhadap keselamatan warga telah menambah kesedihan rakyat Indonesia. Rakyat dituntut untuk berjuang sendiri di tengah kebijakan-kebijakan yang meyudutkan masyarakat.
Lihat saja bagaimana anggaran pemindahan ibu kota yang tak urgen sama sekali, tak sedikitpun mengalir pada usaha penanggulanangan wabah ini. Atau pembebasan para narapidana kriminalitas hingga para koruptor yang alasannya lebih masuk akal karena defisitnya anggaran daripada pencegahan Corona. Sungguh wajar akhirnya, di tengah terhimpitnya ekonomi masyarakat yang terdampak, dilepaskannya para napi ini akan menyebabkan kriminalitas semakin merajalela.
Begitupun watak ekonomi negara ini yang bercorak kapitalistik. Keselamatan ekonomi lebih dipilih daripada keselamatan nyawa masyarakat. Terbukti di tengah sulitnya masyarakat mendapatkan masker dan APD, para pengusaha itu lebih suka mengekspornya, karena benefitnya yang lebih besar.
Konspirasi siapa yang diuntungkan, hingga pandemi virus ini rekayasa atau bukan, menjadi perdebatan banyak pihak. Namun yang pasti, ekonomi dunia terguncang dan keselamatan nyawa manusia terancam. Sebagai orang yang beriman, sepatutnya kita semakin meyakini bahwa Allah Swt. lah sebaik-baik pembuat kejadian. Inilah kuasa Allah Swt. Sang Maha Berkehendak.
Telah hampir satu bulan, Indonesia khususnya di Jawa Barat, kota-kota besarnya telah dinyatakan zona merah. Dan kota-kota lainnya sedang mengantri menuju warna tersebut. aktivitas hingga kini belum berjalan normal. Tak ada yang tahu hingga kapan situasi sekarang ini akan berakhir? Juga tak ada yang tahu, bisakah kita melewati masa-masa ini dengan selamat? Namun, yang bisa kita pastikan adalah apa yang kita lakukan saat masa karantina ini.
Ada yang mengisinya dengan mengejar ketertinggalanya dalam mengaji Islam. Bahwa musibah pada umat dunia kali ini, harus kita jadikan sesuatu yang dapat menguatkan akidah kita. Ada yang semakin rajin bertilawah, hingga telah khatam berkali-kali. Ada yang akhirnya mampu menghafal Alquran dan semakin memahami isi kandungannya. Ada yang semakin giat berdakwah di media sosial, karena inilah momentnya, saat sebagian besar umat terkoneksi pada dunia maya. Ada yang sedang memperbaiki pola asuh pada anak-anaknya, hingga memahami betul bahwa yang bertanggung jawab penuh terhadap kesolehan anak adalah orang tuanya, bukan sekolah.
Namun, di tengah-tengah ramainya manusia berlomba-lomba dalam kebaikan. Banyak pula mereka yang mengisinya dengan kemubahan yang menghantarkannya pada kelalaian. Ada yang sudah menamatkan drama film berseri-seri. Ada yang sudah menuntaskan level-level sulit nya pada game online. Sibuk menggibah dan mengunggah berbagai macam persoalan yang unfaedah. Ada pula orang tua yang semakin mengeluh hingga stress, lantaran 24 jam bersama anak-anaknya.
Sungguh, pada diri kita telah Allah Swt. berikan jatah yang sama yaitu waktu luang. Akan tetapi waktu luang ini bisa menjelma menjadi sesuatu yang berharga atau juga bisa menjadi sesuatu yang berbahaya. Setiap orang akan keluar dengan keadaan yang beragam tergantung dengan apa yang mereka kerjakan. Lengah atau lalai adalah penyakit yang berbahaya. Jika manusia telah terjangkiti, maka ia akan terus menyibukan diri pada hal-hal yang unfaedah. Yang tanpa ia sadari akan menjauhkannya dari rahmat Allah Swt. karena ia akan lupa berdzikir dan beramal soleh. Jika ia melakukan amal soleh, tidak dibalut dengan sifat khusyuk, tunduk, taubat, rasa takut, ikhlas. Amalnya pun akan ia lakukan dengan terburu-buru.
“Dan sesungguhnya, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.” (QS. Al-A’raf: 179)
Wahai kaum muslim, sesungguhnya, hanya ada dua kemungkinan dalam kondisi wabah seperti ini, yaitu kita terjangkit, bahkan hingga wafat atau kita selamat hingga wabah ini berakhir. Kedua kondisi ini tentu telah Allah Swt. tetapkan pada setiap jiwa manusia. Maka yang seharusnya kita lakukan adalah terus berikhtiar dalam rangka keselamatan jiwa dan juga terus beramal soleh, agar kita menemui akhir yang husnul khatimah.