Oleh : Rudi Prasetyo
#MasyarakatTanpaRiba – Ada yang berbeda dengan situasi di Grand Café Jalan Jawa Jember pada Ahad pagi tanggal 25 February 2018 kemarin. Sebelum café buka, sekitar 78 orang telah memenuhi tempat tersebut. Ternyata hari itu ada moment special yang diselenggarakan di sana; Kopdar Warga MTR Chapter Jember yang ke-4.
Agenda kopdar ini adalah acara rutin yang digelar oleh komunitas MTR (Masyarakat Tanpa Riba) Jember raya, sebagai ajang silaturahmi para warga komunitas, yang selama ini hanya bertemu di grup whatsapp.
Acara yang dipandu oleh Eko Heri sebagai MC –Master of Ceremony– dan dimulai pukul 09.15 ini dibuka dengan sambutan oleh sohibul bait (tuan rumah) Didit Setyawan selaku pemilik Grand Café dan Grand Cellular Jember. Dalam sambutannya beliau menceritakan perjalanan bisnisnya yang dimulai dari satu etalase di emper Indomaret sampai mepunyai ruko HP dengan Brand yang sudah ternama di Jember, yaitu GRANDCELL dan mengembangkannya pada Café dan Apotik.
Dalam perjalanan membangun usaha, pria ini menceritakan modal awalnya tidak berasal kredit perbankan, namun karena semangat muda untuk mengembangkan usaha, akhirnya terjebak juga dalam kubangan RIBA. Tanpa sadar jumlah utangnya terus bertambah, sehingga tidak terasa sudah menyentuh angka yang “Fantastis”.
Besarnya angka tagihan yang harus dibayar, berefek pada sirkulasi keuangan yang tidak seimbang, pada saat itulah, perasaan tertekan sudah mulai dirasakan oleh beliau.
“Riba itu memiliki 73 pintu dosa. Dosa yang paling ringan adalah seperti dosa seorang anak yang menzinai ibu kandungnya sendiri.” (HR. Al Hakim dan Al Baihaqi)
Hadits di atas adalah salah satu hadits yang telah menguatkan seorang Didit untuk meninggalkan utang riba. Sedikit demi sedikit utang riba tersebut mulai dipangkas. Dalam proses ini ada banyak kemudahan yang menyertainya. Barangkali inilah pertolongan Allah yang sedang diberikan seperti yang tersebut dalam hadits yang berbunyi, “Seseungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena ketakwaan kepada Allah, kecuali Allah pasti akan memberikan sesuatu yang lebih baik darinya.” (HR. Ahmad)
Pemaparan berikutnya dari Asep Dhuha, seorang mantan pegawai bank ternama di Jember, dengan penuh semangat memaparkan kisah hijrahnya. Menjadi pegawai bank, adalah impiannya sejak sekolah, dengan prestise dan segala kemudahan. Kesempatan untuk mencapai cita-cita pun datang juga, sebelum lulus, beliau sudah diterima disalah satu bank ternama di jember, di bagian KREDIT. Hari-hari menjadi seorang karyawan bank dilalui dengan sangat cepat, ekonomi keluarga semakin membaik. Karena sangat kominmen dengan profesinya hingga sering melupakan “waktu” untuk keluarga, bahkan sampai melewatkan kelahiran anak pertama demi sebuah pekerjaan.
Dalam QS. Al Maidah 5:88 berbunyi, “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.”
Kiranya ayat tersebut mampu membuat seorang Asep Dhuha mengalami kegoncangan dahsyat. Idealisme yang selama ini dibangun tentang prestise dari seorang pegawai bank runtuh. Keyakinan akan akidah dan ketaatan kepada Allah, bahwa meninggalkan yang haram adalah mutlak, maka resign adalah jalan yang ditempuh untuk memulai semuanya. Memang betul HIJRAH adalah sebuah jalan terjal yang akan dilalui bagi orang-orang yang mempunyai komitmen tinggi. Dan Asep Dhuha adalah salah satu orang yang memiliki komitmen tersebut dengan selalu sabar menghadapi setiap proses.
Disambung dengan testimony yang ke tiga, dari EKO GRESS. Pria yang akrab disapa Abah Eko ini merupakan seorang yang sangat familiar di komunitas MTR, beliau juga mantan petinggi sebuah bank ternama berskala nasional. Tidak jauh berbeda dengan kisah hijrah sebelumnya, pergolakan pemikiran dan keyakinan antara profesi dan aqidah, telah merubah keputusan beliau untuk mantap resign dari kehidupan yang sebelumnya baik-baik saja secara ekonomi, menuju jalan terjal HIJRAH.
Acara inti diisi oleh Arianto yang memaparkan tentang bagaimana pola bank melakukan lelang agunan dan cara untuk menghadapinya. Penjelasan gamblang tentang skema lelang dan kecurangan-kecurangan yang dilakukan perbankan telah membius peserta KOPDAR MTR hingga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dari para peserta.
Pada sesi ke-dua setelah ishoma, acara dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh Nuri Hendra tentang bagaimana memulai bisnis tanpa utang, sharing tekhnik berbisnis secara syarie dan sosialisasi even-even seminar MTR Nasional seperti CCKU (Cara Cerdas Kelola Uang); SMHTR (Sukses Mengembangkan Harta Tanpa Riba); MKBK (Mengatasi Kemandegan Bisnis dan Kehidupan); PBTR (Platform Bisnis Tanpa Riba); BeMIMs (Become be Mastering Marketing) dan event lokal seperti KFM (Kajian Fiqh Muammalah); DOTS (Dakwah on The Street); KOPDAR VOLUNTEER, KOPDAR WARGA seperti yang sudah pernah berjalan, baik di Jember atau di wilayah lain.
Sebagai materi penutup kopdar warga, materi terakhir adalah materi tentang Pahala Investasi yang disampaikan oleh Rudi Prasetyo. Penekanan pada materi adalah penguatan aqidah tentang persiapan bagi seseorang yang akan menepuh jalan hijrah dan dakwah serta launching program terbaru kajian KARIM dan KARIMAH Masyarakat Tanpa Riba Jember.
Diharapkan dengan adanya komunitas ini dan segala kegiatan serta programnya bisa menjadi salah satu “teman” bagi orang lain yang akan berhijrah. Memberikan dukungan agar bersama-sama bisa istiqomah di jalan-Nya.