Oleh: Aya Ummu Najwa
#MuslimahTimes — Tak terasa bulan Sya’ban telah berada di penghujungnya, tandanya Ramadhan siap menjelang. Sebagai seorang mukmin, sudah seharusnya merasa senang dengan datangnya tamu yang mulia, yaitu bulan Ramadhan, karena salah satu tanda keimanan adalah rasa gembira akan datangnya bulan Ramadhan, karena bulan Ramadhan adalah rahmat, berkah, karunia dari Allah subhanahu wata’ala untuk orang-orang yang beriman. Dan adalah suatu kewajiban menyambut rahmat Allah dengan suka cita.
Allah berfirman, “Katakanlah: ‘Dengan kurnia Allah dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus [10]: 58).
Walaupun dalam suasana pandemi, namun tak mengurangi rasa suka cita menyambut Ramadhan, adalah dengan bersungguh-sungguh mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambutnya, melaksanakan ketentuan-ketentuannya, mengisinya dengan amalan shalih, menjauhi maksiat, hingga ketika waktunya berpisah dengan Ramadhan dia telah bermetamorfosa menjadi seorang mukmin yang baru, yang layak menyandang gelar Muttaqin.
Lihatlah bagaimana para ulama dan orang shalih sangat merindukan dan berbahagia jika Ramadhan akan datang. Ibnu Rajab Al-Hambali berkata, “Sebagian salaf berkata, ‘Dahulu mereka (para salaf) berdoa kepada Allah selama enam bulan agar mereka dipertemukan lagi dengan Ramadhan. Kemudian mereka juga berdoa selama enam bulan agar Allah menerima (amal-amal shalih di Ramadhan yang lalu) mereka.“
Begitu mulianya tamu yang akan datang yaitu Ramadhan, sehingga para ulama mempersiapkannya dari jauh hari, sebagi bentuk rasa syukur dan suka cita. Mempersiapkan dengan persiapan yang matang, dari fisik maupun keimanan, sehingga ketika pada saatnya memasuki bulan Ramadhan bisa dengan sebaik-baiknya mengisi dan menghidupkannya dengan amalan shalih.
Mengapa harus bergembira menyambut Ramadhan, tidak lain karena bulan Ramadhan penuh dengan kemuliaan, keberkahan, dan ampunan dari Allah azza wa jalla. Sebagaimana sabda Rasulullah keutamaan bulan Ramadhan, “Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.”
Dengan hadits ini, Rasulullah mengabarkan kepada para sahabat Radhiallahu Anhum dan juga kaum muslimin akan kabar gembira yang bisa memperbaiki diri mereka di hadapan Allah, tentu ini bukan kabar biasa yang disambut dengan biasa, tapi ini adalah sebuah kabar gembira dan sudah seharusnya seorang mukmin menyambutnya dengan suka cita.
Ibnu Rajab Al-Hambali kembali menjelaskan;
ﻛﻴﻒ ﻻ ﻳﺒﺸﺮ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﺑﻔﺘﺢ ﺃﺑﻮﺍﺏ ﺍﻟﺠﻨﺎﻥ ﻛﻴﻒ ﻻ ﻳﺒﺸﺮ ﺍﻟﻤﺬﻧﺐ ﺑﻐﻠﻖ ﺃﺑﻮﺍﺏ ﺍﻟﻨﻴﺮﺍﻥ ﻛﻴﻒ ﻻ ﻳﺒﺸﺮ ﺍﻟﻌﺎﻗﻞ ﺑﻮﻗﺖ ﻳﻐﻞ ﻓﻴﻪ ﺍﻟﺸﻴﺎﻃﻴﻦ ﻣﻦ ﺃﻳﻦ ﻳﺸﺒﻪ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺰﻣﺎﻥ ﺯﻣﺎﻥ
“Bagaimana tidak gembira? Seorang mukmin diberi kabar gembira dengan terbukanya pintu-pintu surga. Tertutupnya pintu-pintu neraka. Bagaimana mungkin seorang yang berakal tidak bergembira jika diberi kabar tentang sebuah waktu yang di dalamnya para setan dibelenggu. Dari sisi manakah ada suatu waktu menyamai waktu ini (Ramadhan).”
Maka, sambutlah tamu yang mulia ini dengan suka cita, azamkan diri untuk bisa mengisi hari-harinya dengan puasa, sedekah, dan menahan nafsu dan hal-hal yang dapat membatalkan puasa, dan menghidupkan malam-malamnya dengan amalan shalih, shalat tarawih, tilawah Qur’an, qiyamullail, dan amalan-amalan shalih lainnya, hingga akhirnya layak untuk mendapatkan gelar takwa.
Wallahu a’lam