Oleh. Fathiya Puti Khaira
(Siswi SMA Durrotul Ummah, Tangerang)
Muslimahtimes.com-Hallo Friends! Semoga selalu dalam kondisi baik yang benar-benar baik ya! Ada pecinta film di sini? Kalau ada, film bergenre apa tuh? Comedy, romance, religi, action, atau horor? Emm, sukanya Hollywood, Bollywood, drakor, atau pecinta film produk-produk Indonesia nih? Kalau ngomongin film mah, gak akan ada habisnya ya.. Dari mulai ngomongin alurnya, tokohnya, latarnya, atau ngomongin pendapat kita masing-masing tentang film itu sendiri.
Nah, lebih spesifik lagi nih. Ada yang pernah nonton film Rudy Habibie? Yang tentang masa kecil BJ Habibie itu lho! Yang ada Ainunnya juga, ada yang pernah? Di film itu, ceritanya BJ Habibie yang udah tua, kembali flashback tentang cerita masa kecilnya kepada cucu-cucunya. Cerita tentang Ainun muda, juga cerita tentang awal pertemuan BJ Habibie dan Ainun.
Bagi yang belum nonton, spoiler dikit nih, Friends! Jadi, Habibie dan Ainun itu mereka satu sekolah, menuntut ilmu di SMA yang sama di daerah Bandung. Keduanya sama-sama murid cerdas, yang satu mau jadi insinyur pembuat pesawat terbang untuk Indonesia, yang satu punya cita-cita untuk jadi dokter dan pengen ngambil kuliah di UI alias Universitas Indonesia. Yap, Ainun pengen jadi dokter, agar katanya bisa membantu banyak orang. Padahal pada saat itu, hanya sedikit perempuan yang jadi dokter, kebanyakan perempuan hanya menjadi seorang bidan, termasuk ibunya Ainun. Tapi, Ainun tetap bersikukuh mau jadi dokter dan mau kuliah di UI. Berlanjutlah cerita itu, hingga bagian Ainun keterima di UI. Teman-teman perempuan sekelasnya hanya sedikit, 10 orang pun gak nyampe. Nah di sinilah titik poin yang pengen dibahas, Ainun dan teman-teman perempuannya yang saat itu minoritas, mereka kayak di-bully gitu. Sebab para mahasiswa lain menganggap, perempuan gak perlu sekolah tinggi-tinggi kalo ujung-ujungnya cuma kerja di dapur doang.
Ada tuh, tiga orang senior Ainun yang selalu merendahkan perempuan. Bahkan bukan hanya seniornya aja, dosennya pun ada yang menganggap Ainun dan kawanannya hanya mahasiswi lemah yang tak pantas menjadi seorang dokter. Dia bilang, kalo perempuan terlalu lemah dan lembut, hingga mereka tak bisa menjadi dokter yang hebat. Perempuan mudah menangis, mudah tersentuh, bisa dibilang sensitif gitu. Di akhir cerita itu, Ainun berhasil menjadi sarjana lulusan terbaik yang naik ke atas podium dan berpidato di sana. Ainun bilang, kalo ini bukan tentang pria atau wanita, tapi tentang Indonesia. Oke, sampe situ dulu. Yang belum nonton udah kebayang kan? Dan yang udah nonton tapi lupa, udah inget lagi kan?
The next topic. Friends pernah nonton Calon Bini..? Film yang menceritakan tentang Ningsih, gadis desa yang punya banyak prestasi dan mimpi, tapi gak dianggap oleh keluarganya. Setelah lulus SMA, dia pengennya kuliah, tapi malah dijodohin sama keluarganya. Dia dijodohin sama anaknya Pak Kades, biar katanya keluarganya kecipratan harta dari si keluarga Kades itu. Ningsih nolak, dan loncat cerita akhirnya dia sampe di Jakarta bekerja di sebuah rumah mewah sebagai seorang pembantu rumah tangga. Di situ, diceritakan perjuangan Ningsih gak gampang, dia dipaksa menikah, dia dipaksa membunuh cita-citanya, dan orang tuanya Ningsih dikompori untuk memanfaatkan anak perempuannya itu.
Salah satu perkataan Buliknya tuh gini, “Kok punya anak perempuan gak dimanfaatkan toh?” Bagi keluarga Ningsih dan para tetangganya, mereka menganggap perempuan itu takdirnya di rumah, bukan melalang buana untuk mengejar prestasi yang gak ada manfaatnya, karena ya tadi, perempuan ujungnya di dapur, kasur, dan sumur.
Dari dua film di atas, apa nih tanggapannya, Friends? Ngerasa wajar, ngerasa perempuan jadi gak punya harga diri, ngerasa kecewa dengan pemikiran masyarakat, atau setuju karena memang itu jalan takdir seorang wanita? Nah, kalo kita bisa lihat sekarang, banyak banget argumen yang saling beradu dan tabrakan. Mau dilihat dari sudut mana pun, bidang masalah ini pasti punya garis yang saling berpotongan, yang garis itu gak akan sejajar.
Dari fakta yang ada, diangkat jadi film, dan diributin banyak orang. Muncullah sebuah julukan baru, yakni emansipasi. Kalo Friends buka Kamus Besar Bahasa Indoenesia, maka ditemukan definisi emansipasi adalah pembebasan dari perbudakan atau persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat (seperti persamaan hak kaum wanita dengan kaum pria). Kalo carinya di Wikipedia, maka akan keluar hasil emansipasi wanita adalah proses pelepasan diri para wanita dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah atau dari pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan seorang wanita untuk berkembang dan maju di segala bidang dalam kehidupan masyarakat. Emansipasi wanita bertujuan menuntut persamaan hak-hak kaum wanita terhadap hak-hak kaum pria dan memberi wanita kesempatan bekerja, belajar, dan berkarya seimbang dengan kemampuannya seperti layaknya para pria.
Gerakan perempuan ini lahir berdasarkan anggapan dan fakta bahwa perempuan hampir mengalami ketertinggalan di segala sektor kehidupan, mulai dari pendidikan dengan banyaknya buta huruf, kemiskinan, serta ketidak mampuannya dalam berperan secara aktif di lingkungan publik, justru keberadaan mereka lebih menitik beratkan pada aspek profesionalitas di bidang tertentu. Maka dari itu, emansipasi wanita adalah salah satu jalan untuk mencapai cita-cita hidup setara (equal) antara perempuan dan laki-laki melalui gerakan memperjuangkan keadilan perempuan.
Oke pada intinya, emansipasi wanita menuntut kesetaraan antara laki-laki dan perempuan di bidang politik, ekonomi, pendidikan, dan pokonya segala aspek lah. Kayak lagi berupaya perjuangin harga diri gitu. Nah, berarti nih ya, kalo secara logika, ada ibu hamil naik bus atau kereta, trus bangkunya penuh ditempatin sama laki-laki, berarti gak ada keharusan laki-laki untuk berdiri dari tempat duduknya dong? Si ibu hamil gak boleh minta tempat duduk dong? Si ibu gak boleh minta dikasihani dong? Kan semuanya setara dalam segala aspek. Gitu gak sih, Friends? Berarti seharusnya gak ada lagi tuh gerbong kereta khusus perempuan, gak ada lagi ladies parking gitu. Iya kan? Tadi katanya semua sama, setara.
Hmm.. Tapi kalo kayak gitu, nanti dibilang gak berperikemanusiaan. Susah ya emang hidup di dunia itu. Tapi sebenarnya dalam Islam itu gimana sih? Apa ada konsep emansipasi juga? Atau perempuan gak boleh keluar rumah dan berprestasi serta berkarier? Oke, jawabannya ada di peta hidup kita.
فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ اَنِّيْ لَآ اُضِيْعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِّنْكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى ۚ بَعْضُكُمْ مِّنْۢ بَعْض
“Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain” (QS. Ali-Imran: 195)
وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللّٰهُ بِهٖ بَعْضَكُمْ عَلٰى بَعْضٍ ۗ لِلرِّجَالِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُوْا ۗ وَلِلنِّسَاۤءِ نَصِيْبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَ ۗوَسْـَٔلُوا اللّٰهَ مِنْ فَضْلِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. An-Nisa: 32)
Dari kedua ayat di atas nih, Friends.. Bisa kita simpulin, bahwa Allah itu gak membedakan kedudukan seseorang dari jenis kelaminnya. Kita tuh disuruh Allah untuk bekerja sama, jangan iri, dan emang kita udah punya hak dan tugasnya masing-masing. Jadi laki-laki dan perempuan itu, sama kedudukannya di mata Allah, tapi beda tugas dan kemampuannya di dunia. Beda tugas gimana? Beda kemampuan apa?
Oke, jadi gini. Perempuan itu udah Allah kasih rahim di dalam perutnya. Rahim yang luar biasa kalo kita teliti, bisa mengembang, mengempis, dan mengandung. Rahim ini adalah kelebihan yang perempuan miliki, dan pastinya seorang laki-laki walau udah jungkir balik gimanapun, mereka gak bakal bisa punya rahim. Dari rahim itu, perempuan bisa mengalami haid yang mampu menggugurkan dosa-dosa, bisa mengandung yang nantinya melahirkan generasi salih-salihah, dan bisa membuat perasaannya lebih lembut daripada para pria. Perempuan juga lincah dan gesit, bisa masak dengan cepat, bisa mengerjakan banyak hal dalam satu waktu. Kalo kita mau urutin lagi, banyak banget nilai plus yang dipunya perempuan.
Trus kalo laki-laki gimana? Laki-laki punya tenaga yang berlimpah, punya tekad yang lebih kuat, punya perasaan yang lebih kebal alias gak baperan amat, dan punya hal lain yang gak bisa disebutin satu persatu, yang membuat seorang laki-laki juga punya nilai lebih. Laki-laki punya tugas mencari nafkah sebagai sebuah kewajiban yang harus ia penuhi, karena dia punya tanggung jawab atas keluarganya. Jadi, ya udah. Inilah tugas kita, tugas perempuan dan laki-laki yang seharusnya saling berkolaborasi dengan baik sehingga dunia kita baik-baik saja.
Wah, habis itu rame nih yang komplen. Trus perempuan gak boleh berpendidikan tinggi gitu? Gak boleh kerja? Tenang dulu, Friends. Perempuan boleh banget berpendidikan tinggi sesuai hadits bahwa semua orang wajib menuntut ilmu, bukan boleh lagi tapi wajib. Perempuan boleh beropini, boleh bekerja menyalurkan hobinya, boleh membantu walinya mencari nafkah, boleh beraktivitas sebagaimana yang dia mau, asal itu gak ngelanggar aturan Allah dan atas izin walinya, bisa jadi Bapaknya, Suaminya, atau walinya. Jadi boleh? Ya, boleh. Hukumnya mubah, kalo ngelakuin gak dapet dosa, tapi juga gak dapet pahala. Jadi natural aja gitu. It’s up to you. Tergantung kemauan kamu sendiri. Karena kalo Friends mau perhatikan, gak semua perempuan itu mau keluar rumah lho. Banyak perempuan yang udah merasa cukup dan bahagia dengan kegiatannya di rumah. Banyak perempuan yang udah ngerasa sangat berjasa, dengan dia melakukan tugasnya dengan baik.
Nah, jadi kita gak butuh emansipasi wanita yang lagi nge-hits itu dong, Guys? Gak perlu perjuangin harga diri lagi dong, kan emang kita semua sama, gak ada yang tinggi dan rendah. Karena dalam Islam, ya kayak dijelasin di atas tadi. Gak ada masalah kan? Trus kenapa banyak opini masyarakat yang kayak cerita Ainun dan Ningsih tadi? Kita positive thingking nih, Friends. Sebenarnya, orang-orang yang beranggapan bahwa perempuan harusnya hanya di rumah, bukan mau merendahkan wanita, tapi mau menjaga seorang wanita dari pergaulan luar yang bisa dikatakan tidak semuanya baik dan benar. Mereka ingin menjaga perempuan, karena perempuan itu sangat mulia.
Kayak gini deh, kalo kamu punya cincin berlian yang harganya puluhan juta, kira-kira itu si cincin bakal dijaga atau digeletakin sembarangan aja? Yup, pasti dijaga banget lah. Kalo gak dipake terus, ya dikekepin aja tuh di brankas biar gak ada maling yang nyuri. Nah, sama perihalnya kayak seorang wanita, Friends. Wanita dijaga bukan karena lemah, tapi emang karena seoarang wanita itu amat berharga. Dalam hadis disebutkan, Rasulullah saw bersabda, “Perempuan berjenis manusia asal dunia lebih utama daripada para bidadari surga 70.000 kali lipat.”
Bayangin, Friends! Perempuan dunia itu lebih utama dari bidadari, ya pasti dong kalo ada yang lebih dari bidadari pasti dijaga banget. Kayaknya hanya orang bodoh, yang membiarkan seorang bidadari dilepas dan ditelantarin gitu aja. Maka itu, jangan salah sangka dulu. Jangan karena omongan orang sekitar, akhirnya kita ikut memperjuangkan emansipasi yang belum tahu artinya apa, konsepnya gimana, dan akibatnya kayak apa.
Terakhir untuk nguatin deh. Laki-laki boleh punya istri empat, karena ada laki-laki yang punya nafsu tinggi dan gak cukup dengan satu. Tapi, apa semua laki-laki kayak gitu? Ya enggak kan, ada tapi gak semua, maka itu hukum poligami itu mubah alias boleh. Kalo bisa dan mau ya silahkan, kalo gak mau dan gak bisa adil ya gak usah.
Nah, sama konsepnya dengan hukum bekerja bagi perempuan, Friends. Ada perempuan yang berakademisi tinggi, punya keluarga yang harus dibantu ekonominya, punya hobby yang ingin disalurkan, dan punya tujuan yang ingin digapai. Tapi apa semua perempuan kayak gitu? Ada juga yang enggak. Maka itu, hukumnya mubah, boleh aja. Mau kerja silakan, gak mau ya gak papa. Kalo mau kerja juga harus inget sama tugas utamanya.
Jadi, begitulah Friends! Coba deh buka Qur’annya lagi, pahami maknanya, dan terapin di kehidupan sehari-hari. Hidup itu gak seburuk yang dibayangkan, gak perlu memperjuangkan kesetaraan alias emansipasi kalo wanita pada kenyataanya bukan budak yang sedang dibelenggu, tapi bidadari yang lagi dijaga keindahan dan keelokannya. Jangan terperangkap dengan kata baru yang gak tahu apa makna di baliknya dan tujuan dilahirkannya. Mari kita revisi, kayaknya para pejuang emansipasi tuh bukan mau perjuangin harga diri, tapi emang lagi cari jati diri, jadi kita gak perlu ikut-ikutan pake gengsi apalagi emansipasi.
Yuk Friends! Belajar lagi, biar lebih tau lagi, biar gak dibodohin lagi! Masa remaja emang cuma sekali, tapi hidup juga cuma sekali, dan mati juga cuma sekali. Semuanya sekali, Friends! Apa pantes yang sekali ini disia-siain gitu aja? Hmm..Selamat berjuang, manusia hebat!