Reportase
Risalah Akhir Tahun 2020: Berkah Dengan Khilafah
MuslimahTimes.com – Hari ini, Sabtu, 26 Desember 2020 , bertepatan dengan 11 Jumadil Awal 1442 Hijriyah, telah sukses digelar agenda spektakuler Digital Event Muslimah terbesar di tahun ini, yaitu Risalah Akhir Tahun (RATU). Dengan tema besar “Demokrasi Mati Songsong Abad Khilafah”. Even ini dihadiri oleh perempuan di seluruh Indonesia, dari ibu rumah tangga, praktisi kesehatan, guru, tokoh masyarakat, mahasiswi dan umum. Tak kurang dari 80.000 peserta baik di ruang zoom maupun YouTube.
Acara dibuka oleh MC, Hj. Firda Muthmainnah, S.Si, dengan menyapa para peserta serta menjelaskan secara singkat latar belakang diadakannya agenda ini. Yaitu forum berkumpulnya para muslimah pengubah peradaban, yang peduli terhadap persoalan-persoalan umat, karena mereka memahami bahwa mereka adalah bagian dari umat. Dan memikirkan persoalan umat adalah bagian yang tak bisa terpisahkan dalam kesehariannya.
” Faktanya demokrasi saat ini masih menjadi pilihan umat Islam dalam bernegara. Padahal kemudharatannya sudah sangat nyata di depan mata, lantas akar persoalannya dimana?” ujar Ustazah Firda.
Selanjutnya sesi talkshow dipandu oleh host, Ustazah Nanik Wijayanti, S.P. Praktisi pendidikan dan Aktivis Dakwah.
Dengan runut dan santai Ustazah Nanik memandu jalannya talkshow. Semua dikupas tuntas, melalui pemaparan para narasumber yaitu, narasumber pertama: Ibu Hj.Ir.Dedeh Wahidah Achmad (Konsultan dan Trainer Keluarga Sakinah). Narasumber kedua Ibu Pratma Julia Sunjandari, S.P. (Pengamat kebijakan publik). Dan narasumber ketiga Ibu Ratu Erma Rahmayanti, S.P. (Pemerhati kebijakan keluarga dan generasi). Juga tambahan testimoni dari beberapa tokoh masyarakat yaitu Ustazah Irene Handono (pakar Kristologi), Ibu Hj Komariyah (Pembina 60 Majelis Ta’lim) dan ibu Dr. Ir. pigoselpi Rokhmin Dahuri, Msi (tokoh masyarakat).
Pemaparan pertama oleh Ustazah Dede Wahidah yang menjawab pertanyaan host,”Adakah harapan untuk memperbaiki demokrasi?”. Dengan tegas dijawab “Tidak!” Bahkan demokrasi itu akan mati oleh pemimpinnya sendiri, terlepas dari pemimpin itu memang otoriter maupun bersahaja dan merakyat. Ada tiga penyebabnya pertama yaitu aturan demokrasi berasal dari manusia, bukan pencipta manusia. Padahal manusia lemah, sering berubah-ubah bahkan bertolak belakang dengan kebenaran itu sendiri.
Kedua, ada balas budi dari penguasa kepada pengusaha yang telah membantunya menang. Otomatis sejak saat itu penguasa telah kehilangan kedaulatannya, karena berhasil disetir pengusaha berupa legitimasi kebijakan/UU yang senafas dengan keinginan pengusaha.
Ketiga, demokrasi secara fakta sukses dalam mengumpulkan kekuasaan di antara orang di sekelilingnya namun gagal memberi keadilan berikut kesejahteraan kepada rakyat. Kemudian host bertanya,” Sebagai Muslim, sikap apa yang sebaiknya ditunjukkan terhadap demokrasi?”
“Tak ada lagi selain harus merujuk pada panduan kaum Muslim yaitu Alquran dan As-Sunah. Terutama di QS Al Maidah:50, tafsir atas ayat itu ada celaan Allah SWT bagi siapa saja mengakui hukum jahiliyah (demokrasi) padahal semestinya mengingkari secara nyata.” Ujar Ustazah Dede.
Kemudian host beralih kepada pemateri kedua yaitu Ustazah Pratama Julia, dengan bertanya, “Bagaimana cara menyadarkan umat bahwa demokrasi gagal mencapai tujuan negara?” Beliau menjawab,” ada beberapa hal yang bisa dijadikan kesimpulan bahwa demokrasi gagal. Pertama adalah kesejahteraan, bayangkan dalam setahun ini, kemiskinan kian bertambah, ada empat orang kaya yang kekayaannya sama dengan seratus juta rakyat miskin. Ironi bukan?”
“Kedua kesejahteraan perempuan yang berbanding terbalik dengan pengurusan dalam Islam, dimana perempuan harus dijamin seumur hidup oleh walinya. Sehingga negara akan benar-benar memberikan wali kemampuan untuk menanggung nafkah seumur hidupnya. Ketiga keadilan yang tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Kasus yang terbaru soal kerumunan, padahal sama-sama kerumunan namun beda definisi, akhirnya hukumnya pun berbeda”.
“Keempat, kemandirian sebagai bangsa yang mengadakan hubungan bilateral dengan negara lain, atas nama investasi namun sebenarnya adalah utang. Untuk vaksin yang segitu banyaknya kita ambil, itu utang. Artinya kemandirian bangsa kita sudah tergadai atas titah asing dan kelima adalah persatuan, ini juga kasus yang masih hangat diberitakan yaitu pengumuman kemerdekaan Papua Barat, ibu dan perempuan di sana tak sejahtera, namun yang dituduh menodai persatuan adalah khilafah.
Diskusi semakin hangat saat host kemudian menanyakan kepada narasumber ketiga, pertanyaan yang banyak menerpa kaum Muslim yaitu,” Isu Khilafah semakin deras terdengar, sebenarnya jaminan apa yang akan diterima jika kita menerapkan khilafah? sejahterahkah?” Dengan tegas Ustazah Ratu Erma menjawab,” Yang pertama harus benar-benar ada keyakinan dan pemahaman bahwa khilafah ajaran Islam, maka bagi kita itu adalah perintah. Dan ini penting untuk dihadirkan dalam benak kita sebagai seorang Muslim. Jika perintah itu dilaksanakan dengan penuh ketundukkan oleh Rasulullah Saw, maka beliau sebagai teladan kitapun pasti mengikutinya”.
“sebab memang tak ada cara lain untuk menerapkan syariat. Kedua kemampuan pemimpin dengan kriteria sesuai syariat ditambah dengan takwa, kuat dan bisa berlatih sayang adalah jaminan pengurusan urusan rakyat akan terpenuhi dengan adil dan segera. Ketiga adalah efisiensi dan kesederhanaan birokrasi adalah jaminan berikutnya.” Dengan ini secara bulat tak ada lagi rasa sangsi betapa khilafah telah sangat urgen dibutuhkan umlmat.
Terdapat dua sesi pertanyaan dan beberapa tayangan video yang semakin menguatkan arah diskusi hari ini. Sebelum acara berakhir, ada beberapa testimoni dari para tokoh yang mereka senada menyatakan betapa kini sudah saatnya memperjuangkan khilafah, ini abad khilafah. Barangsiapa yang masih mengatakan utopis tentu mereka adalah arogan sebagaimana pernyataan ustaza Irene Handono. Usia gak menghalangi beliau untuk terus mengedukasi umat terkait pemahaman Islam Kaffah.
Host menutup dengan kesimpulan pemateri pertama bahwa setelah dari even ini butuh pada langkah-langkah untuk bergabung dengan ribuan kaum Muslim yang merindukan perubahan. Yaitu pertama memiliki pemahaman yang benar tentang demokrasi sesat dan syariat solusi. Kemudian keyakinan ini harus kokoh yang tak boleh goyah dengan suara menggoda yang kembali mengajak kepada demokrasi meskipun itu suara mayoritas. Ketika adalah aksi nyata, simplenya tak mungkin apa yang dibahas di even ini hanya berakhir dalam benak peserta, namun harus diperjuangkan. Sebagaimana firman Allah dalam QS Ar Ra’ :11 bahwa perubahan dari kita sendiri. Yaitu menyakini demokrasi sesat.
Host menyegarkan suasana dengan mengajak peserta zoom meneriakkan takbir, kemudian mengembalikan kewenangan acara kepada MC. Acara ditutup dengan doa oleh Hj Murthi’ah. Suasana seketika penuh hikmat, acara ditutup dengan harapan bahwa tahun ini kita terakhir tanpa Khilafah. Allahu Akbar!