Oleh. Hany Handayani Primantara, S.P
Muslimahtimes.com–Lagi kasus pembunuhan yang dilakukan seorang anak terjadi di Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan pada hari Sabtu 30 November kemarin. Pelaku yang masih di bawah umur tersebut menusuk ayah, nenek dan ibu dengan sebilah pisau. Peristiwa ini menyebabkan ayah dan nenek tewas di tempat. Sedangkan ibu pelaku mengalami luka parah.
Belum diketahui apa motif sang anak yang tega melakukan pembunuhan terhadap orangtuanya sendiri. Dugaan sementara dari berbagai sumber karena sang anak depresi akibat tekanan dari orang tua yang memaksanya belajar terus-menerus. (Suara.com, 30/11/24)
Peristiwa pembunuhan yang dilakukan anak kepada orang tua faktanya bukan hanya terdengar satu maupun dua kali belakangan ini. Namun, seakan telah menjadi fenomena yang terjadi pada generasi remaja muslim di Indonesia. Jika dulu generasi remaja diserang gaya hidup hedonis ala kapitalis, kini kelakuan remaja kian sadis dan bengis membuat kita makin menangis.
Betapa tidak? Beragam kasus yang sama terjadi di waktu yang berdekatan bukan lagi problem kasuistik, hal ini menunjukkan ada persoalan sistemis pada remaja muslim yang perlu diwaspadai.
Remaja Sadis Bentukan Pendidikan Kapitalis
Jika dirunut akan ada banyak faktor yang dapat menyebabkan kondisi remaja sadis saat ini. Bisa dipastikan penyebabnya saling terkait satu sama lain dan berujung pada penerapan sistem sekuler yang telah merusak fitrah manusia. Manusia yang pada dasarnya senang berbuat baik dan lemah lembut berubah menjadi karakter yang terbiasa dengan kekerasan fisik dan verbal.
Belum lagi tontonan rusak melalui media sosial yang dijadikan tuntunan bagi remaja masa kini menambah rusaknya karakter serta kepribadian mereka. Kasus kriminal yang menjamur justru dijadikan inspirasi kejahatan baru demi memenuhi ego dan baqo pribadi. Walhasil, remaja semakin terbiasa dengan kehidupan keras dan sadis. Menganggap kekerasan merupakan hal lumrah dan gaya hidup yang wajar.
Kondisi ini pun diperparah dengan abainya negara sebagai pelindung umat. Seakan negara lupa akan salah satu tugasnya yakni mampu menyelenggarakan sistem pendidikan yang memiliki visi membina kepribadian sekaligus menjaga kesehatan mental generasi yang makin akut. Tuntunan kehidupan sekuler kapitalis memaksa negara hanya berhak menjadi fasilitator yang tak punya kuasa atas kelangsungan hidup generasi ke depan.
Demikianlah buah dari penerapan sistem sekuler kapitalis, generasi sumbu pendek dan keras hati. Rapuh iman dan tak bermental visioner. Hal ini pun berdampak pada masyarakat yang hilang karakter dan kepribadiannya sebagai manusia beradab.
Islam Hasilkan Generasi Cemerlang Pemimpin Peradaban
Islam menjadikan pemimpin sebagai pelindung yang bertanggung jawab penuh atas kelangsungan hidup rakyatnya termasuk di dalamnya membangun generasi agar bangkit dan bersinar. Melalui kepemimpinan Islam, ada beban moral yang mesti ditanggung seorang pemimpin untuk melahirkan generasi cemerlang yang berkualitas. Melalui penerapan berbagai sistem kehidupan yang sesuai dengan standar Islam.
Kepemimpinan ini mengharuskan negara membangun sistem pendidikan yang memiliki asas akidah Islam, sehingga mampu menghasilkan generasi yang beriman dan bertakwa. Sebab akidah Islam ibarat fondasi awal dalam memupuk kehidupan manusia. Jika pondasinya kokoh maka sekuat apapun tantangan ujian kehidupan akan mampu ia lewati dengan standar Islam, bukan hawa nafsunya sebagai manusia semata.
Selain itu, negara pun wajib menghasilkan generasi yang menguasai Iptek dan teknologi. Sebab inovasi akan terus berkembang dan seorang muslim harus mampu memanfaatkannya semata-mata guna menambah rasa takwanya kepada Allah Swt. Selebihnya adalah bagian dari kemudahan yang telah Allah berikan kepada manusia seutuhnya.
Catatan sejarah panjang penerapan Islam pun telah jadi saksi bisu dan membuktikan. Bahwa pengayoman negara berlandaskan standar Islam mampu melahirkan banyak sosok ilmuwan yang juga menguasai ilmu agama tanpa membeda-bedakan disiplin ilmu itu sendiri. Walhasil generasi lahir secara optimal yang mempunyai kiprah dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa Indonesia tanpa kekerasan justru sebaliknya penuh kehangatan dan beradab.
Wallahu alam bishawab