Oleh : Rosyidah, S.H.
#MuslimahTimes — Pada hari selasa, 3 juli 2018 lalu diselenggarakan acara Multaqo atau pertemuan ulama dan dai se-Asia Tenggara, Afrika, dan Eropa ke 5 di Jakarta. Pertemuan tersebut berlangsung selama 4 hari yang berakhir pada hari jumat tanggal 6 Juli 2018. Acara yang dihadiri sekitar 600 peserta ini pada intinya membahas mengenai kondisi bangsa dan peran dakwah. Di akhir pertemuan ditutup dengan menghasilkan 10 point rekomendasi. Beberapa di antaranya adalah mengenai pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan di antara umat dan pentingnya meningkatkan peran ulama serta lembaga-lembaga dakwah dalam mensyiarkan Islam kepada umat.
Ulama sebagai panutan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan. Peran ulama adalah membimbing, membina dan menjaga umat Islam agar selalu berjalan di atas jalan yang lurus dan benar, menjaga orang-orang Islam dari tindak kejahatan, pembodohan dan penyesatan yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam atau orang-orang kafir. Namun yang terjadi saat ini umat justru di bingungkan dengan berbagai macam karakter ulama. Ada ulama yang lurus, yang masih berpegang teguh pada Al Qur’an dan hadits serta tegas dalam menyampaikan hukum-hukum Allah SWT. Tetapi di sisi lain ada ulama yang “di tunggangi” oleh berbagai macam kepentingan. Hanya menyampaikan sebagian ajaran Islam tetapi mengabaikan ajaran yang lain. Tidak berani tegas dalam menyampaikan kebenaran.
Kurangnya kesadaran ideologi dan politisasi pada diri ulama menjadi penyebab ketidakberdayaan ini. Ulama yang terlalu cinta dunia dan takut penguasa, menjadikan mereka terkategori sebagai ulama dunia yang menjadikan ilmu untuk mendapatkan kenikmatan duniawi serta sebagai sarana untuk memperoleh kemasyhuran dan popularitas. Kebanyakan ulama zaman sekarang hanya paham dalam masalah fikih (hukum), tafsir (menjelaskan kandungan kitab), hadis dan ilmu-ilmu ke-Islaman. Namun tidak semua ulama memahami Islam sebagai ideologi atau sistem kehidupan. Pada akhirnya menjadi terpengaruh dengan pemikiran sekular yang memisahkan agama dengan kehidupan.
Di sisi lain para ulama semakin di kriminalisasi. Beberapa bulan yang lalu bermunculan berbagai kasus serangan terhadap ulama dan pemuka agama. Ada yang dserang saat di rumah, saat berjalan menuju masjid, bahkan diserang saat sedang melaksanakan sholat. Hal ini menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Selain itu ulama juga di sertifikasi dengan adanya rekomendasi 200 mubaligh yang dikeluarkan oleh Kementrian Agama. Pasca munculnya rekomendasi ini, para ulama merasa diragukan karena namanya tidak muncul dalam daftar rekomendasi. Dan merasa dirugikan karena tidak sedikit ulama yang di batalkan undangannya karena tidak terdaftar dalam sertifikasi tersebut.
Menguatnya peran ulama kian menjadi sorotan pasca aksi 411 dan 212, hal ini sontak membuat “panik” beberapa kalangan tertentu. Mereka merasa terusik ketika tokoh-tokoh umat Islam bersatu dalam menguatkan peran Islam di negeri ini. Dan karena hal inilah muncul kriminalisasi ulama saat ini.
// Ulama Sebagai Pewaris Para Nabi //
Jika kita mengkaji lebih dalam peran ulama sesungguhnya begitu mulia. Mereka adalah orang-orang pilihan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ثُمَّ أَوْرَثْناَ الْكِتاَبَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْناَ مِنْ عِباَدِناَ
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba kami.” (Fathir: 32)
Selain itu di sebutkan dalam sebuah hadits : “Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Mereka mewariskan ilmu. Siapa saja yang mengambil ilmu berarti telah mengambil bagian yang banyak lagi sempurna.” (HR Abu Dawud).
Sebagaimana para pewaris nabi, kedudukan mereka dalam agama berikut di hadapan umat merupakan peran yang amat penting. Mereka adalah orang-orang yang menjadi penyambung umat dengan Rabbnya, agama dan Rasulullah saw. Mereka adalah sederetan orang yang akan menuntun umat kepada cinta dan ridha Allah, menuju jalan yang dirahmati yaitu jalan yang lurus. Oleh karena itu ketika seseorang melepaskan diri dari mereka berarti dia telah melepaskan dan memutuskan tali yang kokoh dengan Rabbnya, agama dan Rasul-Nya. Ini semua merupakan malapetaka yang dahsyat yang akan menimpa individu ataupun sekelompok orang Islam. Berarti siapapun atau kelompok mapapun yang mengesampingkan ulama pasti akan tersesat jalannya dan akan binasa.
Tentunya para ulama yang hanif juga mengikuti jejak Rasulullah saw dalam memperbaiki umat sekaligus membersihkan umat dari berbagai kekufuran dan kemaksiatan. Para Ulama dengan ilmunya akan menjelaskan kesesatan dan kerusakan berbagai pemikiran kufur seperti; sekularisme-kapitalisme, komunisme, pluralisme, dan lain-lain. Para ulama juga akan senantiasa berada di barisan terdepan ketika Islam dihinakan dan dinistakan. Mereka akan senantiasa memimpin umat berjuang menegakkan hal yang benar sesuai syariat Islam.
Islam adalah agama yang sempurna. Islam tidak memisahkan antara kehidupan politik dan spiritual. Justru, ketika umat jatuh dalam kubangan sekularisme seperti saat ini, maka peran para ulama sangat dibutuhkan. Politik adalah aktivitas tertinggi dan mulia dalam kehidupan manusia. Karena itu peran ulama sepanjang masa kehidupan sangatlah penting. namun aktivitas politiknya sebagai ri’âyah su’ûn al-ummah (melayani urusan masyarakat). Ulama seharusnya menjalankan politik Islam, yaitu mengurusi urusan masyarakat dengan Islam. Tugas politik ulama adalah mencerdaskan rakyat dengan Islam. Dengan begitu rakyat tidak mudah tertipu oleh apapun. Dengan kiprah politik ulama, rakyat akan terbina dengan baik serta akan memiliki kesadaran politik Islam hingga mereka akan meraih kemuliaan di dunia dan akhirat.
Karena itu, saat ini umat membutuhkan ulama yang bisa membimbing mereka untuk kembali pada Islam secara kaffah (menyeluruh), karena kewajian terbesar umat Islam saat ini adalah mengembalikan kehidupan Islam di tengah-tengah masyarakat dengan menegakkan seluruh hukumNya. Dan umat juga membutuhkan ulama yang meneladani perjuangan Baginda Rasulullah saw. dalam mewujudkan masyarakat yang Islami.
==================================
Sumber Foto : Hidayatullah