Oleh: Kholda NajiyahÂ(Founder Salehah Institute)
Muslimahtimes.com – Tampaknya pandemi masih akan berlangsung lama. Ledakan kasus Covid-19 tidak bisa kita elakkan. Banyak tetangga, kenalan, kerabat dan bahkan Anda sendiri yang terpapar keganasan virus yang telah bermutasi menjadi banyak varian tersebut. Sebuah ketetapan Allah Swt yang harus kita sikapi dengan ikhlas.
Dalam lingkup keluarga, waktu untuk bersama-sama bisa menjadi semakin pendek, tetapi boleh jadi justru semakin panjang. Disebut pendek, jika ternyata kita harus berpisah dengan orang-orang yang kita cintai karena terenggut pandemi. Astaghfirullah, betapa detik-detik kematian mengintai setiap saat.
Adapun disebut semakin panjang, karena saat ini kita benar-benar harus lebih banyak di rumah bersama anggota keluarga. Benar-benar mengurangi aktivitas di luar rumah jika bukan karena kepentingan mendesak. Kegiatan bakerja dan belajar masih harus dilakukan di rumah dalam jangka waktu yang belum bisa diperkirakan.
Sungguh sebuah tantangan tersendiri untuk tetap menjaga kewarasan. Pasalnya, interaksi terus menerus di rumah saja tak selamanya menyenangkan. Ada perasaan jenuh, jengkel, tertekan hingga tak jarang menimbulkan rasa frustasi. Untuk itu, berikut ini beberapa hal yang perlu kita tingkatkan untuk menumbuhkan imunitas keluarga di tengah wabah:
Menjaga Perasaan Tetap Bahagia
Tubuh terdiri dari fisik dan psikis. Asupan fisik sudah sangat jelas, yaitu makan makanan yang bergizi, minum air putih dan istirahat yang cukup. Sudah banyak anjuran dari para ahli untuk meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi vitamin atau herbal seperti madu. Nah, jangan abaikan juga kesehatan psikis.
Pastikan seluruh anggota keluarga merasa bahagia. Hindari stres, karena akan menurunkan daya tahan tubuh. Walaupun akan sulit merasa bahagia bagi yang pendapatannya berkurang, bisnis sepi, masih punya tanggungan utang, SPP anak belum dibayar dan ujian lainnya, namun tetap ingat untuk tidak terpuruk. Tidak tenggelam dalam penderitaan yang mendalam. Tidak berpikir negatif.
Masih ada banyak hal yang harus disyukuri, seperti diberikan umur, kesehatan dan kebersamaan dengan anggota keluarga. Masih diberi kenikmatan hidup berjamaah, apalagi dipilih sebagai keluarga pengemban dakwah. Walaupun kini dakwah pun serba terbatas, tidak lagi bebas bergerak. Namun inilah hal yang paling membahagiakan yang patut disyukuri.
Penuh Harapan dan Optimisme
Pastikan seluruh anggota keluarga selalu optimis menghadapi ujian. Selalu bersikap roja’ atau penuh harap akan pertolongan Allah Swt. Senantiasa optimis bahwa badai pasti berlalu, seberat apapun ujian yang kita alami selama pandemi. Hindari mempertengkarkan kenyataan pahit yang dihadapi bersama. Lebih baik saling bekerjasama untuk saling menguatkan dan mencari solusinya.
Mungkin ada yang diuji dengan kehilangan pendapatan keluarga, sehingga harus menyiasati dengan mengencangkan pengeluaran. Menurunkan standar hidup. Lebih qonaah dan zuhud lagi. Ada yang diuji dengan anggota keluarga yang sakit dan menguras energi untuk merawatnya, maka bersabarlah. Ada yang diuji harus berpisah jauh dengan pasangannya, karena pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Seperti keluarga tenaga medis yang menjadi garda terdepan di rumah sakit dan klinik-klinik.
Semua itu adalah konsekuensi dari pilihan amal saleh yang telah menjadi ketetapan-Nya, maka harus dihadapi dengan lapang dada. Optimis akan menuai hasil yang membahagiakan pada saatnya tiba.
Antusiasme Menjalani Kebersamaan
Lakukan aktivitas bersama dengan penuh kesadaran dan antusias. Jangan lemas dan lemah, bergairahlah menjalani kegiatan bersama. Hal ini untuk membentuk ikatan keluarga yang kuat. Bonding atau ikatan itu baik antara suami dengan istri, ibu dengan anak-anaknya dan antara ayah dengan anak-anak.
Bukan berarti kita harus terus bersama-sama, tetapi saat bersama, benar-benar harus terlibat dalam kebersamaan. Namun, ada kalanya anggota keluarga perlu melakukan kegiatan sendiri masing-masing, sesuai dengan kegemarannya yang membuat bahagia. Berikan waktu itu, selama tidak mengabaikan anggota keluarga yang lain, tidak membahayakan dan tidak melalaikan ibadah.
Prioritaskan Kenyamanan
Turunkan ketegangan demi ketegangan dengan mengabaikan masalah-masalah kecil agar tidak dibesar-besarkan. Utamakan kenyamanan seluruh anggota keluarga, sehingga tidak membuat tuntutan-tuntutan satu sama lain dengan hal-hal yang tidak masuk akal. Misalnya, orang tua jangan terlalu membesar-besarkan kelakuan anak-anak yang selalu berantakan. Lebih baik ajak dan beri contoh bagaimana berbenah bersama yang menyenangkan. Jangan terlalu menuntut mereka melakukan program-program pembelajaran secara kaku dan menegangkan. Hadapi dengan rileks, agar tidak membebani psikis mereka.
Demikian pula suami jangan terlalu menuntut pelayanan istri secara sempurna, karena mendekati sempurna pun sulit dilakukan. Istri yang masih waras menghadapi kondisi rumah yang kacau selama pandemi saja, itu sudah sangat bagus. Istri juga demikian, jangan menuntut perhatian-perhatian suami secara berlebihan di saat suami mungkin sedang banyak pikiran. Marilah saling menempatkan diri pada posisi masing-masing agar lebih empati. Tuntutan mungkin bisa memotivasi, tetapi tidak ada orang yang hidup nyaman jika selalu dituntut untuk melakukan ini itu seolah robot yang diprogram demikian kaku.
//Penuhi Kasih Sayang dan Cinta //
Memupuk rasa kasih sayang dan cinta, baik dengan anggota keluarga maupun dengan teman dan sahabat, dapat dilakukan dengan memperluas spektrum kepedulian kita. Munculkan sisi-sisi kemanusiaan kita dengan lebih peka terhadap penderitaan orang lain. Memupuk kegiatan sosial, membantu orang lain, berkumpul dalam komunitas, dan berderma membantu yang kesulitan, akan mempertebal rasa belas kasih dan cinta kita. Hal itu bisa meningkatkan kepekaan dan memenuhi hati kita dengan perasaan cinta. Orang yang mencintai secara kemanusiaan, akan mudah pula menumbuhkan cintanya pada orang-orang yang dicintai. Khususnya kepada keluarga kita, cinta yang dilandasi untuk meraih rida Allah Swt.(*)