Oleh. Kasmawati
Muslimahtimes.com–Kurang lebih hampir 11 bulan sudah berlalu sejak “Badai Al-Aqsa” yang terjadi di Palestina. Jumlah nyawa yang syahid telah mencapai angka 40 ribu lebih. Hingga hari ini penjajahan di Palestina masih berlangsung dan memakan korban. Anak-anak, perempuan hingga para lansia pun tidak luput menjadi korban dari kebiadaban zionis.
Berbagai macam reaksi telah di sampaikan oleh berbagai negara. Tidak terkecuali Indonesia, dalam Forum Parlementer Indonesia Afrika (IAPF), Puan Maharani, selaku ketua DPR RI menyuarakan keinginannya untuk menghentikan penjajahan di Palestina serta daerah yang juga terkena konflik. Puan juga mempertegas niatannya untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina serta keberpihakan Indonesia kepada Palestina. Upaya ini akan dilakukan melalui hubungan diplomasi parlemen. Menurut Puan, kemerdekaan Palestina adalah sesuatu yang harus diperjuangkan dengan apa pun caranya yakni melalui diplomasi dan negosiasi yang damai.
Sudah banyak seruan yang disampaikan oleh berbagai negara tentang memperjuangkan kemerdekaan Palestina tapi sampai hari ini penjajahan masih terjadi, lantas cukupkah hanya seruan saja untuk mewujudkannya?
Realitasnya sampai detik ini tidak ada satu pun seruan yang bisa menghentikan penjajahan di Palestina. Korban-korban masih berjatuhan, warga hidup dalam kekurangan. Seruan-seruan itu tidak lebih hanya bentuk pencitraan saja. Seruan lembaga international, pejabat hingga penguasa negeri muslim hanya seperti angin lalu. Para pemimpin tidak lebih dari singa podium yang lantang bersuara di balik podiumnya dan mencari posisi aman saja. Terbukti hingga hari ini Palestina masih sengsara.
Nation State masih bercokol di dalam benak mereka. Sekat-sekat nasionalisme telah membuat mereka menjadi lemah dalam membela saudaranya. Sehingga tidak memiliki keberanian untuk membantu dalam bentuk mengirimkan pasuka atau tentara untuk kemudian membebaskan Baitul Maqdis. Tidak cukup hanya dengan seruan tetapi harus disertai dengan mengirimkan pasukan atau tentara. Palestina butuh pasukan untuk melawan tentara zionis. Israel mengirim pasukan tentara untuk melakukan kerusakan dan penjajahan di Palestina maka Palestina pun memerlukan tentara yang juga sebanding sehingga apple to apple. Pasukan yang juga memiliki kemapuan serta alat tempur yang memadai.
Islam menghadirkan solusi nyata untuk menghentikan genosida yang terjadi di seluruh dunia tidak terkecuali di Palestina. Di dalam Islam kekuatan ukhuwah dibangun dengan landasan akidah. Umat Islam harus menyadari bahwasannya menjaga serta memelihara ukhuwah islamiah adalah wajib adanya yang apabila dilalaikan akan mendatangkan dosa. Seperti firman Allah dalam surah Al-Hujurat ayat 10 berikut ini,
إِنَّمَا الْمًؤْمِنُوْنَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوْا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوْا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
“Sungguh kaum mukmin itu bersaudara. Karena itu damaikanlah saudara-saudara kalian dan bertakwalah kalian kepada Allah agar kalian mendapatkan rahmat.”
Dalam ayat ini mengisyaratkan bahwa ukhuwah islamiah lebih kuat daripada persaudaraan nasab/sedarah. Karena persaudaraan ini, maka sudah seharusnya kehidupan akan diliputi dengan kecintaan, perdamaian, dan persatuan.
Umat muslim tidak hanya wajib dalam memelihara ukhuwah islamiah tetapi juga bersatu atas dasar aqidah Islam dan haram tentunya jika berpecah-belah. Pihak yang tentunya memiliki peran penting dalam menanamkan sikap umat terhadap saudara muslim adalah negara. Terlebih lagi sikap umat terhadap yang terjajah seperti Palestina.
Negara yang menerapkan syariat Islam secara kaffah, yakni Khilafah akan senantiasa membina setiap rakyat akan kesadaran politik Islam. Pandangan politik yang khas untuk memahami bagaimana memelihara urusannya. Kesadaran politik ini akan memastikan adanya perjuangan dalam diri manusia untuk membentuk persepsi atau pandangan tentang kehidupan d mana pun berada. Tidak hanya itu, negara juga mendorong rakyatnya akan kewajiban melakukan dakwah dan jihad. Allah Subhanallahu ta’ala berfirman,
ٱشْتَرَوْا۟ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَصَدُّوا۟ عَن سَبِيلِهِۦٓ ۚ إِنَّهُمْ سَآءَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
“Berangkatlah (keluar) berbondong-bondong, baik (dengan perasaan) ringan maupun berat, dan berperanglah di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Hal itu adalah lebih baik bagi kalian, jika kalian mengetahui.” (QS At-Taubah: 9)
Pendidikan Islam dalam Khilafah, dapat dimaknai sebagai proses manusia menuju kesempurnaan sebagai hamba Allah. Sosok Rasulullah Muhammad saw. Yang wajib menjadi contoh dan panutan seluruh peserta didiknya. Seperti halnya dalam firman Allah,
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Sungguh engkau memiliki akhlak yang sangat agung.” (QS Al-Qalam [68]: 4)
Hal ini lah yang menjadi ciri khas pembeda pendidikan islam dengan yang lainnya. Serta Aqidah islam harus menjadi dasar pemikirannya. Hasil dari pendidikan Islam akan menghasilkan peserta didik yang teguh keimanannya dan memilik pemikiran yang mendalam Islamnya (tafaqquh fiddin). Pengaruhnya adalah keterikatan peserta didik dengan syariat Islam. Serta dampaknya adalah terciptanya masyarakat yang bertakwa, yang di dalamnya tegak amar makruf nahi mungkar dan tersebar luasnya dakwah Islam.
Setiap muslim akan senantiasa menyeru pada kebenaran melalui berbagai mekanisme. Allah Swt. berfirman,
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS Ali Imran: 104)
Dakwah Islam adalah menyampaikan kebenaran Islam sehingga umat tertunjuki kepada jalan yang lurus. Dakwah adalah misi agung dan mulia karena merupakan misi para nabi dan rasul yang mulia. Dakwah merupakan amal terbaik karena dengannya akan mengajak umat pada lurusnya iman dan akan dijadikan sebagai sebaik-baiknya umat. Dengan dakwah, amal islami seorang muslim dan masyarakat akan terpelihara.
Wallahu ‘alam