Oleh. R. Nugrahani, S.Pd.
muslimahtimes.com – Konflik Israel-Palestina telah berlangsung puluhan tahun. Di tengah intensifnya negosiasi normalisasi hubungan Arab Saudi-Israel dengan AS sebagai mediatornya, gerilyawan Hamas secara masif dan kolosal melakukan serangan di wilayah Israel Selatan, Sabtu (07/10/2023).
Pukul 06.30 waktu setempat, sejumlah roket mulai menghujani wilayah Israel Selatan. Hal ini menandakan dimulainya serangan dengan skala besar dan koordinasi yang selama ini belum pernah terjadi. Sirine serangan udara terdengar hingga Tel Aviv dan Yerusalem Barat. Asap mengapul membumbung tinggi di atas kota-kota yang terkena serangan roket. (bbc.com, 09/10/2023)
Jeremy Bowen (editor internasional BBC) dalam tulisannya menyatakan bahwa peristiwa penyerangan Hamas atas Israel merupakan operasi Hamas paling ambisius yang pernah dilancarakan dari arah Gaza. Kejadian ini juga disebut sebagai serangan lintas batas paling serius yang pernah dihadapi oleh Israel selama lebih dari satu generasi. Para militan menerobos kawat yang menjulang tinggi yang memisahkan Gaza dari Israel di beberapa tempat, bersamaan dengan adanya roket-roket yang diarahkan ke wilayah Israel Selatan. (bbc.com, 08/10/2023)
Lima jam setelah Hamas meluncurkan 5.000 roket dan serangan darat, Perdanan Menteri Israel, Benjamin Netanyahu secara resmi menyatakan keadaan perang. “Warga Israel, kami sedang perang dan kami akan menang. Musuh (Hamas) akan menanggung akibat yang belum pernah mereka alami sebelumnya”, ungkap Netanyahu dalam pernyataan publiknya yang dikutip dari Times of Israel (07/10/2023).
Menurut laporan Reuters, untuk mengantisipasi berlanjutnya konflik selama beberapa hari ke depan, masyarakat Gaza berbondong-bonding melakukan pembelian persediaan makanan dan minuman. Komandan militer Hamas, Mohammad Deif, menyatakan bahwa operasi ini telah diumumkan melalui siaran internal media Hamas. Ia mengajak seluruh warga Palestina untuk ikut berjuang bersama. “Ini adalah pertempuran terbesar untuk mengakhiri pendudukan terakhir di dunia,“ kata Deif. (cnbc.com, 07/10/2023)
Setelah lima hari sejak Hamas melakukan serangan ke Israel, setidaknya 2.700 orang tewas. Dari sisi Israel sekitar 1.200 orang tewas dan lebih dari 2.700 luka-luka. Sementara dari sisi Palestina diperkirakan 900 orang tewas dan 19 lainnya tewas di Tepi Barat. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat mengingat kedua belah pihak masih melakukan aksi saling serangan. (cnbc.com, 11/10/2023)
Sebagaimana dilansir dari Al-Jazeera, Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza menyebutkan bahwa lebih dari 900 orang tewas dan lebih dari 4.500 lainnya mengalami luka-luka akibat serangan Israel. Jumlah korban tewas semakin tinggi jika ditambahkan dengan 1.500 jasad militan Hamas, klaim dari pihak militer Israel. Apabila ditotal, lebih dari 3.000 orang telah tewas si jalur Gaza dan Israel akibat konflik ini. Angka tersebut diperkirakan akan terus bertambah selama saling perang masih berlangsung. (cnn.com, 11/10/2023)
Respons Internasional
Serangan mendadak kelompok Hamas terhadap Israel bisa jadi akan mengubah landskap geopilitik di kawasan Timur Tengah. Sebagaimana ulasan wartawan senior di The Guardian yang menyebutkan bahwa serangan Hamas merupakan sebuah kemarahan, khususnya koalisi berbulan-bulan yang dilakukan Benjamin Netanyahu terhadap provokasi di Masjid Alaqsa.
Apa yang dilakukan Hamas pun memunculkan reaksi internasional secara beragam. Setidaknya lima negara pemilik hak veto Dewan Keamanan PBB menyatakan respons mereka terkait dengan kejadian ini. Presiden AS, Joe Biden, menegaskan bahwa AS akan mendukung Israel. Wasington berkomitmen agar Tel Aviv mempunyai apa yang dibutuhkan untuk menjaga rakyatnya, membela diri, dan meminta pertanggungjawaban pada Hamas.
Menteri Pertahanan Lloyd Austin, memerintahkan pemindahan kelompok serangan kapal induk USS Gerald R. Ford ke Mediterania Timur yang lebih dekat ke Israel. Pasukan tersebut terdiri atas kapal induk, kapal penjelajah berpeluru kendali, dan empat kapal perusak berpeluru kendali. (cnbcindonesai.com, 11/10/2023)
Perdana Menteri Inggris, Rishi Sunak menyatakan bahwa Inggris memberikan dukungan penuh atas serangan balasan yang dilakukan Israel kepada Palestina, karena dianggap sesuai dengan hukum internasional. Kapal induk terkuat dan terbesar milik Inggris, HMS Queen Elizabeth yang sedang melakukan pelatihan militer di Artik, akan tiba di Timur Tengah untuk membantu Israel.
Perancis pun termasuk negara yang memberikan dukungan pada Israel. Sejumlah pasukan cadangan telah meluncur menuju Tel Aviv untuk bergabung dengan pasukan lainnya dalam melakukan serangan bersenjata. (cnn.com, 12/10/2023)
Sementara itu negara Rusia dan Cina, memberikan tanggapan bahwa gencatan senjata, perdamaian dua negara, negosiasi, maupun cara-cara diplomatik perlu untuk dilakukan kembali dalam penyelesaian konflik Israel-Palestina. Pemerintah Rusia melalui Juru Bicara Kemenlu Rusia, Maria Zakharova menyampaikan bahwa Rusia menganggap bahwa ekalasi konflik Israel-Palestina merupakan konsekuensi dari ketidakpatuhan terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB. Oleh karena itu, perlu adanya cara-cara politik dan diplomatik dalam penyelesaian masalah ini.
Juru Bicara Kemenlu Cina, Mao Ning, menyatakan bahwa pihaknya merasa prihatin dan sedih serta mengutuk keras atas tindakan yang merugikan warga sipil. Beijing berharap pertempuran segera berhenti dan perdamaian segera terjadi. Beijing mengatakan bahwa solusi dari konflik keduanya adalah dengan memberikan kemerdekaan pada Palestina. “Jalan keluar mendasar dari konflik ini adalah dengan adanya penerapan solusi dua negara dan pembentukan Negara Palestina yang merdeka,“ kata Kemenlu Cina. (cnbcindonesai.com, 11/10/2023)
Sedangkan Austria dan Jerman menanggapi serangan Hamas tersebut dengan menghentikan bantuan kepada Palestina. Sebagaimana dikutip dari Reuters, Austri menangguhkan bantuan sebesar 19 juta euro atau senilai 20 juta dolar untuk beberapa proyek Palestina. Bendera Israel pun dikibarkan di kantor kanselir dan Kemenlu Austria sebagai bentuk keprihatinan. Sementara itu, Jerman menghentikan bantuan sebesar 250 juta euro untuk proyek bilateral dengan Palestina untuk tahun ini dan tahun depan. Menteri Pembangunan Jerman, Svenja Schulze, mengatakan bahwa ini merupakan eksprsi solidaritas dari kami yang tidak dapat dipatahkan terhadap Israel.
Respons Negeri-negeri Muslimin
Sebagaimana respons negara-negara Barat atas serangan yang di lakukan Hamas, maka disejumlah negeri kaum muslimin, umat Islam pun menyerukan solidaritas mereka atas kejadian tersebut. Dilansir dari AFP, para menlu Arab melakukan pertemuan besar Liga Arab di Kairo, mereka membahas perang yang sedang berlangsung antara Hamas dan Israel, dan menuntut Israel untuk menghentikan pengepungan jalur Gaza.
Mereka menuntut agar bantuan kemanusiaan “segera” diizinkan memasuki wilayah yang diblokede Israel. Mereka mendesak Israel untuk mempertimbangkan “keputusan tidak adilnya dalam hal memutus pasokan listrik dan air ke arah Gaza”. Selain itu, dukungan terhadap Hamas dan rakyat Palestina pun mulai bermunculan dari negeri-negeri kaum muslimin. Perdana Menteri Iran, Ebrahim Raisi, mengatakan bahwa Iran mendukung atas pembelaan sah bangsa Palestina. Rezim Zionis dan para pendukungnya bertanggung jawab karena membahayakan keamanan negara-negara di kawasan.
Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul Aziz, menyatakan bahwa Arab Saudi akan terus mendukung rakyat Palestina dalam upaya mereka mendapatkan hak mereka secara sah, mencapai aspirasi dan harapan mereka, serta upaya membagun perdamaian yang abadi dan adil. Sementara itu Recep Tayyip Erdogan, Presiden Turki, menyebutkan bahwa perang harusnya memiliki etika dan kedua belah pihak harus menghormatinya. Namun, prinsip ini dilanggar di Israel dan di Gaza. Sedangkan Presiden Indonesia, Joko Widodo, menyampaikan bahwa Indonesia mendesak agar perang dan tindakan kekerasan untuk segera dihentikan. Hal ini dilakukan untuk menghindari bertambahnya korban manusia dan hancurnya harta benda. Akar masalah munculnya konflik tersebut harus segera diselesaikan sesuai dengan parameter yang sudah disepakati di PBB. (cnbcindonesia.com, 12/10/2023)
Solusi Tuntas Konflik Palestina-Israel
Palestina sesungguhnya milik kaum muslimin. Namun, dalam perjalanan sejarahnya dan adanya dukunang berbagai perjanjian yang ada, Barat justru membantu Yahudi untuk menguasai tanah Palestina dan mengusir secara paksa rakyat Palestina hingga saat ini.
Dalam kondisi umat Islam dan negeri-negeri kaum muslimin saat ini, sangat tidak memungkinkan mampu mengusir Israel dari tanah Palestina. Namun, yang dibutuhkan solusi tuntas, yaitu mengembalikan secara keseluruhan tanah Palestina sebagaimana dulu adanya. Karena tidak ada sedikitpun atas Zionis Israel menduduki tanah Palestina dan mengakuinya sebagai tanah kelahiran mereka.
“Tidak akan datang hari kiamat, sebelum kamu memerangi Yahudi, hingga mereka lari ke belakang sebuah batu, dan batu itu berkata: “Ada orang Yahudi di belakangku, datanglah, dan bunuhlah” (HR. Bukhari dan Muslim).
Lantas bagaimana agar kaum muslimin memiliki kekuatan untuk megusir Zionis Yahudi dari tahah Palestina?
Keberadaan Yahudi di Palestina hingga lahirnya Zionis di Palestina tidak terlepas dari sikap politik negara-negara Barat dalam menancapkan kepentingan mereka atas Israel maupun Palestina. Oleh karena itulah kaum muslimin sangat membutuhkan adanya kepemimpinan politik untuk mewujudkan persatuan dan kekuatan unggul yang mampu melawan pihak-pihak yang memusuhi Islam, yang secara nyata sanggup menerapkan aturan Islah secara menyeluruh dalam sebuah wadah berbentuk negara.
Kepemimpinan inilah yang dibutuhkan umat Islam, yaitu kepemimpinan seorang khalifah dalam naungan Daulah Khilafah Islamiyah. Hak dan kewajiban khalifahlah sebagai pemimpin kaum muslimin untuk menyerukan jihad dalam rangka pembebasan tanah Palestina dari kungkungan Israel dan wilayah kaum muslimin lainnya yang masihi berada di bawah penjajahan barat, baik secara fisik maupun secara pemikiran.
Perjuangan inilah yang harus tetap kita nyalakan. Menyerukan pentingnya kaum muslimin memiliki “junnah”, yaitu perisai yang nantinya akan menjadikan umat Islam sebagai umat yang memiliki kemuliaan tinggi dan bermartabat dalam kancah internasional.
قَاتِلُوهُمْ يُعَذِّبْهُمُ اللَّهُ بِأَيْدِيكُمْ وَيُخْزِهِمْ وَيَنْصُرْكُمْ عَلَيْهِمْ وَيَشْفِ صُدُورَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ
“Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tangan kalian, menghinakan mereka serta akan menolong kalian atas mereka sekaligus melegakan hati kaum Mukmin.” (TQS at-Taubah [9]: 14)